
Oleh : Ahmad Khozinudin
Sastrawan Politik
Komisaris Utama sekaligus Komisaris Independen PT Kereta Api Indonesia (PT KAI) Pak Sa'id Aqil Siradj ikut berkomentar terkait bom Makassar. Menurutnya, ajaran Wahabi merupakan pintu masuk terorisme. Ia pun meminta pemerintah membendung paham-paham ini.
"Kalau kita benar-benar sepakat, benar-benar satu barisan ingin menghadapi, menghabiskan, menghabisi jaringan terorisme dan radikalisme, benihnya yang dihadapin, pintu masuknya yang harus kita habisin, apa? Wahabi! Ajaran Wahabi itu pintu masuknya terorisme," kata Said dalam sebuah seminar virtual, Selasa (30/3).
Pernyataan Said Aqil Siradj ini sangat tendensius, tudingan yang tidak berdasarkan fakta, bahkan tidak masuk kategori kajian yang dapat dipertimbangkan kesimpulannya. Tidak ada satupun putusan pengadilan, yang membenarkan kaitan Terorisme dan Radikalisme dengan Wahabisme. Terlepas Wahabi adalah Mahzab yang kontroversi di kalangan umat Islam, namun penyebutan Wahabi ini menjadi pintu untuk mengaitkan radikalisme dan terorisme dengan Islam.
Sebagaimana diketahui, orkestra terorisme ini hanya ramai ditingkat penangkapan dan penembakan. Sementara itu, kebenaran materiil di persidangan tak pernah terbukti narasinya.
Bahkan, hampir semua kasus terorisme berhenti di kepolisian, ada juga yang tewas saat penyidikan oleh Densus 88. Sehingga, klaim sepihak terkait terorisme yang disuarakan kepolisian, tak terbukti di pengadilan. Banyak pula, kasus Terorisme yang raib ditingkat penyelidikan dan atau penyelidikan, tidak sampai ke Pengadilan.
Sebelumnya, Sa'id Aqil juga ngawur pernah mendeskreditkan janggut dan jidat Hitam. Said bahkan menuding, semakin panjang jenggotnya semakin goblok. Entah apa yang menjadi dasar omongannya.
Saya sarankan, Pak Sa'id selaku komisaris PT KAI fokus bicara sesuai keahliannya. Mungkin, akan lebih bermakna jika Pak Sa'id bicara bagaimana menggabungkan rangkaian gerbong kereta agar terhubung, atau menjelaskan bagaimana kereta bisa berjalan diatas rel, atau antisipasi jika mendadak kereta ban nya bocor di perjalanan, padahal tidak ada tukang tambal ban di kiri kanan sepanjang rel.
Sebagai Komisaris PT KAI, Statement Sa'id Aqil lebih bermanfaat memberikan advice kepada PT KAI, bukan bicara terorisme. Terorisme, bagi KAI tidak menguntungkan dan tidak bermanfaat. Salah komentar, penumpang PT KAI bisa anjlok, karena risih dengan komentar komisarisnya.
Andaipun ingin bicara diluar urusan kereta api, bicara lah yang meneduhkan dan sesuai dengan status keulamaan, termasuk menghormati proses hukum. Misalnya, mengucap bela sungkawa atas musibah, meminta masyarakat khususnya umat Islam untuk menahan diri, menunggu proses hukum kepolisian dan menghimbau masyarakat tidak berspekulasi, dan mengajak segenap elemen anak bangsa untuk berdoa kepada Allah SWT agar diberi kesabaran dan dihindarkan dari musibah serupa. Bukan malah teriak radikalisme wahabisme, seperti Buzer saja kelakukannya.
Orang bicara pada sesuatu yang bukan bidangnya, itu bisa mengeluarkan kata-kata ajaib. Menyebut penyebab terorisme Wahabi, itu sama saja menuduh Islam. Semestinya, bicara tentang ketidakadilan sebagai akar masalahnya. Bukan mendeskreditkan Wahabi, terlepas Wahabi juga kontoversi, namun mengaitkan isu terorisme dengan Wahabi dapat dijadikan bridging mengaitkan terorisme dengan Islam.
Dan publik juga paham, hakekat War On Terorisme, War On Radicalsm, adalah War on Islam. Jadi, berhentilah menjadi juru bicara pendengki Islam. [].
0 Komentar