DIMAKLUMI SAJA, LHA WONG DIA GA TAHU APA-APA?


Oleh : Ahmad Khozinudin
Sastrawan Politik

Hukum itu berlaku bagi orang yang cakap hukum. Dalam agama, disebut mukallaf. Orang gila, anak kecil, orang mabok, orang lupa, orang ga tahu, masih dimaafkan.

Orang yang tidak cakap hukum, bukan mukallaf, itu tidak bisa dibebani hukum. Al hasil, jika keliru tidak bisa disanksi. Harus dimaafkan, atau dianggap benar saja.

Jadi, kalau ada orang melanggar protokol kesehatan tidak diberi sanksi hukum, anggap saja orang itu masih kecil, gila, lupa, atau tak tahu apa-apa. Dimaklumi saja, daripada terus terusan protes? Bisa terjadi kudeta hati.

Lha wong dia obligasi saja tidak tahu? Tanda tangan tak baca dulu? Jadi, kalau kumpul-kumpul keliru, mungkin dia tidak tahu bahwa itu kumpul-kumpul manusia, bukan kumpul kumpul gerombolan binatang. Kalau tak mau ditindak, ya kita simpulkan itu kerumunan binatang saja. Terserah, disebut gerombolan domba, gerombolan anjing, atau gerombolan babi. Yang jelas, bukan gerombolan manusia yang bisa ditindak secara hukum.

Saya ini ingin membuat hati anda mereda, tidak radang tinggi karena rempong dengan ketidakadilan di negeri ini. Cukup hadapi semua dengan senyuman. Boleh sesekali sambil bernyanyi, "bila kuresah biarkan kubersandar, jangan kau pergi untuk mengindar?".

Hidup ini terlalu sempit untuk merasakan sakit hati. Apalagi, sakit hati pada orang yang tak punya hati, kepala batu, muka tembok. Si Dia saja santai, kita lebih berhak untuk nyantai.
Kan bukan kali ini saja? Kan, sudah sering dia semaunya? Utang saja seenaknya. Dana haji dipakai semaunya. Tangkap ulama dan aktivis semaunya.

Lagaknya merakyat, kenyatannya memeras rakyat. Sok sederhana, faktanya hidup berkelimpahan harta. Ingin dikenang merakyat, modalnya hanya pencitraan.

Saya merasa Anda mulai lelah. Lelah dengan semua keadaan ini. Karena itu, saya menulis untuk menghibur Anda. Tahan sebentar nafas Anda, lepas perlahan, dan tersenyum. Nah begitu, anda tampak lebih cantik, lebih tampan, atau apapun imajinasi yang anda inginkan.

Lanjut membaca. Saya tak ingin Anda terserang stroke, atau imunnya melemah dan terinfeksi covid-19. Contohlah saya, tetap kritis dan beroposisi, dengan senang hati. Dada lapang, hidup pun menjadi riang.

Kita catat saja semuanya, suatu saat ketika kezaliman ini tersangkat, kisah ini bisa kita wariskan sebagai legenda. Agar anak cucu kita kelak tidak lupa, bahwa di negeri ini pernah ada kepemimpinan bodoh tapi belagu dan zalim layaknya Fir'aun. [].

Posting Komentar

0 Komentar