
Oleh: Nasrudin Joha
Pengamat Politik
Terserah Presiden Jokowi, Menhan Prabowo dan pengamanan Paspampres, untuk menghadiri pernikahan pasangan artis. Terlepas dari skeptisisme banyak orang ataupun karena itu bukanlah agenda nasional, juga bukan mandat pemerintah. Sedangkan Presiden termasuk para menteri yang menghadiri acara itu menerima gaji dan fasilitas dari negara untuk menjalankan tugas pemerintahan dan kenegaraan bukan untuk hadir di acara pernikahan dengan segala fasilitas negara, bukan itu.
Namun, masalahnya acara pernikahan tersebut diselenggarakan secara meriah dan dihadiri para pejabat pemerintah ditengah panemi. Agaknya, Kepala Negara dan Pemerintahan memahami statusnya sebagai sosok dan panutan bagi semua. Kecuali, Presiden Joko Widodo merasa dirinya hanya pejabat kelurahan lalu menghadiri pernikahan warga.
Jelas, itu melanggar aturan Physical Distancing. Bukankah 3M slogan dalam menghadapi pandemi Covid-19? Pakai masker, cuci tangan, dan jaga jarak. Hanya Atta dan Aurel yang terlihat mengenakan masker di pesta pernikahan tersebut. Tentang menjaga jarak? Foto yang beredar menjelaskan tidak adanya Physical Distancing.
Melawan hati nurani dan merupakan hinaan kepada rakyat, dalam keadaan yang lain pernikahan dalam masjid yang dihadiri ulama bisa berakhir di penjara, sementara pernikahan selebriti dihadiri pejabat bahkan kepala negara? Apakah semua ini sengaja dirancang untuk mempermalukan rakyat? Presiden ingin mengatakan secara tidak langsung: Saya presiden dan saya yang memutuskan. Apa yang kamu inginkan? Apa yang bisa kau lakukan?
Hingga saat ini, Habib Rizieq Shihab (HRS) dan sejumlah pengurus FPI masih mendekam di penjara dengan dalih melanggar protokol kesehatan. Sementara itu, baik presiden maupun menteri pertahanan hadir di pernikahan artis, membuat protokol kesehatan dianggap remeh.
Hebatnya, negara tidak lagi memiliki standar dalam menjalankan tugas-tugasnya dalam menghakimi rakyatnya, semuanya terserah penguasa. Dia pikir rakyatnya cebong semua, jadi apa pun yang dilakukan penguasa, akan ada sorakan dan tepuk tangan.
Orang-orang lalu bertanya, benarkah ada pandemi? Apakah ini hanya dalih untuk mengalihkan isu utang negara, defisit anggaran nasional melebihi 3% dari PDB? Apakah ini hanya dalih agar BI bisa membeli obligasi pemerintah setelah tidak menjualnya ke swasta? Bukankah ini sama dengan BI yang "memblokir uang rakyat" karena perilaku membeli obligasi ini akan terdepresiasi? BI membeli obligasi tidak sama dengan mencetak uang, apakah inflasi akan semakin parah?
Yang jelas, menurut para ahli medis, virus corona tidak bisa memilih antara pernikahan artis atau putri ulama. Yang jelas rakyat telah menyaksikan kezaliman yang diperlihatkan oleh rezim penguasa Joko Widodo.
Ada pepatah yang mengatakan: Jika Anda tidak memiliki rasa malu, lakukan apa yang Anda inginkan. Tapi yang pasti kekuasaan itu ada akhirnya.
Sungguh menyakitkan menjadi warga negara ini. Tirani demi tirani dilakukan tanpa merasa risih dan bersalah.
Kekuasaan saat ini digunakan hanya untuk menindas, bukan untuk mengayomi rakyatnya. Bukan untuk menentramkan dan memberikan keadilan kepada segenap rakyat.
0 Komentar