KHILAFAH BUTUH ILMU, BUKAN CUMA MEMBACA ARTIKEL


Oleh : Ahmad Khozinudin
Sastrawan Politik

Bagi orang kampung, yang hanya terbiasa melihat bangunan paling tinggi 10 meter, begitu pergi ke kota besar, dirinya kebingungan melihat gedung-gedung tinggi pencakar langit. Dia melihat, gedung itu nyata. Tapi pikirannya, masih belum bisa menjangkau (belum percaya) bagaimana mungkin gedung ratusan meter tingginya ini bisa dibangun?

Teknisnya bagaimana? Apa mungkin, tukang bangunan bisa menyusun batu bata dengan adukan semen hingga ratusan meter tingginya? Ini seperti mimpi saja, dikampung hal yang seperti ini mustahil. Tapi, dia melihat sendiri faktanya bangunan Gedung menjulang ke langit itu ada dan nyata.

Namun, bagi insinyur teknik sipil, bangunan setinggi apapun baginya biasa saja. Ilmunya ada, tinggal bahan-bahan, peralatan dan modal. Mau setinggi apapun gedung, asal dalam batasan ilmu, akan sanggup dibangun.

Begitu juga dengan Khilafah. Anda yang terbiasa berkutat dengan negara bangsa, akan kebingungan. Bagaimana mungkin, ada negara yang wilayahnya bisa meluas meliputi berbagai penjuru negeri? Bagaimana, awal mendirikan negara Khilafah yang mengglobal itu? Bagaimana teknisnya? Anda tak mampu menjangkau, teknis mendirikan Negara Khilafah yang mengglobal itu, karena keterbatasan ilmu.

Pejuang Khilafah, itu ibarat Insinyur Negara. Mereka, mengetahui global dan rincian teknis untuk mendirikan Khilafah. Mereka punya gambar rancang bangunnya. Mereka, memiliki semua tehnik untuk membangun Khilafah.

Saat ini, mereka sedang mengumpulkan bahan-bahan, peralatan dan modal. Ilmu sampai sundul langit, kalau tidak ada bahan, peralatan dan modal ya tidak berguna. Ada bahan, ada ilmu, ada alat, ada modal, jika tidak dikerjakan ya hanya mimpi.

Nah, begitulah analogi menegakkan Khilafah. Anda, yang belum tahu atau baru sebagian saja, jangan berpersepsi seperti orang gunung yang melihat gedung pencakar langit di kota besar. Berpersepsi, cara membangun gedung pencakar langit itu dengan teknik orang gunung, menyusun batu bata satu per satu.

Khilafah, yang dikerjakan oleh Insinyur insinyur peradaban, punggawa punggawa Khilafah, itu telah memiliki rancang bangun komplit, dengan skala yang presisi. Ilmu itu diadopsi dari insinyur umat, yakni Rasulullah Saw yang pertama kali membangun Negara Islam di Madinah.

Sekarang ini, insinyur insinyur khilafah sedang mengumpulkan bahan-bahan, berupa dukungan Umat dan militer, tokoh dan akademisi, ulama dan cendekiawan, politisi dan praktisi, untuk menegakkan Khilafah. Mudah? Tentu tidak, ada harga yang harus dibayar.

Diantaranya, insinyur insinyur khilafah itu terus memberikan penyadaran, sebagai mahar atau harga atas dukungan yang diberikan. Jika tidak ada kesadaran, mustahil bahan-bahan untuk tegaknya Khilafah itu bisa dikumpulkan.

Kalau anda tidak cukup sadar, tetapi juga ingin tahu teknis membangun peradaban Khilafah seperti yang dipahami insinyur insinyur Khilafah, ya harus ngaji. Tak cukup hanya dengan membaca artikel ini.

Yang jelas, anda jangan menjadi orang gunung yang datang ke kota melihat gedung tinggi menjulang, kemudian anda katakan gedung-gedung itu utopia. Di kampung Anda, gedung seperti itu mustahil dibangun. Anda sama saja, mainnya kurang jauh. Hanya main di kampung.

Sebagai bukti, khilafah itu nyata adalah adanya fakta sejarah Khilafah pernah eksis 13 abad lamanya. Itu menunjukkan, bangunan peradaban khilafah itu bukan utopia.

Bukannya Khilafah sudah runtuh? Justru itu semakin menegaskan, bangunan khilafah pernah ada. Sehingga, membangun kembali peradaban Khilafah menjadi sangat realistis. [].

Posting Komentar

0 Komentar