
Oleh: Muhar
Jurnalis
Kemiskinan hingga tingkat ekstrem di Indonesia adalah akibat dari penerapan pinsip kebebasan kepemilikan ideologi kapitalisme.
Hal tersebut diungkapkan oleh Narator Muslimah Media Hub (MMH) dalam program The Topic: Di Balik Angka Derita, Islam Solusi Nyata Atasi Kemiskinan, di kanal YouTube Muslimah Media Hub (MMH), Ahad (27-07-2025).
"Negeri ini telah mengambil sistem kapitalisme sebagai sistem kepemimpinannya. Kapitalisme telah menciptakan kemiskinan. hingga tingkat ekstrem akibat prinsip kebebasan kepemilikan," ujarnya.
Narator menjelaskan, dalam kapitalisme para swasta maupun korporasi berhak menguasai harta milik umum seperti sumber daya alam (SDA).
"Akibatnya, harta yang seharusnya digunakan untuk mengurus rakyat lari ke kantong pribadi swasta dan korporasi tersebut. Di sinilah awal bencana kemiskinan itu dimulai. Belum lagi pasar bebas yang melegalkan monopoli kebutuhan umum, semakin membuat masyarakat tambah miskin," jelasnya.
Demi menutupi kebobrokan ini, Narator mengungkapkan, negara dalam sistem kapitalisme memainkan angka-angka data kemiskinan agar citra mereka terjaga.
"Mereka mengklaim angka kemiskinan turun. Padahal di balik itu semua masih ada jutaan orang yang hidup sengsara," ungkapnya.
Menurutnya, sekalipun dalam pemberitaan dikatakan menurun, tetap saja di balik klaim kemiskinan turun masih ada sebanyak 23,85 juta orang miskin alias hidup dalam kondisi kekurangan hingga tidak layak.
"Jumlah tersebut tentu sangat besar sekali. Namun beginilah realita pahit kehidupan masyarakat miskin dalam sebuah negara yang hanya memikirkan pencitraan," pungkasnya.
Sebelumnya, Presiden Prabowo Subianto mengklaim angka kemiskinan absolut dan pengangguran di Indonesia menurun.
Meski tak merinci data yang mendukung pernyataannya, namun Prabowo menyebut klaim itu merujuk laporan resmi Badan Pusat Statistik (BPS)
"Kepala BPS lapor ke saya angka pengangguran menurun, angka kemiskinan absolut menurun. Ini BPS yang bicara," kata Prabowo dalam acara Penutupan Kongres PSI 2025 di Solo, Ahad (20/7/2025).
Sementara itu, melansir berita CNBC Indonesia, Jum'at (25/5/2025), BPS telah mengumumkan jumlah penduduk miskin pada Maret 2025 mencapai 23,85 juta orang.
Secara persentase, jumlahnya mencapai 8,74 % dari total penduduk. Angka ini menurun 0,1 persen poin terhadap posisi September 2024.
Adapun, menurut BPS, penghitungan angka penduduk miskin ini didasari oleh Susenas Maret 2025. Penghitungan penduduk miskin ini mengacu pada angka pengeluaran penduduk miskin atau standar Garis Kemiskinan.
Dari data BPS, Garis Kemiskinan pada Maret 2025 adalah sebesar Rp609.160,00 per kapita per bulan.
0 Komentar