
Oleh : Ahmad Khozinudin
Sastrawan Politik
Ada kegelisahan yang mendera masyarakat Madura, diwakili oleh para alim dan ulama yang merasa bosan dengan kelakuan para elit. Perjuangan yang mengandalkan ketokohan, mengharap perubahan melalui Pemilu dan Pilpres, sudah tidak lagi bisa diharapkan.
Ulama-ulama di Madura jengah dan hampir putus asa melihat perjuangan dalam demokrasi, mereka juga mulai sadar akan kelemahan perjuangan karena ketokohan semata, dan sudah muak dengan tingkat laku orang-orang partai yangg hanya haus kekuasaan, bukan semata-mata perjuangan Islam. Begitulah, ungkap seorang sahabat kepada saya pasca diselenggarakannya ISLAMIC LAWYER FORUM MADURA (ILF) #7, "Refleksi Akhir Tahun 2020 & Proyeksi Umat Islam Tahun 2021", pada Sabtu malam (26/12).
Dalam forum diskusi, saya mendengar langsung seruan tokoh Madura yang menginginkan perubahan, siap untuk dipimpin menuju perubahan, karena masyarakat Madura umumnya adalah masyarakat yang ulet, berkarakter pejuang, dan siap menanggung beban perjuangan demi tegaknya izzul Islam wal muslimin.
Meskipun hanya berada di forum zoom meeting, saya berasa berada di antara kaum yang memiliki karakter seperti kaum Anshar yang terdiri dari suku Aus dan Kajraz. Kaum militan yang siap 'pasang badan' demi membela agama Islam.
Memang benar, fenomena ketidakpercayaan pada figur pemimpin dan berbagai mimpi perubahan yang dijanjikan sistem Demokrasi bukan hanya terjadi di Madura. Diberbagai daerah, dimana penulis hadir dalam berbagai forum diskusi, rasa jengah dan muak pada sistem demokrasi dan kelakuan para politisi telah menjadi gejala umum yang menguat. Namun, umumnya mereka juga bingung, lantas kalau tidak dengan demokrasi dengan apa berjuang?
Nah, dalam tulisan ini saya ingin menyampaikan seruan hangat kepada seluruh umat Islam khususnya masyarakat Madura. Sesungguhnya, agama Islam hanya akan tegak jika Umat ini meneladani perjuangan Rasulullah Saw. Sebaliknya, umat ini akan tetap terpuruk dan menjadi objek tipuan para elit, jika masih membebek pada Demokrasi.
Dalam satu sesi tanya jawab, ada yang mempertanyakan eksistensi HTI yang sebelum dicabut badan hukumnya begitu lantang dan Istiqomah memperjuangkan Khilafah. Bagaimana perjuangan Khilafah pasca HTI dicabut BHPnya?
Penulis tidak punya kapasitas untuk menjawab atas nama HTI. Namun, penulis menegaskan bahwa Khilafah adalah perjuangan umat Islam bukan semata-mata perjuangan HTI. Sebab, khilafah yang tegak kelak adalah Khilafah bagi segenap umat Islam.
Karena itu, penting bagi masyarakat Madura dan umat Islam pada umumnya untuk berlomba-lomba memperjuangkan Khilafah. Berebut kemuliaannya, untuk berjuang menegakkan hukum Allah SWT.
Memperjuangkan Khilafah tidak akan kecewa dan dibohongi. Sebab Khilafah memiliki visi menjadikan hukum Allah SWT berkuasa di bumi, bukan sekedar mengantarkan para petualang politik oportunis menuju kursi kekuasaan.
Karena itu, kepada segenap masyarakat Madura dan kaum muslimin pada umumnya, mari bersama memperjuangkan Khilafah. Mari mengembalikan hukum Allah SWT agar kembali mengatur manusia. InsyaAllah, Anda akan dimuliakan dengan perjuangan Islam.
Untuk meraih kemuliaan Islam, menegakkan Khilafah Islamiyyah tidak bisa dilakukan dengan kudeta. Karena kudeta, hanyalah cara untuk merampas kekuasaan.
Untuk meraih kemuliaan Islam, menegakkan Khilafah Islamiyah tidak bisa dilakukan dengan people power. Karena people power, hanyalah cara untuk menjatuhkan kekuasaan.
Untuk meraih kemuliaan Islam, menegakkan Khilafah Islamiyyah tidak bisa dilakukan dengan ikut Pemilu atau Pilpres. Karena Pemilu dan Pilpres, hanyalah cara untuk mengantarkan politisi culas sampai ke tampuk kekuasaan.
Untuk meraih kemuliaan Islam, menegakkan Khilafah Islamiyyah hanya bisa ditempuh dengan mencontoh teladan kita, Nabi Muhammad Saw. Yakni, dengan dakwah. Dakwah untuk memahamkan umat agar memiliki kesadaran untuk berhukum dengan hukum Allah SWT, dan secara serempak menuntut ditegakkannya sistem Islam yakni Khilafah. [].
0 Komentar