
Oleh : Ahmad Khozinudin
Sastrawan Politik
Anda tak usah berfikir, orang yang berbuat zalim akan meminta maaf, atau minimal merasa bersalah dengan kedzalimannya. Orang yang terbiasa berbuat zalim, akan diangkat 'Ruh Kebajikan' dari jiwanya, sehingga standar kebenaran, rasa bersalah akan kezaliman, berusaha meminta maaf dan tak akan mengulangi perbuatan, sudah tak ada lagi pada dirinya.
Jadi, jangankan untuk satu nyawa yang mati karena sakit. Untuk 6 nyawa yang jelas mati tertembak saja, mereka pun bersama-sama ingkar. Setelah membunuh, mereka tuduh orang yang dibunuh sebagai pelaku. Mereka buka proses hukum untuk menindak korban yang sudah hilang nyawanya, dengan narasi sebagai pelaku kejahatan.
Tidak itu saja, bukannya meminta maaf dan bertanggung jawab atas perbuatannya, pelaku kezaliman justru meningkatkan kezalimannya. Bukan hanya 6 nyawa melayang, tetapi juga pembubaran dan sejumlah penangkapan. Mereka merasa dunia dalam genggaman, hingga mampu berbuat semaunya.
Jadi, kalau hanya satu nyawa, meninggal karena sakit, jangan berasumsi mereka akan merasa bersalah. Apalagi mau meminta maaf. Jadi biasa saja, sudah teledor menyebabkan kematian, lalu tebar fitnah dengan narasi 'penyakit yang tak dapat disebutkan karena khawatir menjadi aib keluarga'.
Kelakuan orang zalim, ya begitu. Sudah berbuat zalim, tebar fitnah. Kalau ada yang mengusung narasi berbeda, ditangkap, dituduh hoax. Sementara, penzalim tiada hentinya menebarkan kedustaan.
Tak perlu pula berharap pada komisi ini komisi itu. Berharap lah hanya kepada Allah SWT semata.
Kita sudah dikecewakan, oleh komisi yang tidak jelas, yang mengkorupsi dua nyawa, dengan hanya menyatakan empat nyawa yang dipersoalkan. Itu pun, hanya ucapan dibibir yang tidak berguna. Sampai hari ini, tidak jelas kelanjutannya.
Bagi umat Islam, bersabarlah. Ada saatnya, kelak Allah SWT akan bungkam mulut para penzalim. Mereka, akan mendapatkan balasan di dunia, dan diakhirat kelak. [].
0 Komentar