
Oleh: Darul Iaz
Pengamat Politik
Dalam sejarah Islam, Rasulullah ï·º pernah terlibat dalam berbagai bentuk koalisi, baik dengan individu maupun kelompok. Koalisi ini dapat dibagi menjadi empat kategori utama: ideologis, strategis, taktis, dan teknis.
1. Koalisi Ideologis:
Koalisi ideologis tercermin dalam Baiat Aqabah Pertama dan Kedua, di mana para pemimpin Anshar yang telah memeluk Islam berjanji setia kepada Rasulullah ï·º. Contoh lain adalah persaudaraan antara Muhajirin dan Anshar yang diprakarsai oleh Rasulullah ï·º sebagai upaya memperkuat ikatan umat Muslim.
2. Koalisi Strategis:
- Koalisi strategis melibatkan pihak-pihak yang tidak seiman tetapi memiliki kepentingan bersama. Contoh utamanya adalah perlindungan yang diberikan oleh Bani Hasyim dan Bani Muththalib kepada Rasulullah ï·º, meskipun sebagian besar dari mereka masih musyrik. Perlindungan ini terlihat selama pemboikotan sosial-ekonomi yang dilakukan oleh Quraisy terhadap kaum Muslimin.
- Contoh lain adalah hijrah sebagian sahabat ke Habasyah, di mana mereka meminta perlindungan dari Raja Najasyi yang beragama Nasrani.
3. Koalisi Taktis:
Koalisi taktis melibatkan kerja sama sementara yang menguntungkan kedua belah pihak. Misalnya, Suraqah bin Malik yang awalnya berusaha menangkap Nabi ï·º tetapi akhirnya memberikan perlindungan dengan memberikan informasi yang salah kepada para pengejar Quraisy.
4. Koalisi Teknis:
Koalisi teknis melibatkan kerja sama berdasarkan keterampilan atau layanan tertentu. Contohnya adalah Abdullah bin Uraiqith, seorang musyrik yang dibayar untuk menjadi pemandu Rasulullah ï·º dan Abu Bakar RA saat hijrah.
Koalisi dalam Konteks Partai Berideologi Islam
Dalam konteks modern, sebuah partai yang mengklaim berideologi Islam seharusnya berkomitmen pada syariat Islam dan memperjuangkan penerapannya. Ini berarti bahwa partai tersebut harus konsisten dengan nilai-nilai Islam dalam setiap langkah politiknya, termasuk dalam berkoalisi.
Koalisi dengan partai lain yang memiliki ideologi berbeda, terutama yang tidak sejalan dengan Islam, harus dipertimbangkan dengan sangat hati-hati. Jika koalisi tersebut berpotensi mengorbankan prinsip-prinsip Islam, maka koalisi semacam itu harus dihindari. Hal ini karena dalam Islam, tidak diperbolehkan melakukan tindakan yang dapat mengancam keimanan atau melanggar syariat.
Sebagai pelajaran, partai Islam harus:
1. Konsisten dengan Ideologi: Partai Islam harus tetap berpegang teguh pada ideologi Islam dan tidak tergoda untuk berkompromi dengan prinsip-prinsip Islam demi keuntungan politik sesaat.
2. Menjaga Integritas dalam Koalisi: Koalisi hanya boleh dilakukan jika tidak ada unsur yang bertentangan dengan syariat Islam. Koalisi dengan partai sekuler atau yang mendukung kezaliman harus dihindari.
3. Mengoreksi Penguasa: Partai Islam harus tetap kritis terhadap kebijakan penguasa yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam dan berani menyuarakan kebenaran.
Semoga umat Islam dapat memahami pentingnya mempertahankan prinsip-prinsip Islam dalam politik dan mendukung partai yang benar-benar berkomitmen pada perjuangan syariat Islam.
0 Komentar