KAMPANYE GENOSIDA DILANCARKAN, SAATNYA UMAT RAIH KEMENANGAN


Oleh: Sayyidatus Syarifa Ats Tsabita
Pengajar Al Qur'an

Gaza terus-menerus menjadi target genosida dengan metode yang kian brutal dan mengerikan. Bahkan Gaza juga disinyalir menjadi ladang uji coba senjata dan teknologi militer Israel sebelum dipasarkan ke dunia internasional. Israel bersikeras meminta izin untuk melanjutkan operasi militer di Gaza usai masa gencatan senjata berakhir, sedangkan Hamas menuntut jaminan bahwa Israel tidak akan kembali memicu pertempuran.

Kita mendapati Zionis Yahudi mencari segala macam cara untuk memudahkan genosida terhadap umat Muslim di Gaza. Di antaranya adalah menutup semua akses masuk ke Gaza bagi pasokan makanan, obat-obatan, dan bantuan kemanusiaan. Hal ini memperparah krisis yang telah berlangsung lama, memicu kelaparan dan krisis kemanusiaan yang meluas. Mereka juga melepaskan tembakan ke arah warga yang sedang berkumpul untuk mendapatkan bantuan pangan.

Pasukan Israel menyerang lokasi pusat bantuan kemanusiaan bagi warga di Rafah, Jalur Gaza, Palestina. Serangan ini dilakukan ketika gencatan senjata dengan Hamas mengalami jalan buntu alias deadlock. Akibat serangan itu, sedikitnya 41 orang tewas saat mengantre bantuan pangan pada Sabtu, 19 Juli 2025 (Arina, 19-7-2025).

Serangan ini berlangsung di saat negosiasi terkait gencatan senjata selama 60 hari masih berjalan.

Genosida yang terjadi di Gaza, Palestina, benar-benar telah melampaui batas-batas kemanusiaan. Ironisnya, para pemimpin negeri-negeri Muslim bukannya berupaya mengusir Zionis, justru menunjukkan kedekatan dan kerja sama hangat dengan negara Yahudi tersebut. Mereka adalah pengkhianat sejati.

Ada banyak pengamat yang mengkritik tindakan Zionis tersebut. Namun, mereka juga tidak memberikan solusi.

Salah satu pengkritik paling vokal terhadap agresi militer Israel di Jalur Gaza, Palestina, adalah Albanese. Dia telah mendesak negara-negara di Dewan Hak Asasi Manusia PBB untuk memberlakukan embargo senjata dan memutus hubungan perdagangan dan keuangan dengan Israel, seraya menuduh sekutu AS tersebut melancarkan ‘kampanye genosida’ di Gaza. Namun, yang didapat dari kritik tersebut adalah sanksi yang dijatuhkan kepada Albanese atas upaya yang dianggap tidak sah dan memicu tindakan kepada eksekutif AS.

Umat Islam harus terus menguatkan narasi bahwa satu-satunya solusi mendasar bagi Palestina adalah melalui jihad dan tegaknya khilafah. Setiap Muslim yang telah memahami akar persoalan ini memiliki tanggung jawab untuk menyadarkan saudara seimannya. Dari sinilah akan tumbuh gerakan yang membangun kesadaran dan kekuatan umat, berlandaskan pemahaman yang benar.

Tumbuhnya kesadaran kolektif di tengah mayoritas umat akan mendorong mereka untuk tetap istiqamah berjuang di jalan dakwah sesuai metode (thariqah) Rasulullah. Sebab, hanya metode dakwah Rasulullah-lah yang akan mengantarkan kepada kemenangan sejati. Oleh karena itu, umat perlu terus diingatkan agar menjauhi metode-metode yang tidak membawa pada kemenangan, seperti gerakan people power maupun jalur demokrasi atau parlemen.

Para pengemban dakwah wajib tetap istiqamah dan senantiasa waspada terhadap berbagai ancaman yang dapat membahayakan perjuangan mereka, baik berupa ancaman kelas sosial maupun ideologis. Kedua bentuk ancaman ini harus diantisipasi, karena dapat menyesatkan umat dari jalur dakwah yang telah dicontohkan oleh Rasulullah ﷺ.

فَٱصۡدَعۡ بِمَا تُؤۡمَرُ وَأَعۡرِضۡ عَنِ ٱلۡمُشۡرِكِينَ
Karena itu sampaikanlah secara terang-terangan segala perkara yang telah diperintahkan kepada kamu dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik” (QS. al-Hijr [15]: 94).

Mereka harus meyakini bahwa thariqah inilah yang akan membawa umat Islam menuju kemenangan, termasuk membebaskan Palestina dari cengkeraman penjajah Yahudi.

Wallahu a'lam bisshawwab.

Posting Komentar

0 Komentar