
Oleh : Ahmad Khozinudin
Sastrawan Politik
Saya gembira, banyak respons atas artikel yang saya unggah yang meluruskan pemahaman bahwa Khilafah tidak ditegakkan dengan kudeta, people power, pemilu demokrasi dan pemberontakan. Meskipun, respons yang diberikan beragam.
Ada yang langsung memberikan icon emot jempol empat biji. Banyak sekali ini jempolnya. Namun, adapula yang meradang seolah Khilafah yang ditegakkan akan membubarkan Negara dan memecah-belah persatuan. Persis, seperti tudingan pemerintah kepada HTI di PTUN Jakarta. Dengan dasar tudingan itu, yakni Khilafah akan memecah-belah, HTI dicabut Badan Hukumnya.
Wajar, respons beragam. Karena sosial media itu, dihuni oleh orang beragam dengan berbagai latar belakang. Respons yang diberikan, tentu sejalan dengan pemahaman dan informasi yang dimiliki.
Misalnya, orang kampung udik yang tidak kenal bahasa Inggris masuk ke kota. Dia melihat ada seorang turis Eropa berkulit putih masuk toko swalayan, didepan toko ada papan pengumuman berjudul 'OPEN'. Pintu terbuka sendiri secara otomatis saat pengunjung masuk. Beberapa saat kemudian, dari toko tersebut keluar Turis dari Afrika yang hitam legam.
Kemudian, orang kampung tadi menafsirkan kata "OPEN" sebagai tempat pemanas, hasilnya orang masuk dalam kondisi bersih putih, keluar menjadi gosong hitam. Itu semua, karena toko tadi dianggap tempat pemanas (oven). Kontan, orang kampung tadi tidak masuk toko karena takut jadi gosong, padahal dia sedang membutuhkan perbekalan perjalanan, yang semuanya itu bisa didapatkan didalam toko.
Cerita diatas, cukup pas untuk menggambarkan orang yang tak paham Khilafah, kemudian dengan kebodohannya berusaha menafsirkan Khilafah tanpa ilmu. Akhirnya, dia mempersepsikan Khilafah secara keliru, dia menjadi membenci Khilafah dan mengajak orang untuk menjauhinya. Padahal, seluruh kebutuhan hidup dirinya dan orang-orang tentang kepemimpinan yang adil, sejahtera, berkah dunia dan akhirat ada pada Khilafah.
Saya tidak merinci orang-perorang, secara umum respons itu terbagi atas :
Pertama, orang yang ingin tahu tentang Khilafah, yang selama ini mendapatkan informasi yang tidak memadai, bahkan mendeskreditkan Khilafah. Orang model pertama ini, tentu gembira mendapatkan paparan yang lugas tentang Khilafah. Mungkin, yang memberikan jempol 4 termasuk kategori kelompok pertama ini.
Mereka ini orang terbuka, dan tak risih dengan hal hal yang baru. Mereka, bahkan mencari hal hal yang baru, sebagai solusi atas berbagai persoalan yang buntu diselesaikan dengan cara yang lama.
Kedua, orang yang memang mendengki kepada Islam, baik karena kekufuran, kemunafikan atau kebodohannya. Biasanya, respons yang diberikan langsung sangar, menuduh, meminta klarifikasi, mempertanyakan, walaupun sudah bisa diketahui yang diinginkan bukanlah jawabannya, tetapi cari pembenaran untuk mendeskreditkan Khilafah.
Orang model kedua ini, sesekali asyik juga digoda. Kadang dengan mendiamkannya, kadang dijadikan bahan cerita. Seperti dalam tulisan ini.
Ketiga, orang-orang pragmatis yang sudah terikat dengan dunia. Mereka, tak peduli dengan isu Khilafah atau apapun.
Yang penting hidup enak, keluarga sehat, tak perlu pusing ngurusi umat. Mereka ini, umumnya hanya ikut. Tidak mendukung, tidak pula menentang.
Keempat, orang yang mendukung atau menentang dalam diam. Orang yang keempat ini, boleh jadi anda yang sedang telaten membaca artikel ini.
Karena diam, saya jadi tidak tahu, anda menentang atau mendukung Khilafah. Karena diam, saya juga tak perlu mempersoalkan anda atau memberikan penjelasan lebih lanjut.
Namun, karena anda diam meskipun telaten membaca tulisan saya, saya mengklarifikasi Anda sebagai pemuja rahasia saya. Persis, seperti orang yang ada di lagunya Sheila On Seven.
Yang jelas, anda mau berada di klasifikasi apapun, membaca atau tidak, saya tetap menulis tentang Khilafah. Suatu saat, saya yakin tulisan saya akan membangkitkan kerinduan pada pembacanya untuk bertemu dan berdiskusi dengan saya. Saat itu terjadi, berarti terbuka peluang dakwah dan tambahan pahala bagi saya. [].

0 Komentar