REKONSTRUKSI YANG BIKIN TERSANJUNG


Oleh : Ahmad Khozinudin
Sastrawan Politik

Dulu, dulu sekali waktu saya kecil ada sinetron 'Legend' yang namanya Tersanjung. Bintang sinetron nya ada Lulu Tobing, Ari Wibowo, Jihan Fahira, Cut Tari, Feby Febiola, Reynold Surbakti, Ibnu Jamil, Mega Utami, Jeremy Thomas, Adam Jordan, Leily Sagita, Yati Octavia, Anwar Fuady, Robby Sugara hingga Didi Riyadi. Episode nya mungkin ratusan hingga mencapai ribuan. Sesion nya dari Tersanjung 1 hingga Tersanjung 7.

Tiap tayang, satu keluarga dan tetangga sudah berjubel didepan tipi yang pada zamannya belum ada warnanya. Kecuali hitam dan putih.

Saking melegenda, gegara sinetron legend ini muncul banyak produk yang berbasis sinetron ini. Ada sepatu tersanjung, tas tersanjung, baju tersanjung, hingga kerupuk tersanjung.

Rekonstruksi terkait tewasnya 6 laskar FPI oleh tembakan polisi ini mirip sinetron Tersanjung. Ceritanya, berubah-ubah.

Dari tembak menembak, berubah ditembak didalam mobil Daihatsu Xenia. Dari kepemilikan pistol hingga merebut pistol aparat. Dari jenis pistol organik berubah menjadi pistol rakitan.

Terakhir, inspektur Vijay menyatakan cerita masih bisa berubah jika ditemukan bukti baru. Entah apa yang dimaksud 'bukti baru' itu. Bisa bukti yang baru diadakan, atau saksi yang menerangkan kesaksian yang diulang setelah diarahkan. Pokoknya biar pas mungkin.

Inspektur Vijay ini sudah mirip Vasant R. Patel dan Revy Maghriza, sutradara Sinetron Tersanjung. Pintar sekali membuat alur cerita, membuat para emak berlinang air mata bawang bombai.

Lumayan juga lah, patut tersanjung kita melihat perkembangan sinetron eh maaf perkembangan kasus ini. Presiden ogah bikin TGPF, mungkin tak ingin membatasi kreasi dan imajinasi para 'sutradara' dalam kasus ini.

Saya tidak tahu, apa target akhir dari sinetron ini. Yang jelas, rakyat sudah tidak percaya dengan adegan sinetron rekonstruksi yang digelar polisi.

Presiden pun tak mampu menarik simpati rakyat, mengunduh legitimasi publik dengan membentuk TGPF. Presiden terkesan cuci tangan, seperti anjurannya dalam menjaga diri dari virus Corona.

Padahal, kalau Presiden mau mengambil inisiatif membentuk TGPF, tindakan ini dapat menyelamatkan wibawa institusi kepolisian sekaligus meningkatkan legitimasi publik pada pemerintah. Saat ini, kesannya rakyat tak memiliki pemimpin, semua problem dibiarkan terkatung katung tidak karuan.

Semua berlomba membuat versi cerita, layaknya produser sinetron. Tak ada pertanggungjawaban publik, atas otoritas dan legitimasi cerita.

Akhirnya, kami rakyat benar-benar tersanjung. Luar biasa negeri yang dipenuhi penjahat, tetapi kejahatannya tak bisa diungkap. Apakah ada kejahatan negara dalam perkara ini? [].

Posting Komentar

0 Komentar