
Oleh: Muhar
Lulusan Akademi Penulis Ideologis (API)
Politik luar negeri (polugri) Indonesia kini semakin terperangkap dalam dominasi negara-negara kafir penjajah, seperti Amerika Serikat (AS), China, dan Prancis. Melalui berbagai kesepakatan "strategis", Indonesia terus membuka celah bagi penjajahan gaya baru (neoimperialisme) atas sumber daya, pasar, dan kebijakan nasional.
Bukti-Bukti Ketundukan
1. Kesepakatan Bebas Tarif dengan AS
Pemerintah Indonesia menyetujui penghapusan lebih dari 99% tarif dan hambatan nontarif untuk produk-produk Amerika Serikat, mulai dari produk pertanian, farmasi, hingga teknologi. Alih-alih menguntungkan rakyat, kebijakan ini justru membuka pasar domestik secara leluasa bagi korporasi asing, yang mengancam keberlangsungan produsen lokal. (Republika, 24-07-2025)
Indonesia juga berkomitmen membeli produk energi dan pertanian dari AS dalam jumlah besar, termasuk pesawat Boeing. Kesepakatan ini memperlihatkan ketimpangan ekonomi dan subordinasi Indonesia di bawah kepentingan dagang AS. (Bisnis, 23-07-2025)
2. Penjajahan China dan Prancis
China menguasai proyek-proyek infrastruktur besar di Indonesia, seperti pembangunan Kereta Cepat Jakarta–Bandung, yang menyebabkan peningkatan utang negara lebih dari Rp130 triliun. Keberadaan China dalam proyek ini memperkuat pengaruhnya, meskipun menimbulkan kekhawatiran mengenai ketergantungan Indonesia pada utang luar negeri. (Tempo, 22-09-2023)
Pada 2024, jumlah tenaga kerja asing (TKA) di Indonesia mencapai 184 ribu, mengalami kenaikan sebesar 8,9% dibandingkan tahun sebelumnya. China menyumbang jumlah TKA terbanyak, yakni 102 ribu, diikuti oleh Jepang dan Korea Selatan. Sebagian besar TKA bekerja di sektor layanan dan industri. Sulawesi Tengah menjadi provinsi dengan jumlah TKA terbanyak, diikuti Jakarta dan Jawa Barat, sedangkan Papua Pegunungan mencatatkan jumlah TKA terendah. (Good Stats, 01-03-2025)
Permintaan atas ruang gudang di wilayah Jabodetabek dilaporkan meningkat pada kuartal I tahun 2025, dengan perusahaan-perusahaan China, terutama dari industri kendaraan listrik (EV), elektronik, dan barang konsumen, menjadi penggerak utama. Hal ini menunjukkan bahwa China semakin memperkuat dominasi ekonominya dalam sektor logistik dan rantai pasok nasional Indonesia. (CNBC Indonesia, 07-05-2025)
Selain itu, kontrak pengadaan tahap ketiga untuk 18 unit pesawat tempur Rafale menambah total pesawat menjadi 42 unit. Sebelumnya, Indonesia telah menandatangani kontrak untuk 6 unit pada 2022 dan 18 unit pada 2023. Rafale, pesawat tempur canggih generasi 4.5, dijadwalkan tiba pada awal 2026 untuk memperkuat pertahanan Indonesia. Transaksi semacam ini semakin mempertegas ketergantungan Indonesia pada kekuatan militer Barat. (Detik, 09-01-2024)
AS, China, dan Prancis: Musuh Islam yang Nyata
Amerika Serikat secara langsung menyerang dan menjajah negeri-negeri Muslim, seperti invasi brutal ke Afghanistan dan Irak (2001-2003), dengan dalih "perang melawan teror", yang menewaskan ratusan ribu Muslim dan menghancurkan struktur negara. AS juga pendukung utama Israel dalam penjajahan Palestina, bahkan memveto resolusi gencatan senjata di Gaza dan terus mengirim miliaran dolar bantuan militer ke Israel. (Tempo, 01-01-2025)
China menjadi musuh nyata Islam melalui penindasan kejam terhadap Muslim Uighur di Xinjiang. Banyak umat Muslim yang dipenjarakan di kamp "re-edukasi" yang penuh dengan penyiksaan, pelarangan ibadah, dan sterilisasi paksa. (Nusantara News, 19-12-2018)
Sementara itu, Prancis terang-terangan menyerang Islam secara ideologis, dengan Presiden Emmanuel Macron menyebut Islam sebagai "agama krisis", membela karikatur penghinaan terhadap Nabi Muhammad ﷺ, serta memberlakukan undang-undang anti-separatisme yang menyasar komunitas Muslim. Prancis juga melarang jilbab di ruang publik dan membubarkan lembaga Islam yang dianggap "tidak sesuai dengan nilai republik".
Rakyat Banyak, Tapi Tak Berdaya
Jumlah penduduk Indonesia saat ini mencapai 284,4 juta jiwa (BPS, pertengahan 2025), sebuah angka yang menunjukkan potensi besar dalam pembangunan bangsa. Namun, meskipun jumlah penduduk yang besar ini seharusnya menjadi sumber daya yang kuat untuk mendorong kemajuan ekonomi dan sosial, namun kenyataannya sebagian besar potensi demografi ini belum dialokasikan untuk meningkatkan kemandirian nasional. Sebaliknya, Indonesia sering kali diposisikan hanya sebagai pasar yang menyediakan tenaga kerja murah bagi negara-negara kapitalis yang lebih maju.
Sistem ekonomi global yang lebih mengutamakan keuntungan, sering kali mengeksploitasi sumber daya manusia di negara berkembang seperti Indonesia. Alih-alih memberdayakan masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidup dan berkontribusi pada pembangunan ekonomi secara mandiri, banyak perusahaan multinasional yang justru memanfaatkan tenaga kerja Indonesia dengan bayaran rendah dan kondisi kerja yang tidak layak. Hal ini menciptakan ketergantungan terhadap pasar global dan menempatkan Indonesia dalam posisi yang kurang menguntungkan dalam rantai pasok global.
Polugri Khilafah Islamiyah
Berbeda dengan politik luar negeri negara-negara pembebek kapitalisme yang pragmatis dan tunduk pada kepentingan penjajah, polugri daulah Khilafah Islamiyah bersifat ideologis, independen, dan ofensif. Tujuannya antara lain:
- Menyerukan dan menyebarkan dakwah Islam ke seluruh penjuru dunia, bukan sekadar mencari pengakuan atau diplomasi semu.
- Memutuskan hubungan dengan negara-negara kafir harbi fi’lan seperti AS, China, dan Prancis, serta negara lainnya, baik melalui jalur diplomatik, militer, maupun ekonomi.
- Melindungi umat Islam di seluruh dunia, termasuk Palestina, Uighur, Rohingya, dan lainnya, dengan kekuatan negara dan jihad fi sabilillah.
- Menolak semua bentuk penjajahan ekonomi dan politik, serta mencabut semua perjanjian zalim yang merugikan umat.
Hanya Khilafah Solusi Nyata Atasi Penjajahan Asing dan Aseng
Selama negeri ini tunduk pada sistem kapitalisme dan menjalin hubungan erat dengan penjajah, kedaulatan sejati tak akan pernah hadir. Hanya dengan menerapkan Islam secara kaffah melalui Khilafah, umat akan keluar dari penjajahan asing (Negara AS dan Negara Barat) maupun aseng (Negara China), dan meraih kemuliaan.
وَلَنْ يَّجْعَلَ اللّٰهُ لِلْكٰفِرِيْنَ عَلَى الْمُؤْمِنِيْنَ سَبِيْلًا
“Dan Allah tidak akan memberikan jalan kepada orang-orang kafir untuk menguasai orang-orang mukmin.” (QS. An-Nisa: 141).
وَلِلّٰهِ الْعِزَّةُ وَلِرَسُوْلِهٖ وَلِلْمُؤْمِنِيْنَ
“Sesungguhnya kemuliaan itu hanyalah milik Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman.” (QS. Al-Munafiqun: 8).
0 Komentar