TAK ADA OPOSISI YANG ABADI


Oleh : Ahmad Khozinudin
Sastrawan Politik

Jika ada pameo 'tak ada koalisi yang abadi', sebaliknya sesungguhnya tak ada pula 'oposisi yang abadi'. Misalnya saja, ketika saya mengkritisi kezaliman Jokowi, semua aktivis kontra Jokowi ikut menabuh genderang, memberikan tambahan syair, hingga ikut latah meneriakkan yel-yel perjuangan.

Namun, begitu saya menawarkan Khilafah, menjelaskan Khilafah, menyampaikan Khilafah adalah solusi, mengkritik demokrasi, menjelaskan kebobrokan demokrasi, memberikan komparasi, tentang betapa agungnya sistem Khilafah, ada sebagian oposisi (meskipun demikian jumlah yang sangat sedikit) muntah-muntah. Ada yang mengatakan belum saatnya Khilafah, ada yang meminta fokus mengkritik rezim, ada yang ikut latah seperti rezim menuduh pejuang Khilafah radikal, dan seterusnya.

Lucu saja. Saya tidak pernah mengkritisi kaum oposan, apapun yang mereka tulis dan komentari. Tetapi, begitu saya mendakwahkan Khilafah, menulis tentang Khilafah, menjelaskan secara logis bagaimana sistem Khilafah lebih unggul ketimbang sistem demokrasi, lalu kaum oposan (yang jumlahnya sangat sedikit, tidak berpengaruh, dan tak pula diperhitungkan ini), merecoki dakwah Khilafah yang saya lakukan.

Ini adalah tulisan pertama dan terakhir, bagi yang mengaku oposan tapi sibuk saling ganggu sesama sopir angkot. Prinsipnya, saya berjuang bukan karena kezaliman rezim, saya berjuang juga bukan karena motif remah remah dunia sebagaimana umumnya kaum oposan yang berteriak karena lapar. Saya berjuang mendakwahkan Khilafah, karena kewajiban dan karena memikirkan kondisi umat ini.

Apalagi, yang bisa diharapkan dari demokrasi? Siapa lagi, sosok yang bisa diharapkan untuk menyelesaikan sengkarut problem bangsa ini?

Justru Khilafah adalah solusi sekaligus harapan, setelah mimpi perubahan via Pemilu, Pilpres dan Pilkada tak memberi harapan kecuali janji palsu. Semua partai, tak ada bedanya. Berteriak ketika belum ada jabatan, bungkam ketika perutnya kenyang. Para oposan sebagiannya juga demikian, kalau tidak mau dikatakan semuanya.

Jadi, saya ultimatum kepada siapapun oposan yang ikut merecoki dakwah Khilafah. Fokus saja urusan anda kepada rezim. Saya tidak pernah merugikan anda, tetapi tak pernah merasa keberatan untuk melawan narasi Anda, selain tetap fokus melawan kezaliman rezim.

Biarkan saya menulis tentang Khilafah, sekehendak saya, semau saya, sebagaimana diperintahkan Tuhan saya, tuhan manusia, tuhan alam semesta, tuhan kehidupan. Jika tidak mendukung Khilafah, jangan menjadi penentangnya. Sebab, kereta Khilafah pasti akan melaju dan melibas siapa dan apapun yang menghalanginya.

Setiap celaan, cemoohan, tak akan menghentikan perjuangan Khilafah. Jangankan ringannya cemoohan, kezaliman rezim pun tak bisa menghentikan. Sebab Khilafah adalah Janji Allah SWT, kabar gembira dari Rasulullah Saw.
Wahai umat, dengarkanlah...

Sesungguhnya pejuang Khilafah sangat menyayangi anda, memikirkan urusan anda, dan membangun masa depan untuk kemaslahatan Anda. Karena itu, ulurkan tangan anda, untuk menerima pejuang Khilafah, melindunginya, mengasuhnya, hingga pejuang Khilafah mampu mewujudkan harapan Anda.

Wahai umat, dengarkanlah...

Pejuang Khilafah hanya menginginkan Islam yang berkuasa, bukan dirinya. Pejuang Khilafah jujur membela anda, bukan untuk kepentingan tahta, harta dan wanita.

Wahai umat, dengarkanlah...

Pejuang Khilafah telah mengorbankan waktu, pikiran, tenaga, harta bahkan siap pula mempersembahkan jiwa raga. Karena itu, dukunglah khilafah, ajaran Islam yang merupakan warisan Nabi anda. Ajaran Islam yang kelak dijanjikan kembali menaungi dunia.

Wahai umat, dengarkanlah...

Pejuang Khilafah, menginginkan anda menjadi hamba yang merdeka. Terbebas dari penghambaan kepada makhluk dan hanya menghamba kepada Allah SWT semata. [].

Posting Komentar

0 Komentar