NEGARA KHILAFAH, IMPIAN UNTUK MEWUJUDKAN UNIVERSITAS KHILAFAH


[Tanggapan Untuk Cak Nun, Menanggapi artikel "Universitas Khilafah"]

Oleh : Ahmad Khozinudin
Sastrawan Politik

"Sampai-sampai kata “khilafah” dilarang dan dibenci. Maka “Universitas Khilafah” monggo diganti lebih halus menjadi misalnya “Universitas Ulul Albab”. Supaya tidak menyakiti hati orang-orang bodoh." Emha Ainun Nadjib

Saya belum pernah bertemu, meskipun sangat ingin berjumpa, dengan sosok Emha Ainun Nadjib atau yang akrab dikenal dengan panggilan "Cak Nun". Meski usia telah menapaki masa senja, Ulama yang satu ini tidak nampak terlihat tua. Setidaknya, pada gairahnya akan ilmu dan keberaniannya menentang kezaliman.

Saya tidak akan mendiskusikan usia terkait kapan dan siapa yang mendahului, sebab ajal tak mengenal waktu. Beberapa kali -karena kesilapan saya sebagai orang awam- berdoa agar orang-orang zalim segera diambil nyawanya, nyatanya mereka tetap awet panjang umur. Namun, orang baik seperti Bang Najamudin Ramli ternyata duluan dipanggil Allah SWT.

Memang demikianlah realitanya, kebajikan tak memperpanjang nyawa sebagaimana kezaliman tak menyegerakan ajal.

Bahkan terkadang, orang-orang zalim seperti diberi tangguh dengan usia yang panjang, entah untuk tujuan agar kesempatan bertaubat lebih terbuka lebar atau agar sebelum menghadap azab pedih di akhirat dapat mencicipi sebagian akibat dari kezalimannya di dunia.

Cak Nun, saat ini telah berusia 66 tahun. Dapat bonus 3 tahun, jika dihitung dari usia kanjeng Nabi Muhammad Saw. Sementara saya, baru berusia sekira separuhnya lebih sedikit.

Karena kesempatan bertemu mungkin sedikit, meski tetap ada, melalui tulisan ini saya ingin berdiskusi dengan Cak Nun. Ya, saya menyebutnya "Ulama" bukan sekedar Budayawan. Karena sikap "takutnya" kepada Allah SWT. Salah satu petunjuk seseorang hanya takut kepada Allah SWT, adalah tidak takut celaan dan ancaman kezaliman manusia.

Saat pertama kali Khilafah di Monsterisasi oleh Rezim Jokowi, dengan apiknya Cak Nun membela Khilafah sebagai kata yang berasal dari Allah SWT dengan mengunggah artikel "The Scary Khilafah". Cak Nun terbuka melawan narasi negatif yang dipasarkan rezim Jokowi, yang ingin mendeskreditkan ajaran Islam Khilafah.

Sejalan dengan apa yang ditulis Cak Nun dalam artikelnya berjudul "Universitas Khilafah", saya juga mengadopsi pengertian ulama secara substantif bukan secara formalis. Ulama, adalah mereka yang hanya takut kepada Allah SWT. Dan sudah semestinya, semakin berilmu, semakin alim, semakin tahu kebesaran Allah SWT, semakin tahu ancaman bagi penentang Allah SWT, akan semakin takut kepada-Nya.

Saya tergoda, untuk mengomentari paragraf akhir dari artikel Cak Nun. Dalam artikel tersebut, Cak Nun menyatakan :

"Andaikan Maiyah dikucuri Allah kemampuan dan biaya, kita bikin Universitas Khilafah. Media pembelajaran dan pelatihan dinamis yang mendadar kemampuan manajemen manusia dalam mengelola hidupnya. Kehidupan internal individunya, keluarganya, masyarakatnya, negara dan dunia. Dengan mempersiapkan kelengkapan dan komprehensi ilmu dan pengetahuan, aplikasi “kaffah”nya, tradisi “tadabbur” dan istiqamah “riyadloh”nya. Para pembelajar dituntun, dibimbing, dilatih, dan diuji untuk menjadi ulama-ulama yang mengerti kelengkapan urusan umara, serta umara-umara yang memiliki landasan watak dan manajemen keulamaan."


Selanjutnya, Cak Nun menyatakan :

"Sampai-sampai kata “khilafah” dilarang dan dibenci. Maka “Universitas Khilafah” monggo diganti lebih halus menjadi misalnya “Universitas Ulul Albab”. Supaya tidak menyakiti hati orang-orang bodoh."

Sekarang saya ingin mulai berkomentar, tentang Universitas Khilafah. Tentang impian Cak Nun yang jika dikucuri Allah kemampuan dan biaya, akan membuat Universitas Khilafah. Media pembelajaran dan pelatihan dinamis yang mendadar kemampuan manajemen manusia dalam mengelola hidupnya. Kehidupan internal individunya, keluarganya, masyarakatnya, negara dan dunia. Dengan mempersiapkan kelengkapan dan komprehensi ilmu dan pengetahuan, aplikasi “kaffah”nya, tradisi “tadabbur” dan istiqamah “riyadloh”nya. Para pembelajar dituntun, dibimbing, dilatih, dan diuji untuk menjadi ulama-ulama yang mengerti kelengkapan urusan umara, serta umara-umara yang memiliki landasan watak dan manajemen keulamaan.

Begini,
Semua impian Cak Nun akan terwujud saat Daulah Khilafah tegak di bumi ini. Karena, dalam sistem Negara Khilafah, pendidikan adalah hak dasar seluruh warga negara Khilafah yang wajib dipenuhi oleh Khilafah secara cuma-cuma (gratis). Khilafah, akan melayani kebutuhan kolektif warga negara baik dalam urusan Pendidikan, Kesehatan dan Keamanan.

Adapun dalam hal pemenuhan kebutuhan dasar berupa pangan, sandang dan papan, maka Khilafah akan mencukupi kebutuhan rakyat individu per individu. Jadi, tugas Khalifah itu bukan memantau indikator pertumbuhan ekonomi di angka berapa? Tapi, secara langsung mengecek, adakah rakyat yang lapar? Adakah rakyat yang belum tercukupi kebutuhan pakaiannya ? Adakah rakyat yang belum memiliki tempat hidup bernaung?

Adapun, alokasi anggaran untuk mewujudkan Universitas Khilafah yang diimpikan Cak Nun, Khilafah memiliki sumber pembiayaan yang berlimpah. InsyaAllah, Universitas Khilafah tidak dibangun dengan mengedarkan kotak amal di setiap perempatan jalan atau toko-toko makanan.

Khilafah, memiliki sumber pemasukan yang cukup dari harta jenis Al Milkuyatul Ammah (harta milik umum), diantaranya berupa tambang dan hutan. Cak Nun, dengan emas Freeport saja kita bisa bikin banyak Universitas Khilafah. Apalagi, kita punya banyak tambang dan kekayaan alam lainnya?

Belum lagi, Khilafah juga punya sumber pemasukan dari harta jenis Kepemilikan Negara (Al Milkiyatul Daulah), seperti Kharaj, Fa'i, Ghanimah, Usyur, Rikaz, dll. Tapi khusus harta zakat, kita tidak akan kutak katik Cak, harta zakat tak boleh membiayai pendirian Universitas Khilafah.

Sebab, harta zakat telah ditetapkan khusus bagi 8 asnaf yang telah ditentukan syariat. Haram bagi kita, membangun Universitas Khilafah menggunakan harta zakat yang menjadi hak fakir miskin dan 6 asnaf lainnya.

Khilafah yang dibangun akan mengadopsi kurikulum pendidikan yang seperti Cak Nun sampaikan. Atau sederhananya, kurikulum yang mengadopsi Wahyu agar hidup lebih terarah, mengadopsi iptek agar hidup lebih mudah, dan mengadopsi seni (sastra) agar hidup lebih indah. Istilah Ini adalah substansi kurikulum yang akan diadopsi, mengambil istilah yang ditulis oleh Prof Fahmi Amhar.

Sebuah kurikulum, yang akan mencetak rakyat bersyakhsiyah (berkepribadian) Islam. Yakni, rakyat yang pola fikir (Aqliyah) dan pola sikapnya (Nafsiyah) Islami. Pribadi yang juga menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, tentu saja agar tidak garing juga membentuk pribadi yang kaya akan sastra.

Pokoknya, saat Daulah Khilafah tegak kelak impian Cak Nun dan Bani Maiyah akan berdirinya Universitas Khilafah akan terwujud. Saat berdiri kelak, sebaiknya tetap diberi nama Universitas Khilafah. Agar orang bodoh paham akan kebodohannya, dan agar orang alim tidak ikut menjadi bodoh karena menuruti keinginan orang bodoh, atau setidaknya khawatir menyakiti hati orang bodoh. [].

Tanggapan atas artikel

Posting Komentar

0 Komentar