
Oleh: Diaz
Jurnalis Lepas
Viral Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Grace Natalie Louisa, menyebut Prabowo Subianto menyesal pernah dekat dan didukung kelompok intoleran saat Pilpres 2019.
Penyebutan 'kelompok intoleran pendukung Prabowo pada Pilpres 2019' diduga kuat dialamatkan kepada umat Islam. Sebab, pada Pilpres 2019 Prabowo didukung umat Islam berdasarkan hasil Ijtimak Ulama II, yang diselenggarakan di Hotel Grand Cempaka, Jakarta, Minggu (16/9).
Sikap politik Prabowo sebagaimana disampaikan oleh Grace ini jelas sangat menyakiti umat Islam. Pasalnya, dalam Pilpres 2019 lalu umat Islam sudah habis-habisan mendukung Prabowo.
Ahmad Khozinudin selaku advokat mengkritik sikap politik Prabowo, menurutnya karakter Prabowo yang melekat adalah mudah meninggalkan kawan lama setelah mendapatkan kawan baru. Mudah melupakan komitmen lama setelah mendapatkan janji baru yang lebih menguntungkan.
"Pada Pilpres 2019 lalu, pada kawan lamanya dari kalangan umat Islam, Prabowo berjanji akan timbul dan tenggelam bersama mereka. Bahkan, Prabowo telah mewaqafkan dirinya untuk perjuangan. Karena itulah, barisan emak militan berhimpun, mempersembahkan segala komitmen dan pengorbanan. Banyak yang berjuang, membersamai Prabowo, mengorbankan diri dan harta, bahkan ada yang berkorban nyawa. Tapi begitu kalah dan mendapatkan tawaran menjadi menteri bersama Jokowi, Prabowo dengan mudahnya melupakan kawan lamanya yang berjuang, berkorban dan mendukungnya pada Pilpres 2019. Berdalih ingin persatuan, Prabowo berkoalisi dengan Jokowi dengan menghancurleburkan batin para pendukungnya." Ungkap Ahmad Khozinudin.
Dalih Prabowo untuk persatuan, tapi Prabowo tidak pernah meminta pendapat para pendukungnya saat mengambil keputusan bergabung dengan Jokowi. Ahmad Khozinudin juga menekankan bahwa saat ini Prabowo mengulangi lagi sikap itu. Setelah datang kawan baru dari PAN dan Golkar lalu tiket pencapresan Prabowo telah aman, Prabowo melupakan PKB dan Cak Imin. Secara sepihak, Prabowo mengubah nama koalisi yang dulu dibentuk bersama PKB.
"Koalisi Kebangkitan Untuk Indonesia Raya (KKIR) yang merupakan koalisi kolaborasi PKB-Gerindra, dilupakan. Prabowo sepihak membentuk Koalisi Indonesia Maju, karena kedatangan kawan baru dari PAN dan GOLKAR, sambil berharap mendapat dukungan Jokowi karena mengadopsi nama kabinet Jokowi. Boleh jadi, ketika terjadi dinamika politik baru, kawan baru Prabowo yakni PAN dan GOLKAR juga bisa dilupakan dan ditinggalkan. Lalu mungkin saja Prabowo akan curhat Kepada Grace Natali bahwa Prabowo menyesal didukung PAN dan GOLKAR, persis seperti pernyataan Grace yang mengungkap Prabowo menyesal pernah didukung kelompok Islam pada Pilpres 2019 lalu." Tegasnya.
Ahmad Khozinudin juga mewajarkan jika Cak Imin ngambek, karena penentuan capres dan cawapres KKIR yang disepakati berisiko dilupakan. Prabowo sudah punya mitra PAN dan GOLKAR karena itu Cak Imin ditinggalkan.
"Kalau elit saja mudah dilupakan, kalau komitmen belum berkuasa saja mudah ditinggalkan, bagaimana kelak ketika Prabowo berkuasa? Rakyat tentu saja patut khawatir, bahwa semua janji manis Prabowo hanya tinggal ampas saja." Terangnya.
Ahmad Khozinudin kembali mengingatkan bahwa rakyat tidak butuh pemimpin plin-plan. Rakyat tak butuh pemimpin tak berkarakter. Kita membutuhkan pemimpin yang jujur dan amanah, dan menjalankan syariat Islam. Pemimpin amanah itu hanya akan hadir dalam sistem Islam (Khilafah) bukan dalam sistem demokrasi-sekuler, ungkap Ahmad Khozinudin memungkasi.

0 Komentar