
Oleh : Ahmad Khozinudin
Sastrawan Politik
Uang adalah satuan penyimpan nilai, alat pembayaran, dan media transaksi pertukaran barang dan jasa. Untuk menjalankan fungsinya, uang harus memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi dari pelaku usaha, baik produsen, distributor dan customer. Uang akan mendapat masalah, jika pelaku usaha tidak mempercayainya.
Uang yang berasal dari bahan logam mulia, khususnya emas dan perak (Dinar dan Dirham), jelas mampu menjalankan fungsi uang baik sebagai satuan penyimpan nilai, alat pembayaran, dan sebagai media transaksi pertukaran barang dan jasa. Tanpa paksaan dari UU Negara, emas dan perak tetap memiliki nilai, berlaku dalam seluruh komunitas masyarakat dan diterima sebagai alat pembayaran.
Berbeda dengan Dinar dan Dirham, uang kertas (Fiat Money) keberlakuannya tergantung daya paksa UU yang dikeluarkan oleh suatu Negara. Jika suatu negara telah berlepas diri dari nilai fiat money, tak menjamin keberlakuannya, maka uang kertas tak lebih dari sampah kertas yang tidak bernilai. Kalau mau di loakan, lebih berharga kertas koran karena masih memiliki nilai manfaat untuk alat pembungkus. Sementara uang kertas, jika negara melepaskan keberlakuannya, benar-benar telah berubah menjadi sampah kertas, yang tidak ada gunanya kecuali untuk dibakar dan dibuang.
Problem kepercayaan pasar terhadap nilai uang kertas, sangat bergantung pada pertumbuhan ekonomi negara yang mengeluarkan uang, suplai dan demand uang di bursa mata uang, gejolak moneter dan bahkan hingga stabilitas politik sebuah negara. Nilai uang kertas, tidak bisa dijamin, sangat fluktuatif, dan memiliki cacat bawaan yakni memiliki karakter inflasi sepanjang zaman.
Problematika uang ini mulai menimpa Umat manusia, sejak Amerika pada tahun 1970 melepaskan diri dari kesepakatan Bretton Woods, dan menyatakan dolar Amerika tidak dicetak dengan bakc up emas. Sejak saat itu, gejolak moneter dunia menimbulkan dampak krisis ekonomi diberbagai pelosok negeri.
Amerika menipu dunia, dengan kertas dolarnya. Pada saat yang sama, Amerika menyedot emas dunia sebagai cadangan moneternya.
Amerika mengambil manfaat dari setiap transaksi dunia yang menggunakan Dolar, dan hanya terus melakukan pemantauan untuk kembali mencetak dolar, demi memenuhi kebutuhan transaksi dunia. Amerika, mencuri sebagian keuntungan produksi dunia melalui dolar Amerika yang dipaksakan menjadi alat transaksi.
Dunia ketiga, terpaksa mengambil dolar untuk transaksi ekspor impor. Dan setiap ekspor impor yang mengunakan dolar Amerika, secara otomatis menguntungkan Amerika. Untuk produk barang dan jasa yang tidak dikeluarkan Amerika, negara kapitalis ini seenak hati mencetak dolar dan mengambil keuntungan darinya.
Hingga pada suatu ketika, Amerika menyatakan melepaskan nilai dolarnya, dunia hanya bisa gigit jari. Menangisi dolar yang ada ditangannya menjadi tidak berharga. Menjadi sampah kertas.
Fluktuasi nilai uang, menyebabkan dunia usaha tak memiliki jaminan untuk berproduksi. Harga jual tak bisa diterapkan berdasarkan ongkos produksi, nilai serapan pasar dan harga yang ditetapkan dengan margin keuntungan yang telah diperhitungkan. Tetapi akan ambyar, jika nilai mata uang mengalami fluktuasi. Banyak usaha gulung tikar, bukan karena berhentinya produksi atau turunnya permintaan pasar, tapi karena problem nilai mata uang.
Karena itu, dunia harus kembali kepada sistem moneter yang berbasis emas dan perak. Itulah, mata uang Dinar dan Dirham yang merupakan ajaran Rasulullah Saw. Satu sistem mata uang yang kokoh, anti inflasi, memiliki nilai intrinsik dan diterima sebagai alat pembayaran oleh semua umat dan bangsa, tanpa memperhatikan perbedaan suku, agama, ras dan antar golongan (SARA).
Sistem ini bukan diterapkan oleh individu atau komunitas. Melainkan oleh Negara. Dan negara ini bukan sembarang negara, melainkan negara Khilafah.
Kelak, khilafah akan menerapkan Dinar dan Dirham pada transaksi dalam negeri, dan berinteraksi dengan dunia melalui sejumlah transaksi luar negeri. Perlahan namun pasti, Khilafah akan memimpin dan membimbing dunia kembali pada sistem uang berbasis Dinar dan Dirham. InsyaAllah, dunia akan kembali damai dan sejahtera dibawah kepemimpinan Khilafah Islamiyyah. [].
0 Komentar