SI DUDUNG SUDAHLAH SALAH MALAH NGOTOT DAN NYOLOT!!?


Oleh: Nasrudin Joha
Pengamat Politik dan Aktivis

"Saya ini Panglima Kostrad, bukan ulama. Jika ulama mengatakan bahwa semua agama itu benar, berarti ia ulama yang salah," Ucap Letjen Dudung Abdurahman, Kamis 16Seprember 2021.

Pangkostrad Letnan Jenderal Dudung Abdurahman menanggapi beberapa kritik atas pernyataannya bahwa semua agama itu benar di mata Tuhan. Alih-alih mengakui kesalahan lalu mengunggah permintaan maaf dan sekaligus berjanji tidak akan mengulangi kesalahan, jenderal yang terkenal dengan prestasinya 'mencopot spanduk' itu malah larut dalam narasi ego.

Seperti tepuk tangan meriah, dia malah dengan sombongnya memperkenalkan diri sebagai Pangkostrade bukan Ulama. Menariknya dia mengakui jika Ulama salah jika berkata demikian. Artinya, pengakuan implisit bahwa 'semua agama itu benar di mata Tuhan' adalah salah di mata ulama.

Namun, Dudung meminjam identitas Pangkostrad untuk melegitimasi pernyataannya. Seolah-olah pernyataan itu sah jika disampaikan oleh Pangkostrade dan salah jika disampaikan oleh para Ulama. Padahal, sebagai seorang prajurit atau komandan Kostrade, DuDung harus mendengarkan pendapat para sarjana dengan pengetahuan yang sudah ada sebelumnya. Tidak memaksakan pernyataan dan mengabaikan seseorang yang memiliki pengetahuan.

Kecuali Dudung berbicara tentang strategi mempertahankan kedaulatan negara, strategi perang dunia, dan strategi proxy war, maka Dudung berhak berbicara.

Menyebut bahwa prajurit bukanlah Ulama, menandakan ketidaktahuan Dudung. Adapun pluralisme yang menjadi inti pernyataan Dudung, sudah ada fatwa MUI terkait itu.

Fatwa tersebut dikeluarkan oleh MUI pada tahun 2005. Menurut Majelis Ulama Indonesia (MUI), pluralisme agama adalah pemahaman bahwa semua agama adalah sama. Dalam pandangan MUI, pemahaman tersebut sangat berbahaya, sesat dan menyesatkan bagi umat Islam. Oleh karena itu, MUI melarang pluralisme agama dan umat Islam menganut faham ini.

Dengan dalih toleran, tidak ada yang namanya fanatisme agama, yang disampaikan Dudung itu salah. Toleransi beragama cukup untuk memungkinkan pemeluk agama bebas beribadah sesuai dengan keyakinannya. Bukan dengan membela semua agama.

Dalam Islam, harus ada keyakinan fanatik bahwa Islam sajalah agama yang Allah terima. Tidak ada agama yang dirahmati oleh Allah ï·» kecuali Islam.

Ada spekulasi bahwa Dudung tidak menganggap keyakinan agama sebagai semangat menjaga kedaulatan nasional. Alih-alih menguatkan prajurit, justru tindakan ini melemahkan mental prajurit dalam menghadapi ancaman.

Posting Komentar

0 Komentar