KELAPARAN SISTEMIK CARA BARU GENOSIDA GAZA, UMAT HARUS TERUS SUARAKAN SOLUSI HAKIKI


Oleh: Ina Ariani
Aktivis Muslimah

Tsunami kelaparan menewaskan ribuan anak Gaza. Anak-anak Gaza meninggal dunia bukan karena virus ganas atau senjata mematikan, namun rasa lapar yang menggerogoti tubuh hingga tinggal tulang. Sementara Rasulullah ﷺ mengajarkan umatnya tentang bagaimana etika bertetangga, tetangga adalah orang-orang yang tinggal di rumah yang rumahnya saling berdekatan dalam batas empat puluh rumah dari arah depan, belakang, samping kanan dan kiri.

Sebagaimana Rasulullah ﷺ pernah memerintahkan kepada Abu Dzar Al-Ghifari ra, untuk memberikan makanan yang dimiliki kepada tetangga, yang berbunyi:

يَا أَبَا ذَرٍّ إِذَا طَبَخْتَ مَرَقَةً فَأَكْثِرْ مَاءَهَا وَتَعَاهَدْ جِيرَانَكَ
Wahai Abu Dzar, jika engkau memasak makanan berkuah, perbanyak airnya, lalu bagi-bagikan ke tetanggamu!” (HR. Muslim no. 2625)

Jadi saat ini miris hati mendengar ungkapan Amichai Eliyahu Mentri Israel yang menyatakan tidak perlu khawatir tentang kelaparan di Gaza. Kemudian pihaknya juga menyatakan bahwa Israel akan berlomba-lomba untuk menghapus jalur Gaza. Dan menjadikan seluruh Gaza menjadi Yahudi. (Republika, 26/7/2025)

Kekejaman yang dilakukan oleh kelompok Zionis Yahudi semakin meningkat, dan tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata, seolah mereka telah kehilangan kemanusiaan, membiarkan terjadinya krisis kelaparan yang sangat mengerikan. Terlihat jelas bahwa kelaparan kini menjadi metode baru untuk melakukan genosida.

Gaza, yang dihuni 2 juta orang yang terjebak dalam blokade, tengah mengalami kelaparan yang parah. Sejak gagalnya perpanjangan gencatan senjata enam minggu yang lalu, Israel memberlakukan blokade total pada 2 Maret 2025, sehingga truk bantuan hanya diizinkan masuk dalam jumlah yang hampir tidak berarti. Zeonis menggunakan kelaparan sebagai alat genosida baru, ini merupakan tindakan yang sangat kejam.

Sangat jelas bahwa tindakan kejam Zionis tidak dapat dihadapi hanya dengan kata-kata, serta bantuan kemanusiaan. Terlebih lagi, dukungan dari AS yang selalu ada untuk Zionis dan veto yang diberikan juga menunjukkan kekuatan mereka. Ketidakberdayaan PBB semakin terlihat. Para pemimpin Muslim tampaknya sudah kehilangan rasa empati, mengabaikan panggilan dari Allah dan Rasul-Nya.

Umat Islam telah terpengaruh oleh propaganda dari Barat, mengakibatkan mereka mengalami kelemahan. Sebenarnya, ini semua hanyalah satu ilusi, yang ditanamkan oleh pemimpin yang tidak setia, sehingga pasukan umat, termasuk para ulama dan masyarakat, menyerah. Sesungguhnya, umat ini memiliki potensi yang luar biasa yang berasal dari keyakinan yang kuat. Sejarah telah menunjukkan bahwa umat Islam memiliki kekuatan yang mampu menjadikan Khilafah sebagai negara yang berkuasa.

Kondisi saat ini harus dijadikan alat untuk menyadarkan umat mengenai solusi sejati untuk Palestina, yaitu melalui jihad dan berdirinya Khilafah. Penyadaran harus dilanjutkan dan ditingkatkan seiring dengan meningkatnya bukti nyata mengenai kejahatan Zionis.

Jamaah dakwah ideologis harus terus memimpin umat untuk mengembalikan kemuliaan Kaum muslimin dengan tegaknya Khilafah ala min haji nubuwwah yang mengikuti manhaj kenabian. Kebangkitan pemikiran umat harus diwujudkan agar mereka tetap berjuang mengikuti thoriqoh Rasulullah ﷺ.

Para pengemban dakwah harus meningkatkan kemampuan mereka dalam berinteraksi dengan umat, dengan cara membangkitkan perasaan dan pikiran, serta menumbuhkan keyakinan dan istikamah di jalan dakwah yang dicontohkan oleh Rasulullah ﷺ. Selain itu, mereka juga harus terus mendekatkan diri kepada Allah sambil berusaha menjadi hamba Allah yang layak mendapatkan pertolongan-Nya.

Wallahu a'lam bishwab

Posting Komentar

0 Komentar