
Oleh: Muslihah
Sahabat Surga CInta Qur'an
Kelana Kota Suara Surabaya mensinyalir gempa susulan sepuluh kali beruntun mengiringi gempa di timur laut Tuban bervariasi mulai 2,1 hingga 6,0 skala magnitudo (suaraSurabaya.net, 22/3/2024).
Meski tidak ada korban jiwa, sebuah masjid ambruk dan hampir semua rumah di 30 desa dalam kawasan dua kecamatan di pulau Bawean mengalami kerusakan akibat gempa 6,5 skala magnitudo yang terjadi di laut Tuban (detikJatim.com, 22/3/2024).
Berbagai portal berita online mengabarkan tentang gempa secara serentak dengan berbagai sisinya. Beberapa menyebutkan besaran gempa 6,0 skala Richter sedang yang lain 6,5 M. Wallahualam.
Gempa Dalam Al-Qur'an
Mungkin gempa yang pertama kali terjadi adalah di masa Nabi Sholeh as (QS Al A'raf 78). Kaum Samud dihancurkan Allah dengan gempa akibat menafikan mukjizat yang Allah berika kepada Nabi Sholeh, yaitu dengan melanggar larangan menyembelih unta utusan Allah itu.
Kemudian gempa di masa Nabi Luth yang menimpa kaum Sodom. Terkait QS Al Ankabut ayat 34, disebutkan tafsir Ibnu Katsir bahwa Jibril menjebol kota itu, mengangkat ke udara lantas membaliknya. Dalam surah Al A'raf ayat 84, Allah menyebutnya sebagai hujan batu.
Selanjutnya, penduduk kota Madyan yang dipimpin oleh Nabi Syuaib dimusnahkan dengan gempa oleh Allah akibat kedurhakaan mereka (QS Al Ankabut 36-37). Umat Nabi Musa pun pernah diguncang gempa, Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
وَا خْتَا رَ مُوْسٰى قَوْمَهٗ سَبْعِيْنَ رَجُلًا لِّمِيْقَا تِنَا ۚ فَلَمَّاۤ اَخَذَتْهُمُ الرَّجْفَةُ قَا لَ رَبِّ لَوْ شِئْتَ اَهْلَـكْتَهُمْ مِّنْ قَبْلُ وَاِ يَّايَ ۗ اَ تُهْلِكُنَا بِمَا فَعَلَ السُّفَهَآءُ مِنَّا ۚ اِنْ هِيَ اِلَّا فِتْنَـتُكَ ۗ تُضِلُّ بِهَا مَنْ تَشَآءُ وَتَهْدِيْ مَنْ تَشَآءُ ۗ اَنْتَ وَلِيُّنَا فَا غْفِرْ لَـنَا وَا رْحَمْنَا وَاَ نْتَ خَيْرُ الْغَا فِرِيْنَ
"Dan Musa memilih tujuh puluh orang dari kaumnya untuk (memohon tobat kepada Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan. Ketika mereka ditimpa gempa bumi, Musa berkata, 'Ya Tuhanku, jika Engkau kehendaki, tentulah Engkau binasakan mereka dan aku sebelum ini. Apakah Engkau akan membinasakan kami karena perbuatan orang-orang yang kurang berakal di antara kami? Itu hanyalah cobaan dari-Mu, Engkau sesatkan dengan cobaan itu siapa yang Engkau kehendaki dan Engkau beri petunjuk kepada siapa yang Engkau kehendaki. Engkaulah pemimpin kami, maka ampunilah kami dan berilah kami rahmat. Engkaulah pemberi ampun yang terbaik'." (QS. Al-A'raf 7: Ayat 155)
Penyebab Gempa
Secara ilmiah gempa disebabkan bergeraknya lempengan bumi. Diceritakan oleh Ibn Abi Dunya dari Anas bin Malik, bahwa beliau bersama seorang lelaki lainnya pernah menemui Aisyah. Lelaki ini bertanya, “Wahai Ummul Mukminin, jelaskan kepada kami tentang fenomena gempa bumi!” Aisyah menjawab,
“Jika mereka sudah membiarkan zina, minum khamar, bermain musik, maka Allah yang ada di atas akan cemburu. Kemudian Allah perintahkan kepada bumi: ‘Berguncanglah, jika mereka bertaubat dan meninggalkan maksiat, berhentilah. Jika tidak, hancurkan mereka’.”
Orang ini bertanya lagi, “Wahai Ummul Mukminin, apakah itu siksa untuk mereka?”
Beliau menjawab, “Itu adalah peringatan dan rahmat bagi kaum mukminin, serta hukuman, adzab, dan murka untuk orang kafir.” (Kitab Al-Jawab Al-Kafi, Hal. 87–88)
Kenyataan bahwa pada masa ini kemaksiatan bagai air bah, ada di setiap lini kehidupan. Baik zina, riba dan kemusyrikan semua terjadi tanpa halangan berarti, apalagi kontrol dari penguasa tak ada sama sekali. Padahal kelak di hari kiamat, mereka akan diminta pertanggungjawaban atas semua amanah.
Hal ini dikarenakan penguasa saat ini menganggap bahwa tidak ada kaitan antara menjadi pejabat negara dengan pertanyaan kubur. Padahal setiap perbuatan di dunia bagai menanam tumbuhan yang cabangnya sampai ke akhirat (QS Ibrahim: 24). Tinggal manusia menanam kebenaran (sesuai aturan Allah) (QS Al Baqarah: 147) ataukah tidak.
Menyikapi Gempa
Mengingat Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman dalam Al-Qur'an surat Al Hujurat ayat 41 dan An-Nisa' ayat 79:
أعوذ بالله من الشيطان الرجيم
مَاۤ اَصَا بَكَ مِنْ حَسَنَةٍ فَمِنَ اللّٰهِ ۖ وَمَاۤ اَصَا بَكَ مِنْ سَيِّئَةٍ فَمِنْ نَّـفْسِكَ ۗ وَاَ رْسَلْنٰكَ لِلنَّا سِ رَسُوْلًا ۗ وَكَفٰى بِا للّٰهِ شَهِيْدًا
"Kebajikan apa pun yang kamu peroleh adalah dari sisi Allah dan keburukan apa pun yang menimpamu, itu dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu (Muhammad) menjadi Rasul kepada (seluruh) manusia. Dan cukuplah Allah yang menjadi saksi." (QS. An-Nisa' 4: Ayat 79)
Maka harus disadari bahwa gempa pun tak sekedar fenomena alam. Akan tetapi, lebih dari itu adalah peringatan dari Sang Pencipta agar manusia kembali mengingat-Nya, kepada aturan-Nya. (QS Al Isra ayat 59). Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah menjelaskan:
“Kewajiban ketika terjadi gempa bumi dan lainnya semisal gerhana, angin kuat, banjir, yaitu menyegerakan taubat, merendahkan diri kepada-Nya, meminta afiyah/keselamatan, memperbanyak dzikir dan istighfar/meminta ampun” (Majmu’ Fatawa 150/152-9).
Istighfar dan minta ampunan tentu tak cukup hanya di lisan. Apa artinya istighfar dan minta ampunan jika dalam keseharian melakukan dosa dan maksiat? Atau diam dengan hal itu? Bukankah mendiamkan kemaksiatan sama halnya dengan setan bisu? Maukah digolongkan dengan setan?
Untuk itu, adanya gempa yang menimpa adalah waktu yang tepat introspeksi diri berjamaah, antara rakyat, penguasa dan semua orang yang menjadi pelayan rakyat, baik yang bersifat publik maupun di belakang meja. Sudahkah menjalankan semua aturan Allah ﷻ yang terdapat dalam Al-Qur'an dan mencontoh Rasulullah ﷺ dalam menjalankan roda pemerintahan? Wallahualam.
0 Komentar