
Oleh: Nurjanah Ummu Oniel
Penulis Lepas
Belum sampai dua tahun, AS sudah enam kali menggunakan hak veto pada voting resolusi Dewan Keamanan PBB terkait perang di Gaza, dan semenjak pertama kali digunakan, yaitu pada tahun 1970 sampai September 2025, sebanyak 51 veto digunakan untuk melindungi semua kepentingan Israel sebagai sekutu utamanya, dan untuk menggagalkan resolusi yang mengkritik tindakan Israel, termasuk seruan gencatan senjata di Gaza.
Washington secara rutin memberikan bantuan dana militer sekitar 3,8 miliar dolar per tahun. Di tengah pembantaian di Gaza yang telah merenggut ribuan nyawa warga sipil tak berdosa serta menghancurkan rumah sakit dan sekolah, Washington justru dengan arogansinya menyetujui bantuan militer tambahan untuk Israel, baik dalam bentuk dana maupun senjata besar-besaran, seperti jet tempur F-15, tank, dan bom.
Perlu diketahui bahwa sejak tahun 1976, Israel telah menjadi penerima bantuan ekonomi terbesar dari AS, yang memungkinkan negara tersebut untuk menopang ekonomi dan militernya. Bantuan ini tidak hanya mencakup dana, tetapi juga dukungan militer yang intensif, menjadikan hubungan antara AS dan Israel sebagai salah satu yang paling mahal dalam sejarah modern AS. Dengan aliran dana yang terus mengalir, Israel mampu memperkuat posisi militernya di kawasan Timur Tengah, sementara AS terus menjaga hubungan ini sebagai bagian dari strategi geopolitiknya untuk mempertahankan dominasi di wilayah tersebut.
Di balik semua perlindungan AS ke Israel, ternyata ada juga AIPAC (American Israel Public Affairs Committee), yaitu lobi kuat pro-Israel yang sering disebut sebagai pemerintah bayangan dalam urusan Timur Tengah. Keberadaannya untuk memastikan dukungan politik AS kepada Israel di Washington. Sebagai gambaran, tidak ada presiden AS dalam empat dekade terakhir yang bisa sepenuhnya mengabaikan tekanan dari AIPAC, karena lobi Israel ini akan melakukan berbagai cara, terutama dari dukungan finansial dan edukasi untuk mempengaruhi politikus AS, termasuk yang membiayai kampanye para politikus.
Beberapa contoh kelompok lobi selain AIPAC adalah The Washington Institute for Near East Policy (WINEP), The Foundation for Defense of Democracies (FDD), Brookings Institute, dll. Merekalah pemain utama dalam sistem politik Amerika, kuatnya lobi pro-Israel akan selalu mendominasi semua kebijakan yang akan diputuskan, tidak peduli siapa pun yang duduk di Gedung Putih.
Tidak ketinggalan kerja sama intelijen dan siber, melalui Mossad, NSO Group pencipta spyware bernama Pegasus, dan Unit 8200, yaitu salah satu unit militer paling rahasia dan paling penting di Israel.
Sehingga Israel menjelma menjadi laboratorium perang. Dalam setiap deru konflik bersenjata, baik di Gaza, Lebanon, maupun sepanjang perbatasan Suriah, senjata buatan Amerika digunakan, diuji, dan disempurnakan di tangan militer Israel. Hasilnya, data tempur aktual yang mustahil diperoleh dari simulasi atau uji coba di pangkalan militer Amerika Serikat.
Pembelaan untuk Israel bukan hanya karena sejarah agama atau politik dalam negeri, mereka membela karena Israel adalah alat penting dalam sistem dominasi global Amerika, sebuah negara kecil yang diperlakukan seperti pos militer paling mahal di dunia, dan bantuan ini bukan hadiah semata, melainkan kontrak kekuasaan.
Sampai mereka membangun narasi: di saat bom meledak menghancurkan sekolah-sekolah di Gaza, anak-anak tewas tertimbun di balik reruntuhan, berita utama di media Amerika menyebutkan bahwa Israel sedang membela diri, ketika tentara Israel menembak jurnalis atau tenaga medis, media menyebutnya insiden yang sedang diselidiki, namun ketika satu warga Israel tewas, narasi berubah drastis menjadi "teror menghantam Israel".
Perlindungan berlapisnya AS ke Israel seperti ini bukan tanpa perencanaan, ini adalah konstruksi sistematis yang dirancang untuk membenarkan semua tindakan Israel. Nama-nama besar seperti Leslie Moonves (1995-1998), mantan pimpinan CBS, adalah pendukung setia Israel, Michael Eisner yang selama bertahun-tahun memimpin Disney, Jeff Zucker, pengendali CNN (2013-2022). Semua menjadi bagian dari jaringan kekuasaan media yang berpihak pada narasi pro-Israel, termasuk VIACOM sebagai induk dari berbagai saluran TV dan film besar.
Fakta-fakta tersebut membuktikan adanya ikatan yang melampaui logika biasa, sebuah kemitraan yang membabi buta, sebuah sandiwara busuk yang mempertontonkan kemunafikan paling telanjang.
Ini bukan misteri puzzle yang sulit dirangkai, karena jika kita flashback pada tahun 1947, saat PBB mengeluarkan resolusi 181 yang membagi wilayah Palestina menjadi dua negara, resolusi ini didukung penuh oleh Amerika Serikat, meskipun mendapat penolakan keras dari sebagian besar negara Arab dan dunia Muslim saat itu.
Ide haram ini kini semakin banyak didukung oleh sejumlah negara di dunia, termasuk Indonesia. Pada 12 September 2025, dalam sidang Majelis Umum PBB di Markas Besar PBB, New York, 142 negara menyetujui ide tersebut, sementara 10 negara menolaknya, dan 12 negara memilih untuk abstain. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun ada penolakan, semakin banyak negara yang memilih untuk mendukung ide yang merupakan pengkhianatan terhadap Palestina ini.
Pada awal kemunculan resolusi 181, AS menyetujui, meskipun banyak penolakan, dan sekarang kerakusan Israel menolak ide dzalim ini, karena PM Benjamin Netanyahu menegaskan "tidak akan pernah ada negara Palestina," dan dengan tanpa malu mereka membeberkan ambisi proyek pembangunan jalur cepat di wilayah E1, Tepi Barat.
Dua keputusan yang berbeda yang diambil AS dengan Solusi Dua Negara ini, membuktikan bahwa Amerika akan selalu mendukung semua kepentingan Israel dengan atau tanpa excuse dari mana pun. Apalagi kenyataan yang ada, hak veto akan selalu diberikan Amerika untuk membela dan melindungi semua kepentingan Israel ini. Jadi apa yang kita harapkan dari PBB, dari OKI, dari negara-negara Arab, yang sekarang hampir semuanya mendukung ide manipulatif ini.
Solusi yang Tepat
Tidak mungkin solusi datang dari para penjajah ini, mereka akan selalu bersikap pragmatis. Sehingga kitalah saudara mereka, saudara Muslim yang harus menolong, tanpa membuat Palestina terdzolimi.
Allah Ta'ala juga berfirman:
وَاِنِ اسْتَنْصَرُوْكُمْ فِى الدِّيْنِ فَعَلَيْكُمُ النَّصْرُ
“Jika mereka meminta pertolongan kepadamu dalam (urusan pembelaan) agama (Islam), wajib atas kamu memberikan pertolongan.” (QS Al-Anfal [8]: 72).
Rasulullah ﷺ bersabda di dalam hadis:
مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى
“Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal saling mencintai, menyayangi, dan saling mengasihi bagaikan satu tubuh. Jika satu anggota tubuh sakit, seluruh tubuh akan merasakan sakit dengan tidak bisa tidur dan demam.” (HR Bukhari dan Muslim).
Juga di dalam hadis:
اَلْـمُسْلِمُ أَخُوْ الْـمُسْلِمِ ، لَا يَظْلِمُهُ وَلَا يُسْلِمُهُ
“Seorang Muslim adalah saudara bagi Muslim yang lain. Ia tidak menzaliminya dan tidak membiarkannya (dalam kesulitan).” (HR Bukhari dan Muslim).
Sekarang kita bahkan dibuat marah dengan pernyataan presiden yang termuat di Media The Times of Israel "At UN, Indonesian president says guaranteeing Israel's security is key to peace, ends speech with, 'Shalom'," (Di PBB, Presiden Indonesia mengatakan jaminan keamanan Israel adalah kunci perdamaian, mengakhiri pidatonya dengan, 'Shalom',).
Pernyataan ini tentu dikarenakan kepemimpinan yang masih sekuler yang menjauhkan agama dan politik. Seakan-akan supaya semua kepentingan harus bisa terakomodir, terkesan adil dan bisa diterima semua pihak, tapi tanpa memperhatikan hak, kewajiban, dan sanksi untuk masing-masing negara. Korban harus menerima penjajah, penjajah disahkan merugikan korban. Ini adalah solusi nonsense yang melegalisasi perampasan dan penjajahan.
Satu-satunya solusi untuk Gaza hanya dengan jihad untuk mengusir penjajahan Zionis dari bumi Syam. Tetapi kita tahu, kita tidak bisa mengharapkan penguasa dari mana pun, termasuk pada para penguasa Muslim yang ada sekarang ini. Karena mereka menganggap Islam tersekat dalam jeratan negara, sehingga memandang persoalan Palestina adalah urusan rakyat Palestina sendiri. Terlebih ketakutan kehilangan kekuasaan jika melawan AS, meskipun saudara sendiri menjadi korban.
Hanya Institusi Islam yang Bisa Melawan Penjajah Zionis
Sejak runtuhnya Khilafah Utsmaniyah pada 1924 hingga sekarang, terbukti belum ada yang sanggup mengusir penjajah Israel dari tanah Syam. Karena tidak ada satu pun negara yang berani melakukan jihad dengan mengerahkan militer yang kuat, persenjataan yang baik, dan anggaran unlimited yang disediakan khusus untuk menghadapi penjajah laknatullah.
Negara-negara yang didorong oleh nasionalisme seringkali menghitung untung rugi untuk kepentingan negaranya, terutama ketika berhadapan dengan Israel, yang merupakan mitra militer dan intelijen yang menguntungkan bagi Washington. Dengan ideologi kapitalis yang mendominasi, tidak ada yang bersedia untuk mengalami kerugian materi. Hal ini menjadikan harapan akan solusi yang adil dalam sistem buatan manusia semakin terasa melelahkan dan hampir mustahil terwujud.
Namun, satu-satunya harapan yang masih ada terletak pada Institusi Negara Islam, yaitu Khilafah. Hanya Khilafah yang terbukti mampu mengusir penjajah dari Palestina, seperti yang dilakukan oleh pasukan Shalahuddin al-Ayyubi dalam menghadapi tentara salib pada 27 Rajab 538 H/1187 M, dan juga pada masa Khalifah Umar bin Khattab yang berhasil membebaskan Palestina dari kekaisaran Romawi.
Khilafahlah yang mampu mengerahkan pasukan dengan ketaqwaan yang tinggi, siap berjihad fii sabilillah dengan semangat yang membara, mengikuti satu komando dari seorang khalifah, tanpa takut menghadapi segala risiko. Allah akan selalu meridhai perjuangan para mujahid yang hanya takut akan murka-Nya.
Wallahu a'lam bishawab.

0 Komentar