
Oleh: Ummu Aqila
Penulis Lepas
Gelombang kecemasan sedang menyelimuti dunia pendidikan kita. Bukan karena nilai akademik, bukan pula karena gadget berlebihan, melainkan karena fakta mengerikan yang mengoyak kesadaran kita: 15 siswa SMP di Surabaya dinyatakan positif mengonsumsi narkoba. Usia mereka baru menginjak belasan tahun, tetapi sudah terseret ke jeratan yang menghancurkan masa depan.
Dari berbagai laporan, semua benang merah mengarah pada satu titik hitam: Jalan Kunti, yang sudah lama dijuluki sebagai Kampung Narkoba. Di sana, bedeng-bedeng reyot beratap terpal berdiri seperti saksi bisu, tempat transaksi gelap, pesta sabu, dan jebakan bagi anak-anak yang sedang mencari pelarian atau sekadar penasaran. Gambaran ini bukan sekadar potret kriminal, tetapi cermin dari kerapuhan nilai dan kegagalan sistem yang seharusnya menjaga generasi bangsa.
Remaja yang Kehilangan Makna Hidup
Mengapa anak-anak SMP (yang seharusnya sibuk belajar dan bermain) justru terjerumus narkoba? Karena ada kekosongan besar dalam diri mereka. Kekosongan iman, kekosongan makna, dan kekosongan arah hidup.
Allah ﷻ berfirman:
وَمَنْ اَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِيْ فَاِنَّ لَهٗ مَعِيْشَةً ضَنْكًا
“Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sungguh baginya kehidupan yang sempit.” (QS. Thaha: 124)
Ketika iman melemah, kebahagiaan hakiki ikut memudar. Remaja pun mudah mencari pelarian semu, sensasi instan, teman berpengaruh buruk, atau sekadar tekanan sosial. Tanpa pegangan nilai yang kuat, rayuan narkoba terasa seperti jalan pintas menuju “kebebasan” yang ternyata menjerumuskan.
Peredaran Narkoba yang Kian Sistemik
Tidak dapat dipungkiri, narkoba tidak mungkin masuk ke tangan anak SMP tanpa jaringan distribusi yang rapi. Dari kampung kumuh hingga titik transaksi, semua menunjukkan satu hal: pengawasan negara dan masyarakat masih longgar.
Jika sebuah lokasi bisa mendapat label “kampung narkoba” dan tetap beroperasi bertahun-tahun, berarti ada mata yang sengaja memejam, atau ada sistem yang lumpuh.
Padahal Islam sudah memperingatkan agar masyarakat tidak membiarkan kemungkaran tumbuh:
مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَراً فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ، فَإِنْ لَمْ يَستَطِعْ فَبِلِسَانِهِ، فَإِنْ لَمْ يَستَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الإِيْمَانِ
“Barang siapa di antara kalian melihat kemungkaran, hendaklah ia mengubah dengan tangannya. Jika tidak mampu, dengan lisannya. Jika tidak mampu juga, dengan hatinya, dan itulah selemah-lemahnya iman.” (HR. Muslim)
Kampung narkoba bukan sekadar masalah kriminal, ia adalah lubang besar yang akan menelan generasi satu per satu jika dibiarkan.
Malapetaka yang Mengintai Generasi
Narkoba bukan benda mati. Ia adalah racun yang merusak tubuh, akal, dan masa depan. Rasulullah ﷺ bersabda:
كُلُّ مُسْكِرٍ خَمْرٌ وَكُلُّ خَمْرٍ حَرَامٌ
“Setiap yang memabukkan adalah khamr, dan setiap khamr adalah haram.” (HR. Muslim)
Jika alkohol saja diharamkan karena merusak akal, maka narkoba (yang daya rusaknya jauh lebih keras) jelas merupakan musuh yang mengancam kelangsungan peradaban. Membiarkan kampung narkoba adalah membiarkan remaja kehilangan masa depan.
Membiarkan akses narkoba terbuka adalah membiarkan pintu kehancuran keluarga tetap menganga. Dan membiarkan anak-anak SMP terjerat narkoba adalah malapetaka moral yang seharusnya mengguncang bangsa ini.
- Saatnya Bergerak: Keluarga, Negara, dan Masyarakat Harus Bersatu Menguatkan Iman dan Kebahagiaan Hakiki! Keluarga dan sekolah harus kembali menjadi ruang yang menghadirkan ketenangan, bimbingan, dan nilai. Remaja yang kuat imannya tidak mudah digoyahkan. Remaja yang merasa dicintai dan dihargai tidak akan mencari pelarian dalam narkoba.
- Negara Tidak Boleh Absen: Melindungi generasi muda bukan sekadar program, tetapi kewajiban negara. Jika sebuah kampung dibiarkan menjadi sarang narkoba, maka itu bukan hanya kegagalan hukum, tetapi juga kelalaian moral. Allah mengingatkan dalam surah At-Tahrin ayat 6, yang artinya “Dan peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka…” Tugas menjaga ini meluas pada pemimpin dan penguasa yang mengatur urusan rakyat.
- Kemungkaran Harus Dihentikan: Tidak ada ruang kompromi bagi narkoba. Tidak ada alasan membiarkan tempat-tempat maksiat terus beroperasi. Tidak ada toleransi terhadap jaringan yang merusak generasi. Masyarakat beriman tidak boleh diam ketika anak-anak mereka direnggut oleh racun yang mematikan ini.
Selamatkan Generasi, Selamatkan Bangsa
Jika hari ini 15 siswa SMP terjerat narkoba, apa yang akan terjadi besok? Jika sebuah kampung narkoba dibiarkan bercokol, berapa banyak anak lagi yang akan menjadi korban? Ini bukan statistik. Ini adalah alarm keras.
Kita tidak boleh menunggu hingga seluruh generasi muda lumpuh. Kita harus kembali pada iman, memperkuat keluarga, menegakkan hukum, dan memberantas kemungkaran. Karena bangsa tanpa generasi yang sehat adalah bangsa yang sedang berjalan menuju jurang kehancuran.
كُنْتُمْ خَيْرَ اُمَّةٍ اُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ ۗ وَلَوْ اٰمَنَ اَهْلُ الْكِتٰبِ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُمْ ۗ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُوْنَ وَاَكْثَرُهُمُ الْفٰسِقُوْنَ
“Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia. Kamu menyuruh (berbuat) yang makruf, mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Seandainya Ahlul Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman dan kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik.” (QS. Ali Imran: 110)
Wallahu 'alam bishawab

0 Komentar