
Oleh: Nunung Sulastri
Penulis Lepas
Pendidikan merupakan hak setiap orang. Menuntut ilmu hakikatnya mencerdaskan akal, membentuk jiwa, dan melahirkan ide-ide yang sehat. Akan tetapi, lain halnya dengan yang terjadi saat ini. Banyak tragedi serta kejadian miris dunia pendidikan yang tak jarang sampai viral di media sosial. Seperti polemik baru-baru ini, Kepala Sekolah SMAN 1 Cimarga, Kabupaten Lebak, Banten, Dini Fitri, yang diduga menampar siswa yang merokok di lingkungan sekolah.
Masalah ini sempat dibawa ke jalur hukum meski akhirnya diselesaikan dengan jalan damai. Kejadian bermula ketika seorang siswa ketahuan merokok di belakang sekolah. Dini pun menegur, tetapi ia berbohong jika dirinya tidak merokok. Hal ini memicu emosi Dini, dan secara spontan menampar siswa tersebut.
Selain itu, foto seorang siswa SMA di Makassar berinisial AS yang dengan santainya merokok dan mengangkat kaki di samping gurunya, Ambo, menyebar cepat di jagat maya.
Menurut Ambo dalam klarifikasinya kepada Dinas Pendidikan Makassar, betapa rumitnya posisi pendidik saat ini. Guru apabila keras sedikit bisa dibilang melanggar HAM (Suara, 18/10/25).
Menurut penelitian Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sekitar 15 juta remaja usia 13-15 tahun di seluruh dunia menggunakan rokok elektronik/vape. Dalam laporan terbarunya, WHO menyebut remaja memiliki kemungkinan 9 kali lebih besar untuk menggunakan vape dibandingkan orang dewasa. Sungguh sangat disayangkan.
Dua peristiwa tersebut menunjukkan adanya ruang abu-abu dalam penerapan disiplin siswa yang menyebabkan wibawa guru kian tergerus. Fenomena ini adalah bukti bagaimana siswa merasa punya kebebasan untuk bertindak di luar batas etika, sementara guru tidak berdaya menegur. Ketika guru hendak menegakkan kedisiplinan, seringkali ia mendapat ancaman berbalut pelanggaran HAM. Hal ini merupakan dilema pendidik.
Masalah Kompleks Pendidikan
Generasi saat ini mengalami krisis adab dan moral. Berbagai masalah terjadi berulang kali, seolah menjadi sinyal banyaknya PR dunia pendidikan. Setiap pergantian kurikulum tidak luput dari kajian pembentukan karakter siswa, pun keluhan para pendidik mengenai hal ini tidak pernah usai.
Di lapangan, banyak anak muda yang mengalami kemerosotan akhlak, mental yang mudah emosi, dan krisis kepercayaan diri.
Selain itu, visi pendidikan saat ini laksana kehilangan arah, khususnya pendidikan moral. Contohnya saja kebijakan perlindungan anak yang berhubungan dengan HAM, berseberangan dengan spirit pendidikan dan upaya pembentukan karakter anak didik.
Semua ini disebabkan oleh sistem yang dianut saat ini. Saat ini, sistem pendidikan berasaskan paham kebebasan (liberalisme), salah satunya kebebasan dalam berekspresi atau bertingkah laku. Dalam hal ini, negara juga abai dalam melahirkan generasi yang taat aturan, terutama dalam hal krisis moral dan mental. Tindakan merokok malah dianggap menjadi alasan ungkapan kedewasaan, membangun jati diri, dan kebanggaan agar terlihat keren. Sangat memilukan, di sisi lain rokok mudah didapatkan oleh anak dan remaja. Ini bukti lemahnya kontrol negara dalam mengurusi dan memberikan pengawasan terhadap dunia pendidikan.
Di sisi lain, perbuatan seorang pendidik dalam merespons suatu seharusnya dapat lebih dikontrol, karena segala bentuk kekerasan tidak dibenarkan.
Di sini kita butuh pendidikan yang menjadikan remaja atau anak didik paham siapa dirinya dan arah hidupnya. Karena sejatinya, tujuan dari kurikulum pendidikan adalah membekali akal dengan pengetahuan dan pemikiran yang menghasilkan ide-ide yang sehat. Dengan pengetahuan tersebut, anak didik dapat menentukan suatu tindakan tertentu.
Allah berfirman dalam Surat Al-Baqarah ayat 269:
يُؤۡتِى الۡحِكۡمَةَ مَنۡ يَّشَآءُ ۚ وَمَنۡ يُّؤۡتَ الۡحِكۡمَةَ فَقَدۡ اُوۡتِىَ خَيۡرًا كَثِيۡرًا ؕ وَمَا يَذَّكَّرُ اِلَّاۤ اُولُوا الۡاَلۡبَابِ
"Dia memberikan hikmah kepada siapa yang Dia kehendaki. Barang siapa diberi hikmah, sesungguhnya dia telah diberi kebaikan yang banyak. Dan tidak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang-orang yang mempunyai akal sehat."
Pendidikan Dalam Pemahaman Islam
Sistem pendidikan sekuler yang diterapkan dunia saat ini memberikan ruang kebebasan yang terbukti telah gagal dalam mencetak peserta didik yang bertakwa dan berakhlak mulia. Sangat penting menanamkan kembali nilai-nilai fundamental sopan santun dan rasa hormat kepada guru pendidik.
Berkebalikan dari semua itu, dalam Islam, guru adalah pilar peradaban. Posisinya dihormati dan dimuliakan karena tugasnya membentuk kepribadian anak didiknya. Guru bukan hanya gudang ilmu, namun pendidik yang memberikan suri tauladan bagi muridnya. Seorang guru harus mencontoh apa yang dilakukan Nabi Muhammad ﷺ.
Allah berfirman dalam Surat Al-Ahzab ayat 21:
لَقَدۡ كَانَ لَكُمۡ فِىۡ رَسُوۡلِ اللّٰهِ اُسۡوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنۡ كَانَ يَرۡجُوا اللّٰهَ وَالۡيَوۡمَ الۡاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيۡرًا ؕ
"Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah."
Merokok dalam hukum Islam memang hukumnya mubah, tetapi di sisi lain, tidak boleh sampai membahayakan diri sendiri dan orang lain karena merokok bisa membahayakan kesehatan bagi perokok aktif dan pasif. Selain itu juga hidup menjadi boros. Maka alangkah baiknya dihindari sebisa mungkin.
Sistem pendidikan Islam membentuk pola pikir dan pola sikap Islam, menanamkan aqidah yang melahirkan generasi yang mempunyai kesadaran akan hubungan manusia dengan Sang Pencipta, yang merupakan kontrol terbaik atas seluruh perbuatan manusia. Kesadaran itu akan mendorong rasa takut kepada Allah sehingga muncul ketakwaan individu, keimanan yang menjadi landasan kuat dalam menuntut ilmu.
Serta harus mempunyai kesadaran bahwa tujuan diciptakan manusia adalah untuk beribadah dan akan dimintai pertanggungjawaban kelak di akhirat. Allah berfirman dalam Surat Az-Zariyat ayat 56:
وَمَا خَلَقۡتُ الۡجِنَّ وَالۡاِنۡسَ اِلَّا لِيَعۡبُدُوۡنِ
"Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku."
Sungguh, remaja Muslim harus berprinsip dan bangkit menjadi generasi yang beriman dan bertakwa kepada Allah.
Semoga sistem Islam tegak kembali di muka bumi ini dan melahirkan generasi beradab dan berpikir cemerlang, aamiin.
Walahu'alam bisshawab

0 Komentar