JURNALIS HARAPAN PALESTINA, ZIONIS BIADAB HILANGKAN NYAWA


Oleh: Raqiella Wardana
Penulis Lepas

Krisis kelaparan yang melanda warga Palestina belum kunjung usai, sementara Zionis justru semakin menampakkan wajah biadab mereka kepada dunia. Kita bisa melihat, semakin hari kebrutalan mereka kian menggenaskan, bak harimau yang sedang kelaparan, menjadikan apa saja yang ada di depannya sebagai mangsa lezat yang siap santap.

Zionis terus-menerus tanpa henti melakukan penyerangan terhadap masyarakat Palestina. Serangan mereka tidak hanya memakan korban dari kalangan laki-laki atau warga sipil saja, kini jurnalis dan paramedis pun menjadi target mereka. Serangan drone menjadi taktik jitu Zionis untuk menghabisi para jurnalis dan paramedis. Pembantaian tersebut bahkan terjadi saat siaran langsung sedang berlangsung.

Belum lama ini, Zionis kembali melakukan aksi penyerangan melalui serangan udara. Rumah Sakit Nasser menjadi sasaran mereka, yang mana serangan tersebut menewaskan sedikitnya 15 orang, tak luput empat jurnalis pun menjadi korban. Salah satunya adalah jurnalis yang berasal dari kantor berita internasional Reuters, yaitu Hussam al-Masri. Ia sebagai juru kamera sekaligus kontraktor Reuters yang tewas dalam serangan pertama. Dikutip dari TVRI (25/08/2025).

Juga, dilansir dari BBC (26/08/2025), Kementerian Kesehatan yang dikelola oleh Hamas di Gaza mengungkapkan pernyataan bahwa serangan Israel di Rumah Sakit al-Shifa di kota Gaza yang terjadi dua pekan lalu, bertepatan pada Senin (25/08), setelah enam jurnalis, termasuk empat jurnalis Al Jazeera, tewas dalam serangan tersebut. Serangan Israel di rumah sakit Gaza dalam sehari terakhir telah memakan korban sedikitnya 58 jenazah.

Semenjak dimulainya perang pada tanggal 7 Oktober 2023 hingga detik ini, akibat serangan tersebut, kini lebih dari 240 jurnalis Palestina tewas dengan menggenaskan. Padahal jurnalis di Gaza saat ini menjadi satu-satunya harapan masyarakat Palestina untuk mengungkapkan kejahatan dan kebiadaban Zionis Yahudi kepada dunia. Jurnalis di Gaza menyeru kepada jurnalis internasional lainnya agar bergegas berangkat ke Gaza untuk memperlihatkan ke penjuru dunia wajah asli dari kebengisan Zionis laknatullah ‘alaihim.

Respon dunia saat ini tidak memberikan dampak yang signifikan, terlebih lagi keadaan dunia Islam yang saat ini sedang lumpuh. Para penguasa-penguasa Muslim banyak yang memilih untuk bungkam, bahkan bersembunyi di bawah ketiak Amerika. Para penguasa umat Islam justru mengabaikan saudara mereka, diperparah dengan sebagian penguasa justru ikut serta dalam membuka jalan untuk penyerangan ke Palestina.

Ini adalah bentuk pengkhianatan penguasa terhadap persaudaraan seiman. Hingga detik ini, entah sudah berapa banyak darah kaum Muslimin yang habis di tangan kekejian Zionis Yahudi karena diamnya penguasa Muslim yang tidak memberikan solusi hakiki.

Umat Islam adalah umat yang paling banyak dan terbesar di dunia. Jumlah kaum Muslimin saat ini mencapai angka yang begitu besar, yakni dua miliar jiwa. Namun sayangnya, kaum Muslim saat ini sedang tercerai-berai, tidak ada yang menyatukan umat di bawah naungan yang satu, sehingga tidak ada tempat untuk bertumpu.

Umat berjalan ke arah yang berbeda-beda, tak menentu arah yang jelas dan lurus. Dengan demikian, kaum Muslim di berbagai belahan dunia belum mampu bersatu untuk menuntut penguasa mereka agar mengirimkan pasukan militer Islam ke Gaza, untuk mengeluarkan mereka dari dalam jurang kematian juga melawan kekejian Zionis yang hanya berwajah berani di balik dukungan AS.

Saat ini umat sadar akan keadaan Gaza yang begitu memprihatinkan dalam kondisi krisis, namun kesadaran umat belum menyentuh sebuah akar dari solusi yang hakiki, solusi sistematik yang mampu menolong umat Muslim di Gaza. Bahkan kesadaran ini hanya menjadi sebuah opini umum di sebagian kecil umat Islam, belum menyentuh seluruh lapisan umat Islam secara menyeluruh.

Tanah Palestina adalah tanah milik kaum Muslimin. Tanah tersebut telah dijaga dengan sangat hati-hati dan ketat oleh para pemimpin Islam semenjak masa Kekhalifahan Umar hingga masa Kekhalifahan Utsmaniyyah. Bahkan pada masa Kekhalifahan Sultan Abdul Hamid II, yang mana beliau dengan tegas menolak penawaran seorang raja yang hendak membeli tanah Palestina meski dengan harga yang tinggi sekalipun. Palestina yang dijaga agar tidak jatuh ke tangan orang-orang kafir, ironisnya tanah suci milik kaum Muslimin kini dirampok oleh Zionis Yahudi dengan kejam.

Dalam sistem Islam, negara akan menjadikan pembebasan wilayah umat Islam yang terjajah sebagai prioritas utama, dan pembebasan tersebut membutuhkan yang namanya jihad dengan mengirimkan bala bantuan militer dan melindungi tiap jiwa kaum Muslimin tanpa terkecuali. Bahkan kewajiban jihad telah ada sejak zaman Rasulullah ﷺ, dan telah tercatat dalam sejarah emas umat Islam yang ampuh mengakhiri segala bentuk penjajahan.

Oleh karena itu, umat Islam saat ini memerlukan edukasi yang luas dan terus-menerus mengenai kewajiban kita sebagai umat Islam untuk selalu membela saudara-saudara Muslim kita di Palestina. Menjadi kewajiban bagi umat Islam untuk mewujudkan kepemimpinan yang berdasarkan syariat Islam. Meskipun solusi ini tidak mudah, hal itu bukan berarti tidak mungkin untuk diwujudkan.

Wallâhu a'lam bissawwâb.

Posting Komentar

0 Komentar