INI MASIH SOAL KHILAFAH


Oleh : Ahmad Khozinudin
Sastrawan Politik

Saat saya mengunggah artikel dengan judul "Bismillah, Saya Menawarkan Khilafah" ada beberapa komentar Netizen yang layak untuk ditanggapi. Sebelum masuk pada substansi pembahasan, saya ingin mengklarifikasi beberapa hal.

Pertama, saya menawarkan Khilafah bukan berarti karena Khilafah barang tak laku sehingga butuh 'sales' untuk menjajakannya. Khilafah adalah mahkota kewajiban, dimana banyak Taklif syari'at tidak bisa dijalankan kecuali mewajibkan adanya Khilafah.

Jadi nomenklatur 'menawarkan' hanyalah bahasa komunikasi untuk memudahkan. Menawarkan, maknanya mendakwahkan. Sesuatu yang ditawarkan, bukan berarti karena barang tak laku. Atau dengan logika, kalau barang laku kenapa harus sibuk ditawarkan?

Analogi sederhananya, adalah ketika Rasulullah Saw menawarkan Islam kepada seluruh bangsa di Jazirah Arab. Apakah itu karena Islam tidak laku ? Tidak berkualitas? Bukan. Justru karena Islam penting, dan sangat dibutuhkan Umat manusia, maka Rasulullah Saw menawarkannya kepada seluruh umat dan bangsa.

Kenapa saya memilih nomenklatur 'menawarkan'? Atau istilah yang mirip adalah 'mengajak' untuk memperjuangkan Khilafah? Itu semua berangkat dari pemahaman bahwa apa yang saya bawa hanyalah tawaran, hanya ajakan, tidak ada satupun paksaan didalamnya.

Anda boleh menolak, sangat diharapkan menerima. Tapi tak perlu, anda menentang apalagi memusuhi. Jika anda marah dengan ajakan saya, atau marah pada tawaran khilafah yang saya bahwa, cukuplah kemarahan itu bagi Anda.

Kedua, saya ini orang yang tak pusing dengan hasil, tapi peduli dengan pahala. Saat saya menawarkan Khilafah, saya sudah dapat pahala. Saat Anda menerima dan mendakwahkan Khilafah, saya mendapat tambahan pahala.

Saat Anda menolak, saya tidak berdosa. Saat anda menentang dan menguji kesabaran, dan saya bersabar atas penentangan itu, juga menjadi tambahan pahala untuk saya.

Jadi, tak perlu pusing membuat hipotesa. Kalau anda menerima, saya akan bagaimana. Kalau Anda menolak, saya akan melakukan apa. Sebab, saya tak peduli pada urusan itu. Yang saya pedulikan, saya menjalankan kewajiban dan saya mendapat pahala dari pelaksana kewajiban itu, yakni kewajiban menawarkan (baca : mendakwahkan) Khilafah.

Sementara cukup dua poin tersebut.

Pada subtansi tawaran khilafah yang saya ajukan ada yang menganggap Khilafah itu hadiah ketaatan. Tak perlu sibuk menawarkan, toh pada saatnya Khilafah akan datang, tanpa peran serta manusia. Khilafah adalah janji Allah SWT, jadi cukuplah beriman kepada-Nya.

Saya ingin jelaskan, bahwa saya mengadopsi iman sebagaimana imannya para Sahabat RA dan Muhammad Al Fatih. Saat Para Sahabat RA mendengar kabar konstantinopel akan ditaklukkan, mereka semua berjuang, menyiapkan segala syarat penaklukan, dari tentara, strategi, kemampuan penetrasi politik dan infiltrasi, sampai segala hal yang memungkinkan untuk menaklukkan konstantinopel.
Sahabat Abu Ayub Al Anshori sampai di kebumikan diperbatasan konstantinopel, dalam ikhtiar penaklukan. Beberapa generasi Islam mencoba menaklukkan, tetapi belum berhasil.

Sampai akhirnya, Muhammad Al Fatih, 700 tahun setelah sabda Rasulullah Saw, akhirnya mampu menaklukkan konstantinopel. Apakah mereka semua hanya diam berpangku tangan? Tidak. Mereka semua berjuang, selain beriman pada kabar gembira penaklukan konstantinopel.

Begitu pula yang saya lakukan, menawarkan khilafah adalah bagian dari berjuang untuk menegakkan Khilafah, sebagaimana dikabarkan Rasullullah Saw. Saya, tidak berdiam dan berpangku tangan. Anda juga demikian, tak boleh diam dan berpangku tangan sambil menunggu durian jatuh dari langit.

Ada juga, yang masih berhalusinasi dengan konsep kesepakatan bapak pendiri bangsa, walaupun kesepakatan itu berulang kali dikhianati. Saya cukup bosan menjelaskan hal ini, tentang kemuskilan Pancasila. Belum ada satupun fakta, negara menjadi kuat dan memberikan keadilan dan kesejahteraan paling tinggi, dengan menerapkan Pancasila.

Umat ini bukan ajang coba coba. Tak ada bukti Pancasila mampu menyejahterakan, apalagi memberikan keadilan. Kalau Khilafah? Sudah terbukti hampir 13 Abad, memimpin pentas peradaban dunia.

Lagipula, tantangan negeri ini adalah kapitalisme Amerika, Eropa, dan sosialisme China dan Rusia. Mana mungkin, adidaya seperti ini dilawan dengan Pancasila yang tak jelas konsepnya ? Ini harus dilawan dengan Islam, melalui institusi Khilafah.

Lagipula, khilafah diperjuangkan itu visinya bukan hanya untuk negeri ini, tapi untuk seluruh kaum muslimin, untuk seluruh dunia, agar Islam menjadi Rahmatan Lil Alamien. Jadi, jangan tanggung-tanggung kalau mau punya visi perjuangan.

Coba bayangkan, betapa bangganya anak cucu kita kelak. Negeri ini mengawali penegakan Khilafah, negeri ini menjadi pusat peradaban Islam, negeri ini menyatukan seluruh kaum muslimin, negeri ini menjadi Negara adidaya yang disegani seluruh umat dan bangsa.

Saya sebenarnya, ingin menuliskan banyak hal lagi kepada Anda. Tapi maaf, jari telunjuk saya mulai pegal. Semoga lain waktu bisa disambung. Puas tidak puas, tulisan ini selesai. Titik. [].

Posting Komentar

0 Komentar