KRISIS TENAGA KERJA YANG MENDUNIA


Oleh: Irohima
Penulis Lepas

Sangat menyedihkan, anak muda yang seharusnya menjadi penerus peradaban, justru terancam menjadi pengangguran. Mereka adalah pihak yang paling dirugikan dalam masalah ini. Kurangnya kesempatan kerja yang tidak sebanding dengan banyaknya pencari kerja membuat pengangguran menjadi masalah yang terjadi di hampir seluruh dunia. Di mana-mana, kesulitan mencari pekerjaan dan persaingan yang ketat menjadi hal yang biasa, hingga akhirnya kita dihadapkan pada krisis tenaga kerja.

Krisis di sektor ketenagakerjaan telah menjadi persoalan global saat ini. Tak hanya di Indonesia, sejumlah negara besar seperti AS, Inggris, dan Cina mengalami lonjakan angka pengangguran. Kondisi saat ini telah menunjukkan rapuhnya pemulihan ekonomi global, di tengah pertumbuhan yang lambat, tekanan inflasi, dan ketidakpastian politik.

Kondisi saat ini akan menjadi persoalan yang sangat pelik, mengingat bukan hanya daya beli masyarakat yang menurun, namun juga akan memberi dampak sosial dan politik yang luas (CNBC Indonesia, 28/08/2025). Di Indonesia sendiri, meski angka pengangguran secara nasional turun, namun faktanya berbeda, dan mirisnya lagi, separuh dari total jumlah pengangguran adalah anak muda.

Adanya krisis tenaga kerja global menunjukkan pada kita bahwa sistem ekonomi kapitalisme yang saat ini digunakan dan mendominasi dunia telah gagal memenuhi kebutuhan orang-orang akan pekerjaan. Dan ini juga menjelaskan secara gamblang bahwa kapitalisme telah gagal mewujudkan kesejahteraan. Sistem kapitalisme yang berbasis pada kepemilikan pribadi, perdagangan bebas, dan pencarian keuntungan lebih berorientasi pada kepentingan para pemilik modal besar daripada kepentingan rakyat.

Konsep dalam kapitalisme meniscayakan para pemilik modal besar memiliki pengaruh pada pergerakan ekonomi dan politik. Hal ini yang kemudian menyebabkan adanya konsentrasi kekuasaan ekonomi. Adanya kebebasan dalam berekonomi dan bertujuan mencari keuntungan sebesar-besarnya, serta persaingan yang ketat, menimbulkan kesenjangan ekonomi.

Angka pengangguran yang tinggi sejatinya disebabkan oleh konsentrasi kekayaan dunia, di mana sebagian besar kekayaan dan sumber daya ekonomi dimiliki oleh sebagian kecil orang atau kelompok tertentu. Dan umumnya, sebagian kecil orang atau kelompok itu berasal dari kalangan pemilik modal besar.

Sistem ekonomi yang bebas membuat mereka juga bebas melakukan kegiatan ekonomi dan meraih keuntungan dengan cara apa saja meski harus mengindahkan kepentingan orang banyak. Hal inilah yang menyebabkan timpangnya kesejahteraan dan sempitnya peluang bagi masyarakat kecil. Di Indonesia sendiri, menurut data Celios, kekayaan 50 orang terkaya di Indonesia itu bisa setara dengan kekayaan 50 juta orang Indonesia.

Bisa dibayangkan betapa lebar jurang kesenjangan. Tapi itu adalah hal alami dalam sistem kapitalisme, menjalani hidup layaknya menjalani kehidupan di hutan, siapa yang kuat dia yang bertahan, dan siapa yang berkuasa dialah yang punya kesempatan.

Pemerintah telah banyak melakukan upaya untuk mengatasi kasus pengangguran, seperti event Job Fair atau membuka sekolah dan jurusan vokasi, namun sayang semua berujung pada kegagalan, karena bagaimana bisa kita memperoleh peluang jika dunia industri kita sendiri tengah dilanda badai PHK.

Fenomena pengangguran yang melanda Indonesia dan dunia senantiasa akan tetap ada dan menjadi masalah utama jika kita tetap bersikeras menerapkan sistem kapitalisme dalam kehidupan kita. Satu-satunya cara agar keluar dari persoalan ini hanyalah kembali kepada Islam, karena syariat Islam adalah panduan shahih dalam mengarungi kehidupan.

Dalam Islam, penguasa adalah pihak yang bertanggung jawab dalam seluruh urusan rakyatnya, termasuk menciptakan lapangan pekerjaan. Negara dalam Islam akan memfasilitasi rakyat agar memiliki pekerjaan dengan memberi pendidikan, bantuan modal, industrialisasi, pemberian lahan, dan lain sebagainya. Islam akan memberlakukan sistem ekonomi Islam yang memiliki konsep distribusi kekayaan yang adil dan merata, tidak terkonsentrasi pada segelintir individu atau kelompok saja.

Pendidikan yang diberikan negara dalam Islam akan membentuk SDM yang tidak hanya cerdas, namun juga berkualitas, tidak hanya siap kerja, namun juga akan memiliki keterampilan di bidangnya. Setiap orang, terutama generasi muda, akan dibina sesuai dengan potensinya serta didorong agar bisa optimal dalam upaya memberikan yang terbaik bagi kemaslahatan rakyat. Tak akan ada pengangguran, semua akan diberdayakan, dan semua akan diberikan kesempatan untuk bersama-sama mengukir peradaban yang gemilang demi kemuliaan Islam.

Wallahu A'lam Bishawab

Posting Komentar

0 Komentar