
Oleh: Ummu Zaid
Penulis Lepas
Sejak Oktober 2023, Otoritas Kesehatan Palestina melaporkan lebih dari 59.000 warga Gaza tewas dan 113 lainnya meninggal karena kelaparan. Padahal, bantuan makanan dan obat-obatan dari negeri-negeri Muslim telah mengantri untuk masuk ke Gaza. Israel dengan sengaja merusak 1.000 truk bantuan tersebut dan menghalangi seluruh bantuan yang akan masuk ke Gaza.
Menurut WHO, jika blokade ini terus berlanjut, kelaparan massal tak terhindarkan di Gaza.
Dampak kelaparan paling terasa terjadi pada anak-anak, khususnya balita di bawah usia lima tahun yang jumlahnya mencapai 242.000 jiwa. Sebanyak 900 warga Gaza dilaporkan tewas saat mengantri bantuan makanan, dan lebih dari 70.000 anak-anak mengalami malnutrisi.
Tindakan Israel yang dengan sengaja membuat warga Gaza kelaparan dan memblokade bantuan adalah bentuk kebiadaban. Ini adalah taktik perang kejam yang diterapkan secara terorganisir, membiarkan rakyat Gaza mati secara perlahan tanpa harus dijatuhi bom atau rudal. Genosida dilakukan dengan cara baru: kelaparan sebagai senjata pemusnah massal.
PBB sebagai lembaga internasional melalui Dewan Keamanan telah beberapa kali mengecam tindakan Israel dan mengeluarkan resolusi agar perang dihentikan. Namun, resolusi tersebut tidak lebih dari sekadar ancaman kosong bagi Israel. Hal ini disebabkan karena resolusi Dewan Keamanan selalu diveto oleh Amerika Serikat. Sebagai “sahabat karib” Amerika, Israel akan terus mendapatkan perlindungan dan dukungan untuk tetap bertahan di tanah Palestina. Tujuan Amerika jelas: menguasai sumber daya alam di Timur Tengah dengan cara menciptakan konflik berkepanjangan di Palestina.
Sebanyak 24 mantan duta besar Uni Eropa mendesak agar para pelaku kejahatan kemanusiaan diadili, membantu warga Palestina dan organisasi kemanusiaan, serta mengakui kenegaraan Palestina. Namun, langkah ini tidak berdampak signifikan terhadap Israel. Hal ini karena sikap penguasa Uni Eropa berbeda jauh dengan aspirasi rakyat mereka sendiri.
Padahal, seandainya umat Islam bersatu atas dasar akidah, musuh-musuh Islam akan gentar. Seandainya tentara-tentara negeri-negeri Islam digabungkan, niscaya mereka mampu mengusir penjajah Yahudi Israel dari bumi Palestina. Namun, realitasnya, gerak umat untuk membela Palestina terhambat karena para penguasa Muslim adalah sekutu setia Amerika Serikat, penjaga keamanan Israel agar leluasa melanjutkan genosida di Gaza.
Sungguh amat berat kezaliman para penguasa pengkhianat terhadap saudara-saudara mereka di Gaza. Allah ﷻ berfirman:
وَلَا تَحْسَبَنَّ ٱللَّهَ غَـٰفِلًا عَمَّا يَعْمَلُ ٱلظَّـٰلِمُونَ
“Dan jangan sekali-kali kamu mengira bahwa Allah lengah terhadap apa yang diperbuat oleh orang-orang yang zalim...” (QS. Ibrahim: 42)
Pembebasan Palestina membutuhkan solusi tuntas dan hakiki: jihad dan khilafah. Tentara dari negeri-negeri Islam akan bersatu dalam panggilan jihad yang digerakkan oleh seorang pemimpin Islam yang menegakkan hukum-hukum Allah ﷻ. Khilafah adalah bentuk nyata dari persatuan umat Islam. Dengan solusi hakiki yang diperintahkan syariat, Israel akan dapat diusir dari tanah Palestina.
Jamaah dakwah ideologis akan memimpin umat, menyadarkan mereka, dan menggerakkan perjuangan untuk menegakkan khilafah dalam kehidupan nyata. Dengan keyakinan yang kokoh, semangat yang tak pernah padam, serta istiqamah dalam dakwah dan ittiba’ kepada sunah Rasulullah ﷺ, kemenangan Islam akan terwujud sebagaimana janji Allah ﷻ:
تَكُونُ النُّبُوَّةُ فِيكُمْ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ، ثُمَّ يَرْفَعُهَا اللَّهُ إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا، ثُمَّ تَكُونُ خِلَافَةٌ عَلَىٰ مَنْهَاجِ النُّبُوَّةِ
“Akan ada kenabian di tengah kalian selama Allah menghendaki, lalu Allah mengangkatnya jika Dia menghendaki. Setelah itu akan ada Khilafah atas manhaj kenabian, yang akan berlangsung selama Allah menghendaki, lalu Allah mengangkatnya. Kemudian akan ada kerajaan yang menggigit, lalu kerajaan diktator, dan akhirnya akan kembali Khilafah atas manhaj kenabian...” (HR. Ahmad)
0 Komentar