SEKOLAH RAKYAT: SOLUSI TAMBAL SULAM KEMISKINAN


Oleh: Putri Ali N.
Penulis Lepas

Presiden RI Prabowo Subianto resmi meluncurkan program Sekolah Rakyat melalui Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 8 Tahun 2025. Program ini dilimpahkan kepada Kementerian Sosial dan difokuskan untuk menjangkau anak-anak dari keluarga miskin maupun sangat miskin yang belum terjangkau oleh pendidikan formal.

Hingga 14 Juli 2025, tercatat 63 Sekolah Rakyat telah beroperasi. Sisanya, 37 sekolah lagi ditargetkan buka pada akhir Juli hingga awal Agustus, menjangkau total 100 titik di seluruh Indonesia. Format boarding school dipilih agar peserta didik tidak hanya mendapatkan pelajaran akademik, tetapi juga pembentukan karakter dan kepercayaan diri.

Seleksi peserta dilakukan secara jemput bola melalui Data Tunggal Sosial Ekonomi Nasional (DTSEN), menargetkan anak-anak yang bahkan tinggal di rumah tanpa listrik. Ini menjadi langkah afirmatif yang dinilai progresif (Kompas, 21/07/2025).

Meskipun Sekolah Rakyat digratiskan, kenyataannya hingga hari ini masih banyak sekolah negeri yang tertinggal secara kualitas. Fasilitas belajar yang minim, keterbatasan tenaga pengajar, hingga kurikulum yang terus berubah setiap pergantian rezim menjadi tantangan serius yang seharusnya diprioritaskan terlebih dahulu. Bukankah sudah semestinya pendidikan berkualitas tidak hanya menjadi milik segelintir anak miskin yang beruntung terjaring program, tetapi menjadi hak seluruh rakyat tanpa memandang status sosial?

Alih-alih menciptakan lembaga baru, akan lebih baik jika pemerintah fokus memperkuat kualitas sekolah negeri yang sudah ada, khususnya di daerah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar). Fokus pada perluasan akses, peningkatan fasilitas, serta pemerataan tenaga pendidik akan jauh lebih berdampak dalam mewujudkan keadilan pendidikan secara menyeluruh. Maka, menghadirkan program baru tanpa menyelesaikan persoalan mendasar di sekolah-sekolah yang sudah ada hanya akan menambah tumpukan masalah, bukan memperbaiki keadaan.

Pemerintah juga harus jujur bahwa pelaksanaan program ini membutuhkan anggaran besar. Jika sekolah berbayar saja masih menyisakan polemik soal kualitas, bagaimana pemerintah dapat menjamin Sekolah Rakyat tidak akan bernasib serupa? Tak heran jika ada kekhawatiran bahwa Sekolah Rakyat akan berakhir sebagai program mangkrak atau bahkan berubah menjadi ajang korupsi baru. Maka, perlu ditinjau ulang apakah program seperti Sekolah Rakyat benar-benar menyentuh akar masalah, atau sekadar solusi tambal sulam dari kegagalan sistem kapitalis sekuler?

Kenyataan bahwa sistem ekonomi yang diterapkan saat ini, yakni kapitalisme, menjadikan negara hanya sebagai regulator yang berpihak pada oligarki. Rakyat miskin dibiarkan bertahan dengan upaya sendiri, sementara sistem terus menciptakan kesenjangan sosial.

Ketika negara hanya fokus pada segelintir rakyat yang terpinggirkan, sementara akar penyebab kemiskinan dibiarkan, kebijakan seperti Sekolah Rakyat pada dasarnya hanyalah langkah populis dan simbolis belaka.

Fakta saat ini mengungkap bahwa kemiskinan di Indonesia bersifat struktural. Masalah seperti tingginya angka pengangguran, PHK massal, dan keterbatasan lapangan kerja tidak bisa diselesaikan hanya dengan membuka akses pendidikan bagi keluarga miskin.


Islam Menawarkan Solusi Sistemik

Islam memiliki visi pendidikan yang menyeluruh. Dalam sistem Islam, pendidikan berkualitas merupakan tanggung jawab penuh negara terhadap seluruh rakyat, dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi, tanpa biaya sedikit pun. Hal itu hanya dapat diwujudkan dengan penerapan syariat Islam secara menyeluruh (kaffah) dalam setiap aspek kehidupan: sosial, ekonomi, politik, dan pendidikan. Dengan demikian, pendidikan bukan hanya alat komersial, tetapi menjadi pilar utama kemajuan peradaban.

Jika akar kemiskinan tidak dicabut, dan sistem yang menciptakan ketimpangan tetap dibiarkan, maka program sebaik apa pun hanya akan bersifat sementara.

Maka, sudah saatnya kita membangun kesadaran bahwa solusi hakiki tidak cukup hanya dengan niat baik, melainkan dengan perubahan sistemik yang adil, menyeluruh, dan berpihak pada rakyat, sehingga persoalan dapat tertuntaskan hingga ke akarnya. Itulah yang ditawarkan oleh Islam sebagai sistem kehidupan.

Wallahu a'lam bish-shawab.

Posting Komentar

0 Komentar