
Oleh : Ahmad Khozinudin
Sastrawan Politik
Era Now, itu tak penting lagi amanah itu dipegang ahlinya. Itu teori kuno, tidak kekinian, terlalu konservatif. Ahli atau tidak itu bukan masalah, yang penting kroni.
Kalau ahli, tapi bukan kroni itu bahaya. Susah disetir, mengikuti keahlian bukan mengikuti atensi atasan. Jadi, cari anak buah itu jangan yang pinter, yang penting nurut. Percuma, punya anak buah pinter kalau ga nurut.
Untuk jabatan menteri kesehatan, misalnya. Itu tak perlu dokter, ahli kesehatan, atau orang yang berlatar belakang dunia kesehatan. Pengajar di bidang kesehatan, misalnya.
Bankir pun bisa jadi menteri, asal dia kroni. Bankir, akan mengeluarkan kebijakan yang juga kekinian, sesuai arah kebijakan Pendemi. Yakni, rakyat boleh mati yang penting prioritas tetap ekonomi.
Standar penerimaan pasien dirumah sakit akan berubah, sesuai orientasi politik yang ditetapkan. Akan banyak kebijakan yang 'ajaib' karena memang ilmu dan profesionalisme tak lagi dibutuhkan.
Jika prosedur menerima pasien sebelumnya bertanya riwayat keluhan pasien, upaya pengobatan yang telah dilakukan, cek tensi atau detak jantung, cek suhu badan, dll, boleh jadi akan diubah.
Karena latar belakang bankir dan punya tugas orientasi 'New Normal' maka bisa saja protokol penerimaan pasien diubah.
Pasien, sebelum diperiksa akan ditanya disakunya ada dompet tidak. Ditanya, dompetnya ada uang tidak. Dipastikan, selain dompet ada rekening tidak. Dipastikan, di rekening ada dana, setidaknya mampu mengkover biaya perawatan.
Jika tidak ada dompet, tidak ada uang, tidak ada rekening, tidak ada saldo rekening yang memadai, informasi kan saja Bad Penuh. Atau diminta dirujuk, karena fasilitas terbatas. Atau diminta kembali kerumah sakit, setelah pasien sehat.
Ajaib bukan? Ya, orang bodoh diserahi urusan yang bukan keahliannya akan menelurkan kebijakan ajaib. Tak nyambung, antara kebutuhan dan sediaan keputusan.
Menteri kesehatan, semestinya orientasi nya kesehatan. Tapi jika nanti orientasi nya ekonomi, maka dunia kesehatan akan menjadi industri kesehatan.
Sebenarnya, industri kesehatan sudah lama terjadi dalam sistem kapitalisme. Orang miskin dilarang sakit. Orang kaya saja yang boleh kerumah sakit.
Namun, industri yg kian masif akan memaksa orang miskin sehat diminta sakit, dibuatkan bon sakit, diambil kan anggaran negara, dibiayai tapi sebagiannya, sisanya dikorupsi. Ya, kebijakan berbasis mencari lahan ekonomi (baca : korupsi).
Kepada para dokter, ga usah sesungutan ada orang non dokter jadi menteri kesehatan. Biar saja, kedepannya anak-anak kalau ditanya cita-citanya mau jadi apa? Jadi dukun. Motivasinya apa? Jadi menteri kesehatan. Kok bisa? Ya, yang penting kroni pasti jadi menteri, biarpun cuma dukun.
Ini cerita hanya ada di WKWKWKland. Tak usah Baper membaca tulisan ini. Apalagi tuan dan nyonya yang berprofesi sebagai dokter. Sudah dok, fokus tangani pasien saja. Mimpi menjadi menteri kesehatan nya ditunda saja sampai lebaran kucing. [].
0 Komentar