GAZA TERISOLASI, DUNIA DIAM, TENTARA ISLAM DINANTI


Oleh: Puwanti
Aktivis Dakwah

Tanggal 18 September 2025, Kota Gaza mengalami pemadaman internet dan telekomunikasi total akibat pemboman yang dilakukan oleh Zionis Israel. Situasi ini membuat 800.000 warga terisolasi dari dunia luar (SindoNews, 19/09/2025).

Pemadaman tersebut berbarengan dengan masuknya tank-tank Israel ke jantung Kota Gaza. Serangan ke jaringan telekomunikasi dilakukan bersamaan dengan manuver darat yang bertujuan untuk melumpuhkan wilayah Gaza. Selain itu, militer Israel mengumumkan membuka jalur Salah al-Din selama 48 jam untuk evakuasi warga Gaza.

Negara-negara di dunia mengecam dan memberlakukan embargo, namun Israel tetap tidak berubah. Belgia melarang impor barang dari Israel, sementara Spanyol mengubah larangan senjata yang sebelumnya hanya berupa kebijakan menjadi undang-undang, serta melarang kapal dan pesawat yang membawa senjata ke Israel untuk berlabuh di pelabuhan Spanyol atau memasuki wilayah udaranya.


Bentuk Pembungkaman

Apa yang dilakukan oleh Zionis di Gaza menunjukkan kejahatan yang luar biasa. Ini termasuk crimes against humanity bahkan genosida. Serangan terhadap rakyat sipil, pemadaman listrik dan komunikasi, hingga penghancuran infrastruktur, ini merupakan agresi militer yang bertujuan melenyapkan suatu peradaban.

Pelumpuhan jaringan komunikasi di Gaza merupakan strategi jahat untuk membungkam kebenaran. Dengan menutup akses komunikasi, dunia dibuat buta dan tuli terhadap kebiadaban yang sedang terjadi. Inilah wajah kejahatan kolonial modern, menindas, membantai, lalu menutupi dengan dusta.

Pengosongan wilayah Gaza melalui jalur Salah al-Din merupakan propaganda militer yang dilakukan oleh Israel. Evakuasi warga berupaya untuk menunjukkan kepada dunia internasional bahwa mereka memberikan jalan aman bagi warga Gaza. Tetapi faktanya, keadaan di jalur evakuasi maupun di lokasi tujuan tidak menjamin keselamatan ataupun kehidupan layak. Para pengungsi menghadapi kekurangan pangan, air bersih, dan obat-obatan, serta risiko serangan di wilayah yang diklaim sebagai zona aman.


Kecaman dan Boikot Bukan Solusi

Ironisnya, berulang kali dikecam PBB, lembaga internasional, hingga penguasa negeri Muslim, namun faktanya agresi militer tetap berlanjut. Kecaman hanya menjadi rutinitas diplomatik yang basi dan tidak menakutkan bagi Zionis karena mereka tahu, dunia hanya berani berbicara, tetapi tak punya taring untuk menghentikan. Berkali-kali Israel melanggar resolusi PBB, tetapi tidak pernah dijatuhkan sanksi tegas.

Kecaman, kutukan, dan resolusi hanya bersifat formalitas untuk menjaga citra mereka di mata publik internasional. Di balik layar, mereka justru tetap memberikan dana, senjata, dan dukungan politik kepada Israel.

Gelombang boikot bukan solusi yang mendasar untuk masalah Palestina. Meskipun bisa memberi tekanan ekonomi, namun tidak cukup menghentikan rudal, tank, dan peluru yang terus menghujani rakyat Gaza. Apalagi dalam sistem kapitalis global, boikot hanyalah lipstik politik. Di satu sisi mendukung boikot, tetapi di sisi lain tetap ada transaksi ekonomi dan dukungan militer ke Israel.


Tegak Khilafah Solusi Hakiki

Agresi militer tidak bisa dihentikan hanya dengan kecaman dan boikot. Penjajahan hanya bisa dilawan dengan kekuatan nyata, baik politik maupun militer. Dibutuhkan kekuatan militer untuk membebaskan Gaza.

Gaza terus menjerit di bawah kebrutalan Israel. Sudah saatnya umat Islam menyadari bahwa solusi hakiki untuk pembebasan Gaza adalah dengan tegaknya Khilafah. Khilafah akan melindungi seluruh kaum Muslimin, dengan kekuatan politik dan militernya. Sebab, tanpa kepemimpinan politik Islam, kecaman dan boikot hanya akan menjadi seruan kosong yang tidak pernah membuahkan hasil.

Penguasa negeri Muslim dan umat harus bangkit dan bersatu untuk mengembalikan Khilafah. Hanya dengan bersatunya kaum Muslimin di bawah satu kepemimpinan, yaitu Khilafah, kekuatan nyata bisa digerakkan untuk menghapus penjajahan Israel. Tentara Islam sangat dinanti, bukan sekadar sebagai pembebasan Gaza, tetapi sebagai penyelamat kehormatan umat Islam seluruh dunia.

Kehadiran Khilafah bukan sekadar pilihan ideologis, melainkan kebutuhan mendesak untuk melindungi darah, kehormatan, dan tanah kaum Muslimin. Lebih dari itu, melawan penjajahan dengan mengerahkan tentara Muslim untuk jihad fisabilillah adalah sebuah kewajiban.

Allah ﷻ berfirman:

وَقَاتِلُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ الَّذِيْنَ يُقَاتِلُوْنَكُمْ وَلَا تَعْتَدُوْا ۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِيْنَ
"Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu dan jangan melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas." (QS. Al-Baqarah:190).

Gaza adalah cermin bagi umat Islam. Bahwa tanpa Khilafah, kita lemah; tanpa jihad, kita tak mampu melawan, dan tanpa persatuan kita hanya bisa menangis bersama mereka dari kejauhan. Sudah saatnya umat Islam bangkit, meninggalkan sekat nasionalisme, meninggalkan sekularisme, dan bersatu di bawah naungan Khilafah Islamiyah.

Wallahu a'lam bissawab.

Posting Komentar

0 Komentar