INFLUENCER: KRITIK TERHADAP PEMERINTAH, WUJUD EMPATI TERHADAP HAJAT HIDUP ORANG BANYAK


Oleh: Muhar
Jurnalis Lepas

Kritik terhadap kebijakan-kebijakan negara atau pemerintah bukanlah sikap negatif, melainkan wujud empati terhadap kepentingan hidup masyarakat luas.

Hal tersebut disampaikan seorang pemuda influencer dakwah dalam unggahan video di akun Facebook Hawaariyyun, Ahad (21/12/2025), menanggapi anggapan sebagian pihak yang menilai konten kritik pemerintah sebagai luapan emosi pribadi.

Pembicaraan tentang negara dan pemerintahan, itu bukan lagi berbicara tentang diri sendiri. Tapi pembicaraan tentang hajat hidup banyak orang,” jelasnya.

Ia menegaskan bahwa kebijakan pemerintah memiliki dampak langsung terhadap kehidupan masyarakat.

Dari mulai makanan yang kamu makan, sampai gaji kamu di perusahaan, itu semua diatur oleh pemerintahan,” tuturnya.

Menanggapi stigma negatif terhadap kritik, ia menyatakan bahwa pihak yang menyuarakan kritik justru memiliki empati sosial yang sangat luas.

Sebaliknya, bro, justru orang yang mengkritik kebijakan-kebijakan pemerintah yang tidak bijak itu, atau yang memberitahukan tentang kegagalan pemerintah dalam mengurus sesuatu, mereka adalah orang yang punya empati yang sangat luas,” ujarnya.

Ia menambahkan bahwa memang ada alasan di balik sikap tersebut. “Karena mereka memikirkan hajat dan kepentingan hidup banyak orang,” katanya.

Ia juga menyebutkan bahwa kritik dilakukan karena kekhawatiran terhadap dampak kezaliman yang berkelanjutan.

Mereka koar-koar itu karena mereka tahu, kalau kezaliman ini terus berlanjut, yang apes itu bukan dia doang, tapi banyak orang,” ujarnya.


Memiliki Risiko Sosial

Pemuda influencer dakwah itu melanjutkan bahwa pembahasan politik memiliki risiko sosial.

Ngomongin politik itu juga sering banget berdampak buruk buat orang itu loh. Karena orang yang protes terhadap kezaliman, itu selalu punya kesan negatif di mata publik,” katanya.

Menurutnya, risiko tersebut membuat banyak orang memilih diam. “Makanya banyak yang lebih memilih diam kan, terhadap gejala politik yang ada. Kenapa? Karena ada risikonya. Karena branding-nya bisa berubah, bisa rusak,” ujarnya.

Ia pun tetap menekankan pentingnya kritik terhadap kekuasaan. “Karena kalau kekuasaan itu gak ada yang kritik, mereka bisa jadi diktator, bro. Bisa semakin seenaknya sendiri,” tegasnya.

Di akhir pernyataannya, ia mengutip hadits Nabi Muhammad ï·º. “Pemimpin para syuhada adalah Hamzah bin Abdul Muttalib 'wa rajulun qoma ila imamin jahir', yaitu mereka yang berani mengatakan yang hak di depan pemimpin yang zalim,” kutipnya.

Ia menegaskan bahwa edukasi politik merupakan bagian dari nilai keimanan. “Pembicaraan tentang kezaliman pemerintah, mengedukasi masyarakat tentang politik, itu adalah bagian dari pahala, bagian dari jihad,” tegasnya.

Menutup pernyataannya, ia lantas menyampaikan alasan pribadinya untuk terus bersuara.

Dan aku gak pengen punya iman yang lemah, makanya aku bersuara. Dan aku respect banget sama teman-teman semua yang mau terus share dan bersuara tentang politik. Yuk, kita terus bersuara!” tutupnya.

Posting Komentar

0 Komentar