
Oleh: Shalsha Baharrizqi
Muslimah Peduli Umat
Menjelang Ramadhan dan mudik lebaran tiba sering kali dijadikan suatu alasan utama negara dalam mempersiapkan infrastruktur dalam menaikan tarif tol. Beberapa di antaranya yakni Tol Jakarta-Cikampek dan Jalan Layang Mohamed Bin Zayed (MBZ), Pasuruan-Probolinggo, Serpong-Cinere, dan Surabaya-Gresik.
Melansir dari keterangan dari official Jasa Marga Transjawa Tol selaku operator jalan tol tersebut, "kenaikan tarif tol Jakarta-Cikampek dan Jalan Layang MBZ dilakukan mulai 9 Maret 2024 pukul 00.00 WIB. Dengan alasan penyesuaian tarif ini dibutuhkan untuk memastikan iklim investasi jalan tol yang kondusif, menjaga kepercayaan investor dan pelaku pasar terhadap industri jalan tol yang prospektif di Indonesia, serta menjamin level of service pengelola jalan tol tetap sesuai dengan Standar Pelayanan Minimum (SPM) jalan tol," ujar Vice President Corporate Secretary and Legal PT JTT Ria Marlinda Paallo dalam keterangan resmi, Rabu (6/3/24).
Kenaikan Jelas Memberatkan
Perubahan tarif ini mengundang protes dari masyarakat karena tarif yang ada saat ini dirasa kurang adil dan membuat masyarakat merasakan kenaikan tarif secara signifikan.
Karena upaya dalam pemenuhan standar pelayanan jalan tol, meningkatan kualitas jalan tol dan melakukan inovasi pelayanan jalan tol guna hanya untuk menjaga kelangsungan usaha yang berkelanjutan dengan perusahaan swasta untuk mencari keuntungan saja. Buktinya, masih banyak dijumpai permasalahan yang terjadi untuk pengguna jalan tol. Diantaranya, minim penerangan, atau genangan air yang sangat membahayakan keselamatan serta antrean yang panjang di pintu tol sehingga membuat kemacetan yang sangat parah.
Padahal semestinya infrastruktur yang di bangun itu haruslah memudahkan bagi rakyat, bukan menambah keruwetan dan tidak menyelesaikan masalah, yang menjadi bukti bahwa pemerintah tidak mampu dalam mengurusi dan memahami apa yang dibutuhkan oleh rakyatnya. Kenaikan tarif tol juga merupakan sebuah bentuk kezaliman dan ketidakadilan.
Beginilah jika kita hidup dalam sistem demokrasi-kapitalis yang terus mementingkan keuntungan saja. Tak memikirkan lagi perasaan rakyat, karena negara jauh lebih memikirkan perasaan investor asing.
Butuh Sistem Yang Benar
Ketika sistem saat ini sudah nampak kerusakannya, saatnya untuk mengganti dengan sistem yang mampu membagun infrastruktur tanpa bergantung pada bantuan asing. Saatnya menerapkan sistem Islam, negara akan berperan untuk mengurus dan memenuhi kebutuhan rakyat.
Dan tidak lupa, negara ini sangat membutuhkan kepengurusan dengan sistem ekonomi yang berasal dari Islam. Dana dapat diperoleh dari Baitul Mal (kas negara) dalam membangun infrastruktur secara adil dan merata tanpa bergantung pada dana asing, agar pengoprasian dana akan jauh lebih murah bahkan gratis bagi fasilitas publik temasuk jalan tol.
Mengingat, karena jalan merupakan fasilitas umum yang sangat dibutuhkan oleh setiap orang. Maka sebagai fasilitas umum, haram hukumnya dikuasai dan diperjual belikan.
Ketika negara mampu memberikan pelayanan yang terbaik untuk rakyat, dan ketika itu kesejahteraan akan di dapat. Mari terapkan Islam secara menyeluruh tanpa nanti dan tanpa tapi.
Wallahu’alam Bishshawab
0 Komentar