CLOSE YOUR DOOR, NOT YOUR MIND


Oleh: Ustadz Felix Siaw

Putri saya Alila Shaffiya, lagi di pesantren tahfidz, saya tau persis sulitnya menghafal Al-Qur'an, berhubung saya lebih banyak hilangnya dari hafalnya. Karena itu saat saya diberi kesempatan menjenguk Alila, saya berusaha agar ia tidak mendengar musik, saya khawatir hafalannya terganggu.

Tapi saya sendiri mengambil pendapat bahwa musik itu boleh, tentu dengan beberapa persyaratan. Karenanya, saya masih mendengarkan musik, juga masih berusaha menambah hafalan Al-Qur'an saya. Yang jelas, saya nggak mungkin mendengar musik sambil menghafal Al-Qur'an.

Saya punya teman yang mengambil pendapat berbeda, bahwa musik itu haram. Dia mengutip pendapat ulama, bahwa musik dan Al-Qur'an tidak akan menyatu di hati seorang manusia, juga mengambill tafsir ayat Al-Qur'an, bahwa musik itu melalaikan dan bagian keburukan. Bagi saya it's fine.

Karena Islam itu keren, mengajari setiap Muslim untuk menerima beda pendapat, selama itu pendapat islami. Saya dan teman saya masih bareng, saat ada dia saya nggak dengerin musik, begitu pula dia nggak pernah memaksa dan menghina saya yang masih mendengar musik.

Toleransi bukan teori dalam Islam, tapi praktek sejak syahadat. Kita menerima beda fisik, beda pandangan, bahkan beda hal cabang dalam ibadah, selama kesemuanya masih berdasarkan Al-Qur'an & Hadits, masih ada landasan dan arahan dari ulama yang menguasai bidangnya.

Anehnya, ada diantara manusia, yang koar-koar toleransi, tapi bahkan tak bisa menerima perbedaan cara pandang. Lebih dari itu, lalu mengolok-olok orang-orang yang berusaha dalam kebaikan. Bila kita belum bisa baik, minimal sukailah kebaikan. Kalau susah menghafal Al-Qur'an, minimal hormati dan hargai susahnya santri yang sedang menghafalkan Al-Qur'an. [].

Posting Komentar

0 Komentar