PERUBAHAN YANG SEPERTI APA?


Oleh : Ahmad Khozinudin
Sastrawan Politik

Kunci perubahan itu hanya dua : Rakyat dan Militer. Kalau anda hanya memegang salah satu kuncinya, besar kemungkinan upaya anda untuk melakukan perubahan akan gagal.

Keberhasilan gerakan rakyat saat Reformasi, itu bukan hanya karena faktor rakyat. Tetapi, faktor militer yang pada akhirnya berdiri bersama rakyat, dan melepaskan loyalitas kepada Soeharto.

Kegagalan gerakan rakyat di Suriah, bahkan rakyat hingga melakukan gerakan bersenjata, itu sebabnya militer masih loyal kepada Basyar al-Assad laknatullah. Karena itu, Assad masih bertengger di kursi kekuasaan, karena ditopang oleh militer.

Kegagalan kudeta terhadap Erdogan, karena militer belum menyiapkan opini umum ditengah rakyat untuk mengambil alih kekuasaan. Jika rakyat mendukung, kudeta militer justru akan disambut suka cita oleh rakyat.

Adapun kenapa Myanmar belum lama ini berhasil melakukan kudeta, juga kudeta berulang yang lazim berhasil di Thailand, itu karena rakyat menyetujui. Meskipun, persetujuan itu dalam diam, dan kemudian rakyat memberikan loyalitas kepada penguasa hasil kudeta.

Bagaimana dengan di Indonesia? Adakah potensi gerakan rakyat atau kudeta akan berhasil? Apa yang menjadi syarat perubahan itu terjadi?

Mari perhatikan kajian politik, sebagai berikut :

Pertama, untuk melakukan perubahan, anda harus memiliki desain perubahan yang disepakati. Jika desain itu belum disepakati, berat bagi anda untuk menggerakkan rakyat atau militer, untuk mendukung perubahan.

Analogi sederhananya demikian : ketika Ahok menistakan Al Qur'an, semua elemen umat Islam dengan berbagai latar belakang bergerak tak memperhatikan lagi perbedaan internal mereka. Mereka disatukan oleh Islam, kemarahan atas penistaan Al Qur'an, dan memiliki visi perubahan yang satu, yakni penista agama harus masuk penjara.

Visi perubahan inilah, yang menyatukan dan menggerakkan. Kenapa umat bergerak? Karena umat memiliki visi yang sama. Andaikan, ada yang memiliki visi berbeda tentu tak mau ikut aksi bela Islam 212.

Pada Reuni 212 yang kedua, juga sama. Kenapa Umat bergerak, bahkan jumlahnya melebihi aksi 212? Karena Umat dipersatukan oleh perasaan tak ridlo, bendera tauhid dilecehkan, dibakar di Garut.

Karena itu, kembali pada soal visi perubahannya. Perubahan yang seperti apa? Jika perubahan itu belum disepakati, jelas tak akan menghasilkan gerakan. Apalagi mendapatkan dukungan dari Umat dan militer.

Perubahan itu, secara umum terbagi menjadi dua. Pertama, ada yang hanya ingin merubah rezim, sudah bosan dizalimi rezim Jokowi. Kedua, ada yang ingin merubah rezim sekaligus sistem. yakni, ingin merubah sistem sekuler demokrasi kepada sistem Islam.

Visi perubahan ini harus disepakati. Jika belum, tak akan ada gerakan rakyat, apalagi dukungan militer. Terlebih, karakter militer Indonesia tidak ada didepan memimpin perubahan, melainkan mendukung setiap visi perubahan yang dikehendaki mayoritas rakyat.

Orang yang hanya menginginkan perubahan rezim, akan mudah digerakkan dengan sentimen perasaan terzalimi. Namun, bagi yang menginginkan perubahan sistem, tak akan mudah digerakkan jika hanya dijanjikan mimpi ganti rezim. Sebab, masalah utama bagi bangsa ini ada pada sistem, menyusul kemudian rezimnya.

Kedua, belum adanya kesepakatan metode perubahan yang akan dijalankan. Bagi yang hanya menginginkan ganti rezim, tentu akan menawarkan gerakan people power, menyeret militer untuk melakukan kudeta, atau menyusun kekuatan untuk merebut kekuasaan via Pemilu.

Namun, narasi ini tak akan berlaku bagi mereka yang menginginkan perubahan rezim sekaligus sistem. Apalagi, mereka bergerak memperjuangkan gerakan perubahan dengan mengikuti petunjuk Rasulullah Saw.

Kaum muslimin yang menginginkan sistem Islam yang kaffah, menginginkan negeri ini keluar dari segala bentuk kezaliman, tak akan mengambil metode perubahan dengan people power, kudeta atau pemilu. Mereka, akan sabar dengan jalur perubahan melalui aktivitas dakwah, hingga umat siap menyongsong perubahan, dan militer memberikan dukungan atas perubahan yang dikehendaki.

Ketiga, karena adanya perbedaan itu, yakni perbedaan 'mimpi perubahan' dan 'jalan perubahan' yang ditempuh, maka otomatis akan terjadi dialektika pemikiran ditengah Umat, hingga terjadi kesepakatan bersama dan terjadilah perubahan yang diinginkan. Untuk itu, penting untuk dilakukan berbagai diskusi dalam rangka menjembatani perbedaan pandangan, agar terdapat kesatuan pandangan tentang perubahan, dan bergerak bersama atas motivasi dan tujuan yang sama.

Dalam konteks itulah, saya telah menyiapkan waktu dan pikiran untuk terus berdialektika dalam sejumlah diskursus perubahan. Hingga Umat ini bersepakat: penyebab kerusakan negeri ini karena tidak diterapkannya Islam. Solusinya, menerapkan Islam secara kaffah. Metodenya, dengan menegakkan Daulah Khilafah. Melalui apa? Melalui kehendak umat dan dukungan dari militer. [].

Posting Komentar

0 Komentar