
Oleh: Nurhayati
Muslimah Peduli Umat
Indonesia menempati peringkat kedua sebagai negara dengan kasus tuberkulosis atau (TB) terbanyak.
Hal ini disampaikan dokter spesialis paru Erlina Burhan dalam pengukuhannya sebagai Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Sabtu, 17 Februari 2024.
Data Global TB Report (GTR) per 2022 menunjukkan bahwa Indonesia menduduki peringkat kedua sebagai negara dengan kasus TB terbanyak setelah India. Insiden TB mencapai 354 per 100 ribu penduduk. (CNN Indonesia, 24-3-2023). Kelompok pekerja/buruh pabrik mendominasi pasien TB. TB juga diderita oleh anak-anak, sebanyak 57.500 anak terkena TB per Maret 2023.
Dokter spesialis paru sekaligus guru besar FKUI Erlina Burhan mengatakan, “Ada tragedi di depan mata yang kita enggak sadar, 1.060.000 kasus (TB) per tahun. Kematian 140.700 yang kalau kita bagi, 16 orang per jam meninggal akibat tuberkulosis.”
Dengan kondisi yang mengkhawatirkan tersebut, Indonesia dikejar target eliminasi TB pada 2030 dengan mengakhiri epidemi TB. Untuk mencapai target eliminasi TB 2030, pemerintah harus menurunkan angka kejadian TB menjadi 65 per 100 ribu penduduk dan angka kematian TB menjadi 6 per 100 ribu penduduk. Target ini dibandingkan data insiden yang ada menunjukkan bahwa jalan untuk eliminasi TB masih panjang.
Data WHO menunjukkan bahwa secara global, TB berjalan berdampingan dengan kemiskinan. Terdapat hubungan antara prevalensi TB per 100 ribu penduduk dan angka gross domestic product (GDP) pada 10 negara berpenduduk terbanyak di dunia. Yang terbaik adalah AS dengan GDP USD63.593 (setara Rp994 juta dengan kurs Rp15.637 per USD) dan prevalensi TB rendah sekali. Adapun Indonesia dengan GDP USD4.919 (setara Rp76 juta per USD) memiliki prevalensi TB tertinggi di antara 10 negara tersebut.
Kemiskinan berpengaruh pada faktor lingkungan yang memainkan peran penting dalam penyebaran TB. Mahalnya harga tanah dan properti menjadikan kepadatan penduduk tinggi sehingga penularan bakteri TB lebih mudah terjadi. Selain itu, kemiskinan juga berpengaruh pada kondisi lingkungan. Lingkungan yang tidak sehat (sanitasi rendah, pengelolaan limbah tidak memadai, dan minimnya akses air bersih) dapat meningkatkan risiko penularan TB.
Tingginya kasus TB juga disebabkan oleh paparan polusi udara, kualitas udara dalam ruangan yang buruk, perumahan yang sangat padat, tingginya pergerakan penduduk antarwilayah, terbatasnya akses ke fasilitas kesehatan, dan pendidikan kesehatan yang rendah.
Dari faktor-faktor di atas, tampak bahwa Indonesia memiliki masalah pada semua faktor. Itulah sebabnya kasus TB di Indonesia sangat tinggi. Oleh karenanya, negara harus melakukan perubahan yang mendasar dalam strategi mengeliminasi TB.
Pandangan kapitalistik telah menjadikan negara berlepas tangan dari pemenuhan kebutuhan dasar rakyat berupa kesehatan. Liberalisasi kesehatan menjadikan rakyat kesulitan mengakses layanan kesehatan secara layak. Ketika ada masalah yang menjadi sorotan dunia, seperti kasus TB, barulah pemerintah bergerak seperti pemadam kebakaran yang berusaha memadamkan api secara cepat.
Adapun Islam, memosisikan negara sebagai pihak yang bertanggung jawab terhadap hajat hidup rakyatnya, termasuk aspek kesehatan. Negara Khilafah di dalam sistem Islam tidak berlepas diri dari tanggung jawab ini, bahkan jaminan kesehatan tersebut akan di implementasikan untuk tiap-tiap individu rakyatnya.
Pada aspek tata ruang dan wilayah, khalifah akan melakukan penataan wilayah dengan prinsip-prinsip syariat sehingga terwujud lingkungan yang sehat. Pembangunan perumahan, perkantoran, pabrik, gudang, pasar, jalan, dll. semuanya berada dalam kendali khalifah sehingga tidak terjadi masalah kesehatan akibat buruknya tata ruang dan wilayah. Negara akan memberlakukan aturan yang ketat dalam hal polusi udara dan memberikan sanksi tegas pada yang melanggar.
Di aspek kesehatan, Khilafah menyediakan layanan kesehatan yang terbaik dengan alat tercanggih dan SDM terbaik secara gratis sehingga tiap-tiap rakyat bisa mengaksesnya dengan mudah. Khilafah akan mengupayakan berbagai hal untuk mencegah dan memberantas penyakit TB, yaitu dengan mendukung riset untuk menemukan metode pencegahan dan pengobatan yang efektif. Dukungan tersebut meliputi dukungan politik, SDM, dan pendanaan.
Khalifah melalui struktur pemerintahan di bawahnya akan memastikan bahwa tiap-tiap individu rakyatnya sehat. Tidak hanya itu, khalifah dan para penguasa di bawahnya akan aktif melakukan patroli ke berbagai penjuru wilayah untuk memastikan tiap-tiap rakyatnya bisa tidur nyenyak karena badannya sehat. Wallahualam bissawab.

0 Komentar