DI BALIK KONVOI KHILAFAH


Oleh: Nurhayati
Muslimah pejuang Islam kaffah

Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Barat merespons ajakan konvoi rombongan motor 'Kebangkitan Khilafah'. Sekretaris MUI Jabar, Rafani Achyar mengungkapkan ada sejumlah selebaran yang disebar kelompok yang menamakan diri Khilafatul Muslimin itu di Jabar, seperti yang di wilayah Cimahi, Sukabumi, dan Cianjur. Dari selebaran yang dibagikan, pihaknya mendapatkan informasi terkait kegiatan konvoi dilakukan sejak 2016 silam dan kelompok tersebut berpusat di Bandar Lampung.

Menanggapi adanya selebaran ajakan konvoi tersebut, MUI Jabar menghimbau agar masyarakat tidak mudah percaya. Selain itu, laporkan jika menemukan penyebar selebaran tersebut kepada pihak berwajib.

Mantan Menteri Negara Riset dan Teknologi era Presiden Gus Dur, yakni Muhammad A.S. Hikam mengatakan Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Indonesia (UI) dan Universitas Gadjah Mada (UGM) merupakan target utama bagi kelompok berpaham radikalisme.

Selain itu, Hikam menyebut Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) juga termasuk target utama. Hikam mengungkapkan bahwa mahasiswa merupakan target paling penting bagi gerakan kelompok radikal. Tak lain karena jumlahnya yang besar serta bisa menyuarakan aspirasinya ke ranah publik.

Menurut dia, mahasiswa tidak hanya menjadi target penyebaran paham, tetapi juga disiapkan untuk dijadikan aktor utama gerakan radikal. Pola perekrutan, kata dia, bisa dilakukan secara lembut maupun keras. Hikam menyebut kelompok radikal tahu bagaimana bisa mendapat perhatian di hati mahasiswa.

Negara Khilafah dengan syariat Islamnya, mengantarkan manusia menuju peradaban agung dan mulia, serta dalam naungan hidup sejahtera. Khilafah membebaskan manusia dari penyembahan kepada selain Allah ï·». Karenanya, Khilafah memang tidak bisa dibandingkan dengan negara demokrasi kapitalisme yang menggunakan kezaliman sebagai instrumen melahirkan disparitas atas nama ekonomi. Ini jelas menunjukkan bahwa justru negara demokrasi kapitalisme lah penghasil peradaban sampah yang tidak layak dipertahankan oleh manusia dari sisi mana pun. Kita harus memahami bahwa ulama aswaja telah sepakat memasukkan Khilafah, Imamah, atau Imaratul Mukminin dalam bab syariat.

Kedudukan Khilafah sangat penting, karena Khilafah adalah penjamin penerapan syariat Islam secara kafah. Tanpa Khilafah, banyak hukum Islam terlantar, kaum muslimin pun tidak memiliki pelindung atas harta, jiwa, dan kehormatan mereka.

Imam Al-Ghazaliy menyatakan, “Agama Islam adalah asas, sedangkan kekuasaan adalah penjaga. Kekuasaan tanpa asas akan binasa, sedangkan agama tanpa penjaga akan lenyap.” (Imam Al-Ghazaliy, Al-Iqtishaad fi al-I’tiqaad, Juz 1/76). Urgensi Khilafah tampak jelas dari kedudukan dan fungsinya bagi Islam dan kaum muslimin.

Khilafah adalah sistem pemerintahan yang diwariskan Nabi ï·º, dijalankan oleh para sahabat, dan terus dilestarikan hingga kejatuhannya pada tahun 1924 di Turki. Selama itu, Khilafah memiliki wilayah teritorial yang diurusnya. Khilafah berperan sebagai pemerintahan yang bertugas mengatur seluruh urusan kaum muslimin dengan syariat Islam, menjaga Islam dan kaum muslimin, serta menyebarkan dakwah Islam ke seluruh penjuru dunia.

Untuk itu, dakwah syariat dan Khilafah tidak layak berhenti, kendati banyak yang menentang. Kita harus mampu selangkah lebih maju untuk menantang para penolak Khilafah, atas alasan apa mereka menolak Khilafah? Karena sungguh, tidak ada alasan untuk menolak Khilafah maupun menghadang perjuangan penegakannya kembali. Siapa saja yang menolak dan menghalangi perjuangan penegakan Khilafah, sungguh dirinya telah berada dalam kerugian yang berlipat ganda. Na’udzu billahi min dzalik.

Wallahu'alam bissawab.

Posting Komentar

0 Komentar