DARI DAKWAH DAN UNTUK DAKWAH


Oleh: Nasrudin Joha
Sastrawan Politik

Nelayan menghabiskan waktunya di laut, petani di ladangnya, penjudi di mejanya, pemabuk di kedai minumnya, dan jalang dengan lelaki mata keranjangnya.

Adapun kami? Kami adalah pendakwah, selalu mendukung perjuangan dan misi Islam, menghabiskan waktu berdakwah, berharap mati dalam melakukan dakwah.

Dakwah adalah poros kehidupan yang padanya segala keinginan, kebutuhan, kepentingan dan segala suka-duka kehidupan harus melekat. Misi adalah semangat hidup, dan para pengemban dakwah yang tidak berdakwah seperti zombie yang berjalan (hidup enggan mati tak mau).

Menjadikan dakwah sebagai poros kehidupan Anda berarti prioritas utama Anda adalah dakwah. Jika pada akhirnya jalan dakwah bertentangan dengan keinginan, kebutuhan, kepentingan dan semua perlengkapan hidup lainnya, maka misi dakwah wajib diutamakan dan misi lainnya harus mengalah.

Bahkan terkadang dakwah meminta kita untuk mengutamakannya dari keluarga, anak, istri, atau bahkan diri kita sendiri. Inilah yang membuat seorang Masyitah 'rela' menyaksikan anaknya direbus dalam kuali. Hal inilah yang menyebabkan Sumayah harus menghadapi kematian saat menghadapi siksaan kaum kafir Quraisy.

Lantas, apa yang membuat kita takut dalam berdakwah? Apakah karena kelaparan? Takut di intimidasi? Takut kekurangan harta benda? Takut kehilangan profesi? Takut bisnismu hancur? Ataukah takut dipenjara?

Pernahkah kita diuji dengan menyaksikan kematian dari anaknya seperti ibu Masyitah? Atau mati seperti Syahidah Sumayah? Sudahkah dakwah mendapatkan tempat sebagai poros hidup kita dan kita utamakan dari yang lain?

Harusnya kitalah yang mengendalikan Ego kita dengan melihat kebesaran Allah ï·» dan kemahakuasaan-Nya. Tidak ada satu pun ujian yang berat ketika Allah ï·» bersama kita. Sebaliknya tidak ada ujian yang ringan jika pertolongan Allah ï·» tidak menyertai kita.

Ada laporan bahwa beberapa pendakwah telah dianiaya oleh pihak berwenang. Ada juga pendakwah yang mata pencahariannya dihilangkan, dijebloskan ke penjara, dibuat ketakutan dan khawatir, diasingkan, dianiaya, dipenjara. Semua ini seharusnya tidak melemahkan para pendakwah, tetapi memperkuatnya.

Itulah tanda-tanda bahwa pertolongan dan kemenangan semakin dekat.

Bukankah malam semakin gelap pertanda fajar sudah di depan cakrawala? Bukankah siang selalu berganti malam? Bukankah ada waktu matahari terbit dan terbenam?

Masa kejayaan Islam sudah lama berlalu. Namun, fajar kembalinya keKhalifahan ala Minhajin Nubuwah akan segera tiba.

Wahai pengemban dakwah, jadikanlah dakwah sebagai poros kehidupanmu. Sebagaimana nelayan yang setia untuk mengarungi lautan, demi mencari ikan di laut lepas. Sebagaimana petani yang tak kenal lelah mengurus sawah ladangnya, bersabar hingga waktu panen itu tiba.

Posting Komentar

0 Komentar