
Oleh: Muhar
Penulis Lepas
Cendekiawan Muslim, Penyusun Kitab Tafsir Al-Wa’ie, KH Rokhmat S. Labib menilai, penolakan terhadap sistem khilafah (pelaksana hukum-hukum Islam) berakar dari sekularisme yang memisahkan agama dari urusan negara.
“Kenapa orang menolak khilafah? Ya, karena sekuler. Kenapa sekuler? Karena dipandang bahwa agama tidak boleh mengatur-ngatur soal negara,” ujarnya dalam tayangan singkat bertajuk "Bagaimana Terbebas dari Sekularisme? Simak Sampai Tuntas!" Selasa (16/9/2025), di kanal YouTube Rokhmat S. Labib.
Kiai Labib mengungkapkan, hal itulah yang membuat negara hari ini diatur oleh manusia semau-maunya. Akibatnya, rakyat menjadi korban aturan yang dibuat sepihak oleh penguasa.
“Lah, kalau rakyat seperti kita enggak bisa membuat aturan, ya sengsara. Mereka seenaknya membuat aturan. Misalnya, dibuat pajak tinggi, sementara gaji pejabatnya dinaikkan, ya itu kan menyengsarakan (rakyat). Jadi, dibuat berbagai macam aturan. Rakyat mengkritik, ditangkap, dan dibuat aturannya,” bebernya.
Merasa Enak
Kiai Labib menambahkan, penguasa juga tidak mudah melepaskan diri dari sekularisme karena merasa diuntungkan.
“Kenapa kok nggak mudah? Karena bagi penguasa, sekularisme itu enak. Betul, kan? Kenapa kok enak? Karena dalam sekularisme itu hukum dan aturan dibuat oleh manusia. Dan manusia itu siapa yang buat hukum? Mereka juga yang berkuasa,” jelasnya.
Ia mengemukakan bahwa rasa enak bagi penguasa dalam sekularisme itulah yang membuat penguasa enggan berubah meskipun tahu dampak buruknya.
“Terlanjur enak, itu seperti orang makan riba. Kalau ditanya, ‘Orang makan riba tahu nggak riba itu haram?’ Tahu. Kok masih makan riba? Enak. Kalau ditanya, ‘Korupsi tahu nggak itu buruk?’ Tahu. Kenapa kok masih lakukan? Enak. Rasa enak itu mengalahkan akal sehatnya, bahkan mengalahkan keimanannya,” tandasnya.
0 Komentar