
Oleh: Ilma Kurnia P, S.P
Pemerhati Generasi
Fenomena hilangnya peran ayah dalam kehidupan anak, atau yang sering disebut dengan istilah fatherless, semakin marak terjadi dalam kehidupan masyarakat modern saat ini, baik secara fisik maupun emosional. Anak-anak tumbuh tanpa figur ayah yang hadir untuk membimbing, menuntun, dan menanamkan nilai-nilai kehidupan, yang kini dianggap sebagai hal yang biasa. Dampaknya, banyak anak kehilangan figur yang berperan penting dalam membentuk karakter, ketangguhan, dan jiwa kepemimpinan mereka.
Peran ayah sering kali dianggap hanya terbatas pada mencari nafkah, sehingga ketika sampai di rumah, ayah merasa waktu istirahat atau lebih sibuk dengan dunianya sendiri tanpa memperdulikan perkembangan anak. Di sisi lain, banyak ayah yang menganggap bahwa mendidik dan mengurus anak adalah sepenuhnya tanggung jawab istri. Akibatnya, ayah tidak merasa berkewajiban untuk ikut andil dalam mendidik dan membesarkan anak.
Ditambah lagi, gempuran ekonomi kapitalistik yang memaksa ayah untuk lebih fokus pada pemenuhan kebutuhan material keluarga, mengabaikan peran pentingnya dalam memberikan rasa kasih sayang dan perhatian kepada anak-anak. Hal ini berujung pada timbulnya rasa minder, ketidakstabilan emosional, yang pada akhirnya bisa memicu kenakalan remaja saat ini (Kompas, 10/10/2025).
Peran ayah sangat penting dalam mengasuh, merawat, dan mendidik anak untuk menjadi pribadi yang baik, dan peran ini tidak seharusnya hanya dibebankan kepada ibu saja. Dalam pandangan Islam, kondisi ini bukan sekadar masalah sosial, melainkan juga persoalan moral dan spiritual yang dapat memengaruhi generasi umat. Ayah bukan hanya pencari nafkah, tetapi juga pemimpin dan pendidik dalam keluarga. Rasulullah ﷺ bersabda:
كُلُّكُمْ رَاعٍ فَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
“Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya...” (HR. Bukhari dan Muslim).
Ayah adalah pemimpin rumah tangga yang bertanggung jawab menanamkan iman, akhlak, dan kedisiplinan kepada anak-anaknya. Ketidakhadiran ayah sering kali membuat anak kehilangan arah, rapuh secara emosional, dan mencari sosok pengganti yang belum tentu membawa nilai kebaikan. Ketiadaan figur ayah dapat melahirkan generasi yang lemah dalam identitas dan tanggung jawab. Islam menekankan pentingnya keseimbangan kasih sayang antara ibu dan ayah. Ibu memberikan kelembutan, sementara ayah mengajarkan ketegasan dan prinsip hidup. Kedua peran ini saling melengkapi dalam membentuk kepribadian anak yang beriman dan tangguh.
Oleh karena itu, seorang ayah hendaknya tidak hanya hadir secara materi, tetapi juga secara batin. Waktu, perhatian, dan doa seorang ayah adalah investasi berharga bagi masa depan anak. Keluarga yang kuat lahir dari kehadiran ayah yang sadar akan amanahnya sebagai penjaga fitrah dan penuntun iman. Sudah saatnya masyarakat kembali menghidupkan peran ayah sesuai tuntunan Islam. Sebab, membangun generasi berakhlak tidak cukup dengan cinta seorang ibu saja, tetapi juga dengan bimbingan dan keteladanan seorang ayah yang beriman.
Wallahu a'lam bishawab.

0 Komentar