
Oleh : Ahmad Khozinudin
Advokat, Aktivis Gerakan Islam
Ada yang sedikit berbeda dalam publikasi diskusi yang rencananya diselenggarakan malam ini (Sabtu, 26/12). Para Narasumber diberikan gelar keakraban 'Cak dan Kang'. Cak lebih merepresentasikan trah Jawa Timur, sementara Kang lebih merepresentasikan arus Jawa Barat, sebagian juga Jawa Tengah. Karena, untuk orang Jawa Tengah, biasanya disebut 'Mas'.
Ini bukan soal mau adu 'Celurit' dan 'Kujang' seperti yang dikatakan Bang Hatta Taliwang dalam komentar selorohnya. Ini cuma cara panitia 'Membuat Suasana Lain' dalam diskusi daring, dugaan saya. Nyaris setahun diskusi daring via zoom meeting, memang perlu dibuat suasana lain agar lebih dinamis.
Tak perlu khawatir dengan diskusi kolaborasi 'Cak dan Kang' ini. Apapun argumentasi yang dipaparkan, semua cuma omongan, cuma 'Talk' no 'Action'. Ini cuma NATO, begitu populernya.
Jadi, tak usah ada yang kejang-kejang karena kritikan. Terutama pemerintah, woles saja menghadapi kritik publik. Lebih baik bekerja ketimbang membantah kritikan yang tambah menunjukkan betapa pemerintah tak siap menerima perbedaan.
Saya misalnya, konsisten menyatakan ada kriminalisasi ulama. Pak Moeldoko dan Pak Mahfud MD tak perlu sibuk mengklarifikasi, tidak ada kriminalisasi. Cukup bebaskan Gus Nur dan HRS, juga ulama yang lain, niscaya tak ada yang akan menyuarakan narasi kriminalisasi.
Ketimbang Pak Mahfud MD menantang untuk menyebutkan siapa ulama yang dikriminalisasi, lebih baik berinisiatif memberikan jaminan untuk penangguhan semua ulama yang dikriminalisasi rezim. Syukur bisa membebaskan, kalau bisa. Terus terang, saya ragu Pak Mahfud MD melakukan hal itu.
Quo Vadis Umat Islam? Akan kemana masa depan dunia Islam?
Tampaknya, masalah klasik umat Islam masih akan terus mengganjal perubahan. Ya, masih berharap pada demokrasi, masih berharap pada Pilpres, masih berharap pada figur dan individu tertentu.
Padahal, Allah SWT telah turunkan Al Qur'an dan as Sunnah, Allah SWT telah utus Rasullullah Saw sebagai teladan perjuangan. Entah mengapa, masih saja sebagian putra Umat ini justru membebek pada perubahan yang dituliskan oleh ulama-ulama barat, entah itu David Ricardo, John Maynard Keynes, Adam Smith, untuk bidang ekonomi. Atau taklid buta pada Montesqueu dan John Locke untuk urusan politik. Bahkan, ada yang membabi buta mengikuti teori perubahan Karl Marx dan Friedrich Engels.
Ada yang tertipu, menyerukan people power padahal ini hanya cara untuk menjatuhkan kekuasaan bukan memperbaiki keadaan. Ada juga yang berwacana kudeta, padahal ini hanya cara untuk merebut kekuasaan bukan untuk memperbaiki keadaan. Bahkan, ada yang sabar ikut mekanisme demokrasi, sabar hingga 2024, padahal di 2019 telah ditipu telak oleh demokrasi.
Umat ini melupakan dakwah, sebuah gerakan perubahan yang dicontohkan Rasulullah Saw. Umat ini melupakan pentingnya penyadaran, menyatukan kesatuan pandangan, menyatukan langkah dan gerak perubahan, dan seterusnya, sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah Muhammad Saw.
Saya tidak ingin bocorkan bagaimana caranya, karena ini substansi materi diskusi. Yang jelas, kita memang butuh banyak lagi forum diskusi, untuk menyepakati banyak isu agar ada kesamaan pandangan dan kesatuan gerak dalam menyongsong perubahan.
Ala kuli hal, diskusi dan diskusi adalah salah satu aktivitas penting yang mencontoh dakwah Rasulullah Saw. Dengan diskusi, akan banyak problem terurai, akan ditelurkan banyak solusi. [].
0 Komentar