
Oleh: Ummu Zaid
Penulis Lepas
Anak-anak Gaza telah terbiasa hidup di tengah dentuman bom, deru pesawat pengintai, dan suara tembakan. Itulah gambaran kehidupan sehari-hari mereka.
Penjajahan di Gaza terus berlangsung melalui pengeboman sekolah, rumah sakit, dan fasilitas publik, disertai pembunuhan serta pelaparan sistematis. Kondisi warga Gaza di tengah perang ini sungguh memprihatinkan. Keadaan mereka setiap hari semakin buruk dan bertambah parah.
Namun, semangat pemuda Gaza dalam menuntut ilmu tetap teguh. Walaupun tempat belajar mereka sudah rata dengan tanah, hal itu tidak membuat mereka putus asa dan berhenti.
Kalau melihat raut muka pemuda Gaza, tercermin tidak ada kata menyerah. Bahkan niat untuk bunuh diri atau pergi meninggalkan Gaza tidak ada dalam pikiran mereka. Pemuda Gaza menerima semua ini tanpa mengeluh. Semua dijalani dengan kesabaran dan keikhlasan. Mereka bersikap tawakal dan tersenyum dalam situasi ini. Padahal mereka masih berada dalam penderitaan melawan penjajahan Zionis, bahkan kehilangan keluarga, saudara, orang tua, serta teman-teman mereka.
Di luar Gaza, ada fenomena duck syndrome yang menjangkiti mahasiswa Universitas Stanford. Mereka tampak tenang, tetapi sebenarnya mengalami tekanan berat yang disembunyikan. Duck syndrome juga terlihat di kampus-kampus seluruh dunia, termasuk mahasiswa Indonesia, dalam mencapai cita-cita hidup. Mereka memiliki ekspektasi tinggi terhadap diri sendiri dan lingkungan sekitarnya.
Gedung sekolah warga Gaza boleh rusak, tetapi pembentukan generasi Al-Aqsa tetap dilakukan. Orang tua, nenek, teman, dan tetangga bahu-membahu menciptakan kondisi pembelajaran. Mereka yang masih hidup dan memiliki kemampuan hafalan akan mentransfer ilmu kepada anak-anak dan remaja Gaza, serta menanamkan cinta kepada Allah, Rasul, bahkan kemuliaan mati syahid membela tanah Palestina. Pendidikan Al-Qur’an mampu membentuk pemuda Gaza dengan kepribadian Islam dalam rangka menjaga Masjid Al-Aqsa dan tanah kaum Muslimin.
Pemuda Gaza tidak pernah menjadikan kondisi genosida sebagai alasan untuk berhenti belajar. Bahkan, mereka berhasil menyelesaikan pendidikan meskipun tanpa orang tua yang telah mati syahid. Berbeda dengan kondisi pemuda di bawah sistem kapitalisme yang memiliki mental rapuh, mudah menyerah, dan putus asa menghadapi permasalahan. Mereka berjuang untuk bertahan, ditambah tuntutan hidup sempurna ala kapitalisme (gaya hidup, flexing) padahal sebenarnya tidak mampu, tetapi tetap memaksakan diri hingga mental mereka stres. Sungguh miris hidup dalam sistem kapitalisme.
Dalam sistem kapitalisme, agama dipisahkan dari kehidupan. Hal ini menyebabkan pemuda rentan lemah iman, tidak memahami tujuan hidup, prioritas amal, serta rendah kesadaran politik. Apalagi sistem kapitalisme menjadi biang kerok krisis multidimensi. Masalah ini tidak bisa diselesaikan secara tuntas oleh individu, melainkan membutuhkan sistem yang mampu mengatasinya.
Untuk mengakhiri genosida di Gaza dibutuhkan penyatuan umat Islam, yaitu khilafah, yang mampu mengusir Zionis dari bumi Palestina dengan seruan jihad di bawah komando Khalifah. Tentara kaum Muslimin akan berangkat berperang melawan Zionis, Amerika Serikat, dan sekutunya.
Remaja, anak-anak, dan warga Gaza akan bisa merasakan kehidupan damai, tenang, tanpa perang, serta kembali menikmati kehidupan yang indah dalam naungan syariat Allah. Maka perlu perjuangan menegakkan khilafah. Perjuangan ini membutuhkan dukungan umat, termasuk para pemuda dan mahasiswa Muslim.
اُدْعُ اِÙ„ٰÙ‰ سَبِÙŠْÙ„ِ رَبِّÙƒَ بِالْØِÙƒْÙ…َØ©ِ ÙˆَالْÙ…َÙˆْعِظَØ©ِ الْØَسَÙ†َØ©ِ ÙˆَجَادِÙ„ْÙ‡ُÙ…ْ بِالَّتِÙŠْ Ù‡ِÙŠَ اَØْسَÙ†ُۗ اِÙ†َّ رَبَّÙƒَ Ù‡ُÙˆَ اَعْÙ„َÙ…ُ بِÙ…َÙ†ْ ضَÙ„َّ عَÙ†ْ سَبِÙŠْÙ„ِÙ‡ٖ ÙˆَÙ‡ُÙˆَ اَعْÙ„َÙ…ُ بِالْÙ…ُÙ‡ْتَدِÙŠْÙ†َ
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang paling baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dia lebih mengetahui siapa yang tersesat dari jalan-Nya, dan Dia lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. An-Nahl: 125)
Bukti ketangguhan pemuda Gaza bisa menjadi inspirasi bagi pemuda yang terkena duck syndrome. Dengan memegang Islam dan ajarannya, mereka mampu mencetak generasi kuat, hebat, dan tangguh.
Umat Islam harus berdakwah untuk memahamkan hakikat identitas Muslim/Muslimah agar tidak terjebak standar hidup ala kapitalisme yang membuat stres, merusak, dan menjerumuskan.
Dengan dakwah politik, kaum Muslimin akan disadarkan tentang pentingnya perubahan menuju sistem Islam sebagai solusi tuntas krisis multidimensi, termasuk membebaskan Palestina hanya dengan jihad dan khilafah, tidak ada yang lain.
ÙˆَÙ…َا Ùƒَانَ Ù„ِÙ…ُؤْÙ…ِÙ†ٍ ÙˆَّÙ„َا Ù…ُؤْÙ…ِÙ†َØ©ٍ اِذَا Ù‚َضَÙ‰ اللّٰÙ‡ُ ÙˆَرَسُÙˆْÙ„ُÙ‡ٗٓ اَÙ…ْرًا اَÙ†ْ ÙŠَّÙƒُÙˆْÙ†َ Ù„َÙ‡ُÙ…ُ الْØ®ِÙŠَرَØ©ُ Ù…ِÙ†ْ اَÙ…ْرِÙ‡ِÙ…ْ
“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka.” (QS. Al-Ahzab: 36)
0 Komentar