
Oleh: Uni Ummu Kahfa
Penulis Lepas
Gemuruh suara dan aksi nyata untuk mendukung rakyat Palestina semakin menggelora di berbagai negara. Genosida yang dilakukan oleh Zionis Yahudi membuka mata dunia bahwa kejahatan perang harus segera dihentikan. Salah satunya adalah Gerakan Global Sumud Flotilla, sebuah gerakan maritim inisiatif masyarakat sipil internasional yang terdiri lebih dari 50 kapal dengan ribuan partisipan dari lebih dari 44 negara. Sebuah upaya untuk mendobrak blokade Israel guna menyalurkan bantuan pangan dan obat-obatan.
Namun, bukannya sampai ke Gaza, lebih dari 400 orang justru ditahan. Israel lantas mendeportasi mereka secara bertahap: Jumat (3/10/2025), empat aktivis Italia dipulangkan, lalu Sabtu (4/10/2025), sebanyak 137 aktivis dari 13 negara diterbangkan ke Turki menggunakan pesawat sewaan Turkish Airlines. Para aktivis Global Sumud Flotilla membongkar pengalaman mencekam saat ditahan Israel. Mereka menyebut diperlakukan “seperti binatang”, bahkan senjata diarahkan langsung ke jantung dan kepala (Tribunnews, 06/10/2025).
Rakyat Bernaluri, Pemimpin Sibuk dengan Basa-Basi
Dukungan dan upaya dari seluruh masyarakat dunia semakin dahsyat. Tidak memandang ras, suku, bangsa, dan agama, mereka bersatu menyuarakan kemerdekaan Palestina. Selain aksi GSF, sebelumnya ada aksi maritim serupa yaitu Gaza Freedom Flotilla pada Mei 2010. Aksi ini merupakan misi bantuan kemanusiaan yang digagas atas kerja sama Free Gaza Movement yang berbasis di Siprus dengan IHH yang berbasis di Turki. Kapal MV Mavi Marmara merupakan armada terbesar yang berangkat dari Turki bersama dua kapal lainnya, yakni Gazze I dan Defne. Namun, tentara Israel mengadang bantuan kemanusiaan yang hendak diberikan ke Jalur Gaza. Mereka bahkan membunuh sembilan aktivis di kapal Mavi Marmara (Tirto, 18/10/2023).
Dari jalur darat pun, ribuan aktivis dari penjuru dunia mengupayakan bantuan untuk warga Gaza dalam aksi Global March to Gaza. Konvoi ini dimulai pada Senin (9/6/2025). Aksi ini bertujuan menekan pemimpin dunia agar segera menghentikan agresi militer Israel yang dinilai sebagai bentuk genosida terhadap warga Palestina.
Terbaru, juga ada gerakan besar di darat, sekitar 250.000 demonstran pro-Palestina berdemonstrasi di Amsterdam pada 5 Oktober sebagai bagian dari protes besar-besaran "Garis Merah", yang menuntut pemerintah Belanda untuk mengambil tindakan lebih tegas terhadap genosida Israel yang sedang berlangsung di Gaza. Menjadikannya salah satu demonstrasi terbesar di Belanda dalam beberapa tahun terakhir.
Namun, para pemimpin dunia, khususnya pemimpin negeri-negeri Muslim, semua diam dan hanya beretorika, termasuk Indonesia. Dalam Sidang Umum PBB pada 12 September 2025, disahkan resolusi New York Declaration yang mendukung solusi dua negara dalam konflik Palestina-Israel.
Dikutip dari UN News, New York Declaration memuat satu peta jalan menuju solusi dua negara. Rencana itu mencakup gencatan senjata segera di Gaza, pembebasan semua sandera, pembentukan negara Palestina yang layak dan berdaulat, perlucutan senjata Hamas serta pengucilannya dari pemerintahan Gaza, normalisasi hubungan Israel-negara Arab, dan jaminan keamanan kolektif (Tempo, 15/9/2025).
Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto juga mendukung solusi dua negara ini. Berikut petikan pernyataan Prabowo saat kunjungan Presiden Prancis Emmanuel Macron di Istana Merdeka: "Di berbagai tempat, di berbagai forum, saya sampaikan sikap Indonesia bahwa Indonesia memandang hanya penyelesaian two-state solution, kemerdekaan bagi bangsa Palestina merupakan satu-satunya jalan untuk mencapai perdamaian yang benar. Tapi di samping itu pun, saya tegaskan bahwa kita juga harus mengakui dan menjamin hak Israel untuk berdiri sebagai negara yang berdaulat dan negara yang harus juga diperhatikan dan dijamin keamanannya. Karena itu, Indonesia sudah menyampaikan begitu negara Palestina diakui oleh Israel, Indonesia siap untuk mengakui Israel dan kita siap untuk membuka hubungan diplomatik dengan Israel" (Tribunnews, 23/9/2025).
Dari sini kita bisa melihat, bahwa masyarakat tidak bisa mengandalkan para pemimpin dunia, bahkan PBB. Karena solusi yang disuguhkan hanya basa-basi untuk menutupi kepentingan para pemimpin dengan Zionis.
Islam Tegas dalam Menindak Segala Bentuk Penjajahan
Berkhianat sudah menjadi tabiat kaum Yahudi sejak zaman Nabi Musa. Seperti dalam Al-Qur'an surat Al-Maidah ayat 13:
فَبِمَا نَقْضِهِمْ مِيثَاقَهُمْ لَعَنَّاهُمْ وَجَعَلْنَا قُلُوبَهُمْ قَاسِيَةً ۖ يُحَرِّفُونَ الْكَلِمَ عَنْ مَوَاضِعِهِ ۙ وَنَسُوا حَظًّا مِّمَا ذُكِّرُوا بِهِ ۚ وَلَا تَزَالُ تَطَّلِعُ عَلَىٰ خَائِنَةٍ مِنْهُمْ
“(Tetapi) karena mereka melanggar janjinya, Kami kutuki mereka, dan Kami jadikan hati mereka keras membatu. Mereka suka merubah perkataan (Allah) dari tempat-tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diperingatkan dengannya, dan kamu (Muhammad) senantiasa akan melihat kekhianatan dari mereka ..."
Maka, mengadakan perjanjian dengan Zionis adalah hal yang sia-sia. Solusi dua negara juga haram hukumnya, adanya Zionis di tanah Palestina adalah sebagai penjajah. Penjajah adalah perampok, maka tidak pantas penjajah diberikan jaminan keamanan, dan juga wajib dihormati dan dihargai. Tidak masuk akal, apalagi Zionis sudah merampok wilayah Palestina seluas 78%, dan rakyat Palestina hanya mendiami wilayahnya yang tersisa 22%. Dan sampai sekarang pun rakyat Palestina masih dibombardir oleh Zionis laknatullah.
Dalam Islam, setiap bentuk kejahatan, apalagi penjajahan, akan mendapat tindakan yang tegas. Negara Daulah dalam satu komando Khalifah akan membentuk satu armada tempur jika ada negeri Muslim yang terjajah. Seperti firman Allah dalam Al-Qur'an surat Al-Baqarah ayat 191:
وَاقْتُلُوْهُمْ حَيْثُ ثَقِفْتُمُوْهُمْ وَاَخْرِجُوْهُمْ مِّنْ حَيْثُ اَخْرَجُوْكُمْ
"Perangilah mereka (yang memerangimu) di mana pun kamu jumpai dan usirlah mereka dari tempat mereka mengusirmu."
Maka, hanya jihad fi sabilillah yang bisa menghentikan agresor di Palestina. Menjadi urgenitas bersatunya umat dalam naungan Daulah Islamiyah dengan komando Khalifah, yang akan menjamin keamanan dan kehormatan kaum Muslim. Rasulullah ﷺ bersabda:
إِنَّمَا الْإِمَامُ جُنَّةٌ يُقَاتَلُ مِنْ وَرَائِهِ وَيُتَّقَى بِهِ
“Sesungguhnya Al-Imam (Khalifah) itu perisai yang (orang-orang) akan berperang di belakangnya (mendukung) dan berlindung (dari musuh) dengan (kekuasaan)nya.” (HR Al-Bukhari, Muslim, Ahmad, Abu Dawud).
Wallahu a'lam bishawab.
0 Komentar