WAJAH ASLI MODERASI AGAMA


Oleh: Miliani Ahmad

Serigala berbulu domba, rasanya amat tepat untuk menggambarkan proyek moderasi yang kini kian deras membanjiri negeri ini. Tentu saja, proyek ini menggunakan berbagai istilah yang manis semisal Islam washatiyah, Islam Nusantara atau pun istilah-istilah lain yang menipu. Tujuannya hanya satu yakni agar moderasi bisa diterima umat secara mentah-mentah. Tanpa penolakan, tanpa perlawanan.

Jika ditelusuri sanad kelahiran proyek moderasi ini, semuanya akan bermuara pada proyek global 'War on Terorism.' Pasca tragedi 9/11 pada tahun 2001 silam, AS dengan semangat membabi buta menggelontorkan ide sesat untuk melawan Islam yang dibalut makna terorisme. Tanpa bukti, AS dengan sekehendak nafsunya mulai meracuni pemikiran global dengan propaganda negatif untuk menyerang Islam.

Perlu dipahami mengapa AS begitu berhasrat memerangi Islam dengan tameng terorisme dan radikalisme. Sebagai sebuah negara yang berideologikan kapitalisme, AS sangat memahami rival abadinya dalam kancah perpolitikan dunia.

Dalam hal ini, Islamlah satu-satunya ideologi yang sangat ditakuti kapitalisme. Sebab, karena Islam merupakan ideologi yang berkebalikan 180 derajat dengan ideologi kapitalisme yang maruk dan zalim terhadap kehidupan manusia.

AS sangat menyadari saat suara dan hasrat kesatuan umat mulai terdengar dari timur ke barat, mereka segera menyusun rencana untuk meredam kebangkitan umat. Tentu bukan hanya langkah fisik saja yang dijalankan sebagaimana yang terjadi di Irak dan Afganistan. Namun mereka juga bersegera melancarkan serangan pemikiran berupa perang opini dan istilah berselimut moderasi agama untuk memutus kepercayaan umat terhadap Islam.

Jadilah umat ini porakporanda dengan berbagai ide moderasi. Semisal ide pluralisme yang sangat menggoyang akidah umat. Atau pula gugatan terhadap ajaran jihad yang dianggap mengajarkan kekerasan. Begitupun hukum Islam seputar jilbab dan kerudung tidak ketinggalan di utak-atik karena dianggap tidak relevan dengan budaya kenusantaraan.

Semua ini adalah secuil contoh dari upaya barat untuk menjauhkan umat dari Islam kaffah berkedok toleransi, kebhinekaan, dan humanisme.

Tidak ayal jika tanpa memahami lebih dalam, banyak dari bagian umat Islam yang pada akhirnya terang-terangan mengikuti dan menjalankan proyek moderasi ini. Bahkan yang paling ekstrem tentu saja menjadi 'umala' dalam kampanye proyek sesat tersebut.

Untuk itulah, wajib bagi kaum muslim memahami bahwa hakikat moderasi Islam adalah untuk menyerang Islam beserta seluruh tatanan ajarannya. Di sisi lain, wajah asli moderasi agama ini juga menghendaki agar umat sepakat dengan peradaban demokrasi yang terkandung di dalamnya plurarisme, HAM, kesetaraan gender, liberalisme dan sekularisme.

Jika dibiarkan proyek moderasi ini pada akhirnya akan membentuk polarisasi umat pada dua kutub. Mereka yang sepakat dengan moderasi akan disebut kelompok Islam yang moderat. Sementara yang kontra akan dilabeli dengan stigma 'Islam radikal'.

Sungguh sangat disayangkan jika realitas moderasi agama telah menjadikan umat ini terpecah belah, saling curiga bahkan memperlama proses persatuan umat. Umat selamanya akan terlibat dalam kubangan perang pemikiran yang di inisiasi kafir penjajah.

Secara fakta, proyek moderasi agama ini telah melibatkan semua stakeholder yang ada. Mulai dari penguasa, perangkat politik, media massa, ulama salatin, akademisi, muslim liberalis, kaum sekularis dan juga kelompok tradisionalis yang moderat.

Sejumlah kebijakanpun telah lahir demi memuluskan jalannya moderasi agama. UU Ormas dan RAN PE adalah contoh dari sekian banyak kebijakan yang lahir demi mengawal keberlangsungan proyek ini. Tidak terkecuali juga kebijakan dalam dunia pendidikan, sosial budaya serta sistem kehidupan lainnya juga sudah sangat terpapar proyek moderasi ini.

Pertanyaannya, sudahkah kita menyadari wajah asli moderasi dan bahayanya?

Wallahua'lam bish-showwab

Posting Komentar

0 Komentar