
Oleh: Desti Sundari
Muslimah Ibu Generasi
Kelaparan kini melanda Gaza dengan sangat cepat. Perempuan dan anak-anak di Gaza terpaksa bertahan hidup dengan cara-cara yang sangat berbahaya, berjuang mencari makanan dan air meski nyawa mereka terancam, ungkap UNRWA (United Nations Relief and Works Agency).
UNRWA mendesak agar blokade yang dikenakan Israel terhadap Gaza, yang dihuni lebih dari 2 juta orang, segera dicabut dan bantuan kemanusiaan disalurkan secara masif.
Laporan terbaru menyebutkan bahwa 108 NGO (non-governmental organization) internasional melaporkan bahwa sejak 2 Maret tidak ada satu pun truk bantuan yang bisa masuk ke Gaza. Pada bulan Juli, Israel menolak lebih dari 60 permohonan distribusi bantuan dengan alasan administratif.
Otoritas Kesehatan Gaza pada Sabtu lalu melaporkan 11 kematian baru dalam 24 jam terakhir akibat kelaparan dan malnutrisi, termasuk seorang anak. Dengan demikian, jumlah korban jiwa akibat kelaparan kini mencapai 251 orang, di antaranya 108 adalah anak-anak.
Jumlah total korban tewas akibat serangan Israel sejak Oktober 2023 telah melampaui 61.800 orang, dengan lebih dari 155.000 orang lainnya terluka, menurut otoritas kesehatan Gaza. (Antara News, 17/08/2025).
Israel kembali menunjukkan wajah kebrutalannya dengan melakukan pembunuhan terhadap para jurnalis yang tengah meliput di Gaza. Tindakan biadab ini jelas melanggar hak asasi manusia dan mengekang kebebasan pers. Banyak pihak, mulai dari PBB, lembaga internasional, hingga tokoh-tokoh dunia serta media internasional, secara tegas mengutuk kejahatan tersebut.
Kekejaman Zionis semakin hari semakin brutal. Korban di kalangan perempuan dan anak-anak terus bertambah, sementara kelaparan massal di Gaza kian memprihatinkan. Ironisnya, sebagian rakyat Israel sendiri menyerukan penghentian perang, yang menunjukkan bahwa suara kemanusiaan tidak bisa dibungkam. Usulan relokasi penduduk Gaza oleh Zionis justru memperjelas bahwa apa yang terjadi bukan sekadar konflik, melainkan kejahatan kemanusiaan terstruktur yang semakin menegaskan wajah asli penjajahan Zionis.
Tragedi kemanusiaan yang menimpa jutaan perempuan dan anak-anak di Gaza seharusnya menjadi tamparan keras bagi dunia, khususnya umat Islam. Ketidakberdayaan lembaga internasional dan diamnya negara-negara besar dalam menghentikan agresi Israel menunjukkan bahwa sistem global saat ini gagal melindungi mereka yang paling rentan.
Gaza kini tidak hanya menghadapi kelaparan massal, tetapi juga kekerasan dan pelecehan yang terus berlangsung di bawah blokade dan bombardir. Dalam kondisi seperti ini, kebutuhan akan kepemimpinan Islam yang menyatukan umat kian terasa mendesak. Kepemimpinan tersebut tidak hanya sekadar simbol, melainkan sebagai solusi nyata yang mampu menghadirkan keadilan, melindungi yang lemah, dan menghentikan kezaliman yang telah dibiarkan terlalu lama.
Tindakan biadab ini tidak hanya merenggut nyawa seorang manusia, tetapi juga membunuh semangat perjuangan rakyat Gaza, sehingga penderitaan mereka nyaris terkubur dalam kesunyian. Israel semakin menunjukkan wajah brutalnya, bertindak sewenang-wenang tanpa mengindahkan hukum apapun. Ini adalah bukti nyata ketidakmampuan mereka menghadapi perjuangan rakyat Gaza dengan cara yang ksatria.
Di sisi lain, penguasa negeri-negeri Muslim justru memilih diam, enggan mengirimkan pasukan untuk membela saudara mereka. Pengkhianatan ini semakin terang, di mana nasionalisme sempit dan kecintaan pada dunia telah menyandera mereka. Sementara itu, rakyat Gaza terus berjuang sendirian menghadapi kekejaman yang tak kunjung usai.
Oleh karena itu, umat Islam memiliki kewajiban untuk menolong dan mengobarkan perjuangan rakyat Gaza hingga tanah mereka benar-benar terbebaskan dari penjajahan. Pembebasan dari genosida mustahil terwujud hanya dengan kecaman atau diplomasi semata. Karena, solusi sejati terletak pada jihad dan tegaknya Khilafah.
Kewajiban menolong sesama muslim yang dizalimi telah tegas disampaikan dalam Al-Qur'an surat Al-Anfal ayat 72:
وَاِنِ اسْتَنْصَرُوْكُمْ فِى الدِّيْنِ فَعَلَيْكُمُ النَّصْرُ
"Dan jika mereka meminta pertolongan kepadamu dalam (urusan membela) agama, maka kamu wajib memberikan pertolongan."
Maka, membangun kesadaran umat tentang urgensi jihad dan Khilafah merupakan kewajiban yang mendesak. Aktivitas dakwah bersama jamaah dakwah ideologis menjadi kebutuhan yang sangat penting dan tidak boleh ditunda lagi.
Wallahualam bissawab.
0 Komentar