MERENCANAKAN MASA DEPAN JOKOWI PASCA LENGSER


Oleh: Ahmad Khozinudin
Sastrawan Politik 

Masa jabatan Presiden Joko Widodo (Jokowi) akan berakhir pada 20 Oktober 2024, sesuai dengan ketentuan konstitusi. Terlepas dari upaya apapun, momen ini adalah titik akhir dari kekuasaan Jokowi sebagai kepala negara. Kekuasaan yang selama ini dipegangnya tidak dapat diperpanjang, dan 20 Oktober menjadi batas akhir yang pasti bagi era kepemimpinannya.

Meski masa jabatannya akan berakhir, pertanyaan besar yang muncul adalah apa yang akan terjadi setelah lengsernya Jokowi. Rakyat mulai berspekulasi mengenai masa depan Jokowi dan dinasti politiknya. Banyak pihak yang menuntut agar Jokowi diadili atas berbagai tuduhan kejahatan dan ketidakadilan yang dilakukan selama masa pemerintahannya. Tuntutan ini bukan hanya untuk menghukum Jokowi secara pribadi, tetapi juga untuk memberikan pelajaran kepada seluruh rakyat Indonesia bahwa setiap tindakan zalim dan melanggar hukum pasti memiliki konsekuensi.

Rakyat Indonesia berharap bahwa pasca kekuasaan Jokowi, akan ada sebuah peringatan bagi semua pemimpin yang datang setelahnya. Jangan bohong, jangan ingkar, jangan khianat, dan jangan berlaku zalim kepada rakyat. Jika tidak, nasib mereka akan berakhir seperti Jokowi. Dalam skenario ini, tidak hanya Jokowi yang dipertimbangkan untuk dihukum, tetapi juga dinasti politik yang telah ia bangun, termasuk putra-putranya seperti Gibran dan Kaesang, serta menantunya Bobby.

Selama ini, rakyat hanya bisa menyaksikan ketidakadilan yang terjadi. Anaknya, Gibran, pernah disebut dalam sidang kasus korupsi, tetapi tidak tersentuh hukum. Rakyat melihat bagaimana keluarganya menikmati kemewahan, seperti menggunakan pesawat pribadi, sementara berbagai kasus korupsi dan pelanggaran hukum tetap tidak dijalankan secara adil. Seluruh perlindungan terhadap mereka, banyak pihak percaya, hanya ada karena kekuasaan Jokowi.

Setelah lengser, perlindungan tersebut akan hilang, dan dinasti politiknya akan berada di posisi yang lebih rentan. Hal ini membuat rakyat merasakan harapan baru. Semakin dekat dengan hari lengsernya Jokowi, semakin dekat pula harapan mereka untuk keadilan dan pembalasan atas segala ketidakadilan yang dirasakan selama ini.

Bagi rakyat, momen ini adalah waktu untuk bersabar dan menunggu kejatuhan dari kekuasaan yang telah lama dianggap penuh dengan kezaliman. Ada keyakinan bahwa siapa pun yang menabur kejahatan, pasti akan menuai badai pembalasan. Hari perhitungan ini, dalam pandangan sebagian masyarakat, tidak bisa dihindari.

Sebagaimana pepatah yang berbunyi, "Kabeh mesti ngunduh uwohing pakerti" siapa yang menanam, dia pasti menuai. Ini menjadi simbol bahwa kezaliman yang disebarkan selama berkuasa, pada akhirnya akan berbalik menjadi badai yang menghancurkan. Bagi Jokowi dan dinastinya, badai itu sudah semakin dekat.

Posting Komentar

0 Komentar