
Oleh: Uni Ummu Kahfa
Penulis Lepas
Krisis moral menjadi fenomena luar biasa pada zaman modern ini. Salah satu kasus yang terjadi di Indonesia akibat krisis moral remaja adalah meningkatnya kenakalan remaja.
Seorang pelajar SMP di Grobogan meninggal dunia akibat dikeroyok teman-temannya. Pihak sekolah mengaku tidak tahu mengenai pengeroyokan tersebut karena kejadian terjadi saat jam istirahat (Berita Satu, 15/10/2025).
Di luar lingkungan sekolah pun, banyak kasus kekerasan yang terjadi. Salah satunya adalah kasus seorang remaja berusia 16 tahun di Pacitan, Jawa Timur, yang membacok nenek angkatnya, dengan modus karena sakit hati disebut cucu pungut. Akibatnya, korban mengalami luka serius dan harus mendapatkan perawatan intensif di RSUD dr. Darsono Pacitan (Berita Satu, 16/10/2025).
Fenomena ini sangat memilukan. Remaja yang seharusnya menjadi tonggak peradaban, kini mengambang di tengah derasnya arus kehancuran moral. Selain kekerasan, remaja saat ini juga rentan terhadap kebebasan berfantasi, termasuk fantasi seks. Di Kelurahan Rorotan, Cilincing, Jakarta Utara, seorang remaja berusia 16 tahun diduga mencabuli dan membunuh anak perempuan berusia 11 tahun pada Senin (13/10/2025) (Berita Satu, 15/10/2025).
Sumbangsih Gaya Liberal
Rusaknya moral generasi muda tidak lain adalah akibat diterapkannya sistem sekuler yang memisahkan agama dari kehidupan. Sistem ini melahirkan liberalisme yang digadang-gadang sebagai modernisasi kehidupan. Namun, faktanya kebebasan yang kebablasan ini membawa dampak buruk pada perkembangan generasi saat ini. Kenakalan remaja semakin meningkat, dari kasus perundungan hingga pembunuhan.
Berdasarkan keterangan JPPI yang dikutip oleh Goodstats, terjadi kenaikan tajam kasus kekerasan di lingkungan pendidikan pada 2024. Jika pada 2023 terdapat 285 kasus, pada 2024 jumlahnya melonjak menjadi 573 kasus, naik lebih dari 100 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Dari total tersebut, sekitar 31 persen berkaitan langsung dengan perundungan (Goodstats, 5/10/2025).
Pendidikan berbasis sekuler menjadi salah satu faktor utama fenomena ini. Kurikulum yang disajikan hanya berfokus pada kecerdasan intelektual dan kemahiran dalam bakat. Namun, pendidikan moral dan sopan santun sangat rendah. Dalam sistem ini, tujuan utama pendidikan adalah membentuk peserta didik yang siap menjadi sumber daya manusia yang sesuai dengan standar pasar. Maka, wajar jika generasi hari ini hanya pintar secara akademik, namun akhlaknya jauh dari standar syariat.
Guru yang seharusnya menjadi penyalur ilmu dan teladan bagi siswanya, kini banyak yang mengalami degradasi moral. Kasus demi kasus menunjukkan oknum guru yang berbuat tidak senonoh terhadap anak didiknya. Sangat miris, pendidikan yang seharusnya berperan penting dalam membentuk bangsa yang maju, justru merusak moral pendidik dan peserta didik.
Dari aspek internal, minimnya peran keluarga dalam pendidikan karakter anak juga berpengaruh. Keluarga dalam sistem sekuler hanya hadir dalam bentuk pemenuhan materi saja. Banyak anak atau anggota keluarga yang merasa tidak nyaman berada di rumah, di mana pertengkaran, perceraian, hingga tindakan kriminal terjadi di dalamnya. Hari ini, rumah pun tidak lagi menjamin keamanan dan kenyamanan bagi anggotanya.
Selain kedua aspek tersebut, kecanggihan teknologi yang sangat mudah diakses oleh semua kalangan juga berperan dalam kerusakan moral ini. Konten-konten yang tidak seharusnya dibuat dan ditonton beredar bebas. Bukan karena ketidakmampuan pemerintah dalam menyaring akses media, tetapi karena penerapan sistem sekuler yang berfokus pada meraup keuntungan dari kegiatan tersebut.
Dampak dari fenomena kenakalan remaja ini sangat fatal. Selain anak akan kehilangan konsentrasi dan motivasi, pelaku juga dapat mengalami gangguan emosi seperti depresi, kecemasan, dan stres. Dari sisi korban, dampaknya bisa lebih serius, yaitu trauma berkepanjangan, bahkan dalam beberapa kasus ekstrem, korban bisa mengalami depresi berat hingga menyebabkan kematian.
Generasi muda adalah tonggak suatu bangsa. Jika generasinya hebat, maka negerinya akan gemilang, namun jika generasinya hancur, hancurlah masa depan bangsa tersebut. Sudah sewajarnya kita sebagai orang tua cemas akan masa depan anak kita di tengah sistem yang rusak ini.
Generasi Hebat dalam Syariat Islam
Sistem sekuler yang lahir dari akal manusia sudah secara nyata membawa masalah di berbagai lini kehidupan, salah satunya dalam membentuk pribadi generasi muda. Maka, sudah saatnya kita kembali pada sistem Islam yang telah terbukti menjadi solusi komprehensif dalam menyelesaikan masalah hingga ke akar-akarnya.
Dalam Islam, negara wajib menyediakan pendidikan yang berkualitas dan menyeluruh bagi semua lapisan masyarakat tanpa terkecuali. Pendidikan dalam Islam akan membentuk peserta didiknya menjadi generasi beriman, berilmu, dan berakhlak mulia. Dalam kegiatan belajar mengajar, adab sangat dijunjung tinggi. Para ulama dahulu mengatakan:
تعلم الأدب قبل أن تتعلم العلم
“Pelajari oleh kalian adab (akhlak) sebelum kalian mempelajari ilmu.” (Ibn 'Abd al-Barr, Jami' Bayan al-'Ilmu wa Fadlih, 1/164).
Adab dan ilmu tidak dapat dipisahkan, karena ilmu tanpa adab seperti api tanpa kayu bakar, dan adab tanpa ilmu seperti jasad tanpa ruh. Maka, sudah sewajarnya guru yang ilmunya lebih tinggi akan memiliki adab yang lebih tinggi pula, yang bisa menjadi panutan para peserta didiknya. Sesuai sabda Rasulullah ï·º:
Ø£َÙƒْÙ…َÙ„ُ المُؤْÙ…ِÙ†ِينَ Ø¥ِيمَانًا Ø£َØْسَÙ†ُÙ‡ُÙ…ْ Ø®ُÙ„ُÙ‚ًا
“Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya.” (HR. Tirmidzi no. 1162. Dinilai shahih oleh Al-Albani dalam Ash-Shahihah no. 284.)
Dalam Islam, keluarga memiliki peran utama dalam menanamkan nilai-nilai moral, sikap, dan keteladanan. Orang tua bertugas memberikan kasih sayang, dukungan, dan bimbingan sesuai dengan syariat Islam. Sehingga, terbentuklah generasi penerus bangsa yang gemilang.
Dari aspek ini, hanya negara yang menerapkan syariat Islam secara kaffah yang mampu menjadi pelindung peradaban manusia. Daulah Islamiyah akan mengayomi seluruh penduduk negeri dari ide-ide buruk yang ditawarkan kaum barat. Pada masa kecanggihan teknologi saat ini, setiap konten akan disaring secara teliti, sehingga kejahatan media tidak akan masuk dan terakses oleh masyarakat. Sudah saatnya umat bangkit dari keterpurukan dan kerusakan yang tersistem. Penegakan syariat Islam di muka bumi menjadi satu-satunya solusi atas setiap permasalahan.
Wallahu a'lam bishawab.

0 Komentar