PEMUDA MUSHLIH PEMBAWA PERUBAHAN


Oleh: Yuyun Rumiwati

Peran pemuda dalam menentukan jalan sebuah peradaban sangat besar. Memanfaatkan segala potensi padanya ke arah yang benar sebuah keharusan.

Di tengah peradaban sekulerisme ini ada beberapa kemungkinan posisi pemuda. Pemuda sebagai agen perubahan atau sebagai objek yang diubah. Diamnya pemuda terhadap kemungkaran menunjukkan kelemahan dan kesiapan dirinya untuk terbawa arus sistem rusak ini.

Maka di saat seperti ini, tidak cukup menjadikan pemuda menjadi solih secara individu. Lebih dari itu pemuda harus diarahkan menjadi pribadi Muslih (membawa kebaikan/ perubahan).

Jika kita cermati bagaimana sifat alamiah dan fitrah pemuda adalah aktif. Tidak diam atau jumud dalam sebuah kondisi yang salah atau tidak. Potensi untuk bertindak dan berperan dalam sebuah arus perubahan alaminya ada.

Oleh karena itu, akan kita temukan dalam sejarah peradaban sosok-sosok pemuda adalah garda terdepan dalam perubahan. Garda terdepan bersuara dan kritis akan ketidakadilan.

Kita bisa melihat bagaimana sosok nabi Ibrahim alaihi salam. Saat melihat kesyirikan di masyarakat. Akal dan jiwa pemudanya muncul untuk mencari kebenaran. Ketika kebenaran telah didapat, maka kebenaran itu ia sampaikan dengan penuh keberanian dan keteguhan.

Inilah sosok pemuda yang telah mendapatkan kebenaran yang kokoh. Perbedaan prinsip dengan orang tua dan mayoritas masyarakat tidak menyiutkan nyalinya untuk tetap menyampaikan kebenaran itu.

Demikian pula sahabul Kahfi, mereka adalah pemuda salih dan Mushlih. Karena keteguhannya memegang agama tauhid dan tidak mau tunduk terhadap perintah penguasa atau rajanya saat itu, akhirnya pun mereka diusir dari kampung halamannya.

Begitupun saat kita lihat bagaimana sosok Rasulullah Muhammad dan para sahabat. Kekuatan keimanan terhadap Islam melahirkan jiwa tangguh untuk terus dan fokus dalan semangat perjuangan. Sampai kemenangan Islam itu terwujud.

Sebelum kemenangan itu tiba konsekuensi memegang kebenaran pun mereka hadapi. Mulai dari fitnah, penyiksaan, bahkan ujian pembunuhan pun dihadapi Rasulullah sebagai sebaik-baiknya manusia.

Belajar dari para pemuda hebat di atas, seharusnya jiwa heroik yang dilandasi semangat iman dan kecintaan terhadap kebenaran harus terus dipupuk.

Memang tidak mudah menjadi pemuda Mushlih, di tengah masifnya propaganda barat untuk menumpulkan akal dan jiwa pemuda muslim.

Budaya cari aman, instan, invidualis secara fakta justru banyak kita temukan. Merubah karakter ini menjadi karakter pejuang tentu tidak mudah. Namun, ketidakmudahan itu bukan berarti tidak bisa.

Maka, perlunya kita merujuk pada model pembinaan Rasulullah hingga tertanam keimanan dan kepribadian yang kuat sebagaimana para sahabat dahulu lakukan, itu sangat perlu kita pelajari.

قُلْ اِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّوْنَ اللّٰهَ فَاتَّبِعُوْنِيْ يُحْبِبْكُمُ اللّٰهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ ۗ وَاللّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
Katakanlah (Muhammad), “Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. (QS. Ali Imran: 31)

Konsekuensi keimannya yang secara alami menumbuhkan sikap taat terhadap keteladanan Rasul-Nya. Keimanan dan ketakwaan semacam ini tidak mungkin hanya terwujud dengan pemberian tsaqofah dengan model ta'lim. Tapi butuh tasqif murakazah. Dengannya diharapkan akan muncul kader-kader berkepribadian syaksiyah qiyadiyah. Insyaallah. [].

Posting Komentar

0 Komentar