
Oleh: Siti Saniyyah
Santriwati PPTQ Darul Bayan Sumedang
Assalamualaikum guys,
Di bulan November, ada salah satu tanggal yang diperingati sebagai Hari Santri Nasional. Tanggal berapa, coba? Yapp, 22 November! Namun, pada peringatan Hari Santri periode 2025 ini, Hari Santri dibuka dengan kejadian menghebohkan yang datang dari dunia pesantren. Seorang santri nekat membakar asrama di pesantren Babul Maghfiroh, Aceh Besar, pada Jumat, 31 Oktober.
Polisi mengungkapkan bahwa pelakunya adalah salah satu santri yang masih di bawah umur. Pelaku mengaku membakar gedung asrama karena sering menjadi korban bullying dari beberapa temannya. Kapolresta Banda Aceh, Kombes Pol Joko Haripurwono, mengatakan hal tersebut saat konferensi di Meuligoe, Rastra Sewakottama, Kamis (6/11).
Ih, ngeri banget ya… Emang serem kalau sudah dendam, mereka bisa saja melakukan hal-hal yang di luar nalar, bahkan bisa membahayakan nyawa.
Kalau kita perhatikan, faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kasus seperti ini wajar saja, kan? Sudah sakit hati jadi korban bullying yang akhirnya berujung pada dendam, ditambah lagi dengan pengaruh media sosial yang di dalamnya banyak konten yang justru memberi ide kepada para korban bullying ini untuk membalas dendam.
Selain itu, kasus bullying juga sering dijadikan bahan candaan di media sosial. Semua ini terjadi karena kita hidup dalam sistem sekuler. Sekuler itu adalah sistem kehidupan yang memisahkan agama dari kehidupan. Di dalamnya ada sistem pendidikan sekuler kapitalistik yang berfokus pada materi, dan metode ini telah gagal menghasilkan generasi dambaan, seperti yang terjadi pada contoh di atas.
Lalu, bagaimana caranya kita bisa mencegah bullying dan menghasilkan generasi yang baik? Berarti kita harus melakukan kebalikan dari sistem sekuler, yaitu menyatukan antara agama dan kehidupan. Allah itu bukan hanya pencipta, tetapi juga pengatur kehidupan kita. Ketika menciptakan manusia, Allah ï·» juga sudah menyiapkan aturan yang sesuai.
Dalam Islam, pendidikan bukan hanya berfokus pada nilai materi saja, tetapi juga dibangun atas aqidah Islam dan menjadikan adab sebagai dasar pendidikan. Dijamin, deh, kalau mengikuti aturan dari Allah, akan terlahir generasi yang bukan hanya cerdas, tetapi juga berakhlak. Terbukti, di zaman kekhilafahan Islam, banyak terlahir para jenius yang sampai saat ini karya mereka masih dijadikan rujukan. Di zaman itu, negara menjadi penjamin utama pendidikan, membina moral umat, dan melindungi generasi dari kedzaliman sosial.
Jadi, untuk memperbaiki generasi yang rusak moral dan terbelakang pendidikannya, kita harus move on dari sistem sekuler yang merusak dan beralih ke sistem Islam.

0 Komentar