PEMBUNUHAN JURNALIS DI GAZA, UPAYA MEREDAM KEBENARAN


Oleh: Ummu Anjaly, S.K.M
Pegiat Literasi

Konflik di Gaza kembali menghadirkan tragedi kemanusiaan yang mengguncang hati nurani masyarakat dunia. Bukan hanya perempuan, anak-anak, dan warga sipil yang menjadi korban serangan Israel, kali ini jurnalis yang tengah meliput pun ikut menjadi sasaran kebrutalan. Padahal, profesi mereka dilindungi hukum internasional sebagai pihak independen yang bertugas menyampaikan fakta di lapangan.

CNN Indonesia (12/8/2025) melaporkan bahwa serangan udara Israel di Gaza menewaskan lima jurnalis Al Jazeera. Peristiwa itu menambah panjang daftar jurnalis yang gugur sejak agresi militer Israel dimulai pada 2023. Kompas (12/8/2025) menegaskan bahwa aksi ini jelas merupakan upaya membungkam laporan independen tentang perang di Gaza. Bahkan, Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, sebagaimana diberitakan Antara (12/8/2025), mengutuk keras pembunuhan jurnalis Palestina dan menuntut Israel untuk menghormati hukum humaniter internasional.

Namun, sebagaimana kasus-kasus sebelumnya, kecaman dunia tampak hanya menjadi seruan kosong. Kebrutalan Israel tetap berlanjut, meninggalkan luka mendalam bagi rakyat Gaza dan dunia pers internasional.


Membunuh Nyawa, Membunuh Kebenaran

Sesungguhnya, pembunuhan jurnalis bukan sekadar hilangnya satu nyawa manusia. Tindakan ini adalah upaya sistematis untuk menutup suara rakyat Gaza, agar genosida yang mereka alami berjalan dalam kesunyian. Dengan menargetkan para jurnalis, Israel berupaya memastikan tidak ada saksi mata yang bisa menyebarkan kabar tentang penderitaan warga sipil serta hancurnya rumah sakit, sekolah, dan masjid.

Inilah yang membuat kejahatan itu begitu mengerikan. Karena bukan hanya darah manusia yang tertumpah, tetapi juga darah kebenaran yang ingin dipadamkan. Jika suara kebenaran berhasil dibungkam, maka kejahatan Israel akan berjalan tanpa pengawasan, tanpa rekaman, tanpa catatan sejarah.

Namun, harapan itu tidak sepenuhnya tercapai. Meskipun jurnalis gugur, suara Gaza terus menggema melalui media sosial dan jaringan warga sipil yang berani menyiarkan penderitaan mereka. Dunia tetap melihat wajah anak-anak yang kelaparan, ibu-ibu yang berteriak kehilangan keluarga, serta reruntuhan bangunan yang menyimpan ribuan nyawa.


Watak Asli Zionis

Aksi Israel ini juga menunjukkan watak sejati rezim Zionis: brutal dan tak peduli pada hukum apa pun. Meski hukum humaniter internasional melindungi jurnalis dalam zona konflik, Israel terus melanggar aturan dengan impunitas. Mereka berusaha menutupi ketidakmampuan menghadapi perlawanan rakyat Gaza secara kesatria. Alih-alih berhadapan dengan para pejuang, mereka memilih membunuh warga sipil dan jurnalis tak bersenjata.

Hal ini memperlihatkan bahwa Israel tidak gentar menghadapi tekanan maupun kecaman dari komunitas internasional. Mereka percaya diri karena merasa mendapat perlindungan dari kekuatan besar dunia, sehingga bebas melakukan kejahatan tanpa konsekuensi.


Diamnya Penguasa Negeri Muslim

Di tengah tragedi ini, yang paling menyedihkan adalah sikap penguasa negeri-negeri Muslim. Meski menyaksikan genosida di Gaza, mereka tetap sibuk dengan urusan domestik dan diplomasi semu. Tidak ada pasukan yang digerakkan, tidak ada aliansi militer yang dibentuk. Mereka lebih memilih mempertahankan hubungan diplomatik dengan negara-negara Barat ketimbang memenuhi kewajiban menolong rakyat Palestina.

Inilah wujud nyata pengkhianatan terhadap amanah umat. Nasionalisme sempit dan kecintaan pada dunia telah membelenggu para penguasa Muslim, sehingga mereka tak lagi berani mengambil langkah berani untuk membebaskan Gaza.

Padahal, Allah ﷻ berfirman:

وَمَا لَكُمْ لَا تُقَاتِلُوْنَ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ وَالْمُسْتَضْعَفِيْنَ مِنَ الرِّجَالِ وَالنِّسَاۤءِ وَالْوِلْدَانِ الَّذِيْنَ يَقُوْلُوْنَ رَبَّنَآ اَخْرِجْنَا مِنْ هٰذِهِ الْقَرْيَةِ الظَّالِمِ اَهْلُهَاۚ وَاجْعَلْ لَّنَا مِنْ لَّدُنْكَ وَلِيًّاۚ وَاجْعَلْ لَّنَا مِنْ لَّدُنْكَ نَصِيْرًا
Dan mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan (membela) orang-orang yang lemah, baik laki-laki, wanita, maupun anak-anak yang berdoa: ‘Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri ini yang zalim penduduknya, dan berilah kami pelindung dari sisi-Mu, dan berilah kami penolong dari sisi-Mu.’ ” (QS. An-Nisa [4]: 75).

Ayat ini adalah seruan yang jelas agar kaum Muslim menolong saudara-saudaranya yang tertindas. Gaza adalah cermin betapa kewajiban ini diabaikan oleh penguasa hari ini.


Perjuangan yang Tak Akan Padam

Meski demikian, pembunuhan jurnalis dan kebrutalan Israel tak akan memadamkan perjuangan rakyat Palestina. Mereka memahami kemuliaan tanah Gaza sebagai tanah yang diberkahi Allah. Pemahaman tersebut menjadikan mereka tetap kokoh, walaupun dunia tampak membiarkan mereka bertahan sendirian.

Setiap tetes darah yang tumpah justru menjadi bahan bakar bagi perlawanan. Setiap anak yang kehilangan keluarganya tumbuh dengan tekad baru untuk melanjutkan perjuangan. Inilah yang membuat Israel frustasi, karena semakin keras menindas, semakin kuat pula semangat perlawanan rakyat Gaza.


Solusi Hakiki: Jihad dan Khilafah

Tragedi Gaza membuktikan bahwa kecaman internasional, negosiasi, dan perjanjian damai hanyalah ilusi. Selama ini, semua jalan diplomasi terbukti gagal menghentikan genosida. Satu-satunya solusi hakiki adalah jihad yang dipimpin oleh kekuatan politik Islam.

Di sinilah pentingnya Khilafah sebagai institusi yang mampu menggerakkan seluruh potensi umat. Khilafah memiliki kewajiban syar’i untuk mengirim pasukan, membebaskan tanah yang terjajah, dan melindungi umat dari penindasan. Tanpa Khilafah, perjuangan rakyat Gaza akan terus pincang, sementara penguasa Muslim hanya menjadi penonton yang pasif.

Oleh karena itu, membangun kesadaran umat tentang pentingnya jihad dan Khilafah adalah kebutuhan mendesak. Aktivitas dakwah bersama jemaah ideologis harus digencarkan agar umat bangkit dari kelalaian dan menuntut solusi yang hakiki.


Penutup

Pembunuhan jurnalis di Gaza adalah tragedi kemanusiaan sekaligus bukti kebrutalan Zionis Israel. Tindakan itu adalah upaya membungkam kebenaran agar genosida berjalan dalam kesunyian. Namun, suara Gaza tak pernah benar-benar padam.

Kini, umat Islam harus sadar bahwa sekadar kecaman tidak cukup. Dibutuhkan langkah nyata berupa jihad yang dipimpin oleh Khilafah. Hanya dengan cara itulah, doa rakyat Gaza yang teraniaya bisa benar-benar dijawab dengan hadirnya pelindung dan penolong sejati.

Wallahualam bissawab.

Posting Komentar

0 Komentar