AKTIVISME GEN Z DI ERA DIGITAL


Oleh: Ummu Zaid
Penulis Lepas

Era digital tidak terelakkan. Banyak kemudahan, tetapi juga banyak pengaruh buruk. Gen Z sering dipandang sebagai generasi lemah, tetapi di satu sisi mereka memiliki potensi kritis dan mampu menginisiasi perubahan melalui media sosial. Menurut survei SKI 2023 yang dilakukan oleh Badan Kelayakan Pembangunan Kesehatan, 5,5% remaja usia 10-17 tahun mengalami gangguan mental, dengan rincian 1% mengalami depresi, 3,7% cemas, 0,9% mengalami PTSD, dan 0,5% mengalami ADHD.

Tekanan sosial dari media digital berperan signifikan dalam memperburuk kesehatan mental remaja. Di sisi lain, survei Indikator Politik Indonesia tahun 2022 menunjukkan bahwa 62,9% masyarakat semakin takut untuk mengeluarkan pendapat karena tidak siap diterima atau khawatir dibuli.

APJI merilis bahwa jumlah pengguna internet semakin besar, dengan total akses media sosial yang didominasi oleh Gen Z sekitar 80%, atau 229,4 juta. Akses internet yang mudah dijangkau dipengaruhi oleh digital native, yaitu generasi yang tumbuh bersama teknologi.

Dilemanya, banyak Gen Z yang terjebak dengan algoritma media sosial. Jika tidak bijak menggunakannya, ini dapat memberikan dampak buruk pada kesehatan mental dan kerugian finansial. Oleh karena itu, pemerintah perlu memberikan pemerataan akses, literasi digital, dan penguatan keamanan siber kepada pengguna agar terhindar dari dampak bahaya media sosial.

Ruang digital tidak netral, karena didominasi oleh nilai sekuler kapitalistik. Banyak platform yang tidak ramah terhadap anak-anak maupun generasi muda, seperti pinjol dan judol. Platform media sosial lebih mementingkan keuntungan materi, dan cara kerja algoritma yang merupakan jebakan untuk semakin adiktif terhadap media sosial.

Di sisi lain, ada sisi positifnya, generasi muda menggunakan media sosial untuk aktivitas global, mudah belajar, minus masalah mental, inklusif progresif, mempertanyakan agama otentik, serta memiliki nilai sendiri yang berbeda dengan generasi tua. Sedangkan, negatifnya dalam pergerakan generasi muda, mereka cenderung pragmatis dalam menyelesaikan persoalan dan mencari validasi, yang merupakan ciri khas digital native.

Maka, sangat penting untuk menyelamatkan generasi muda dari pengaruh hegemoni ruang digital yang sekuler kapitalistik, yang dapat merugikan dirinya sendiri maupun orang lain. Untuk menyelamatkan mereka, perlu mengubah paradigma berpikir sekuler menjadi paradigma berpikir Islam. Oleh karena itu, pergerakan Gen Z harus diarahkan untuk memberikan solusi sistematis dan ideologis berdasarkan paradigma Islam. Sinergi antara keluarga dan masyarakat sangat dibutuhkan untuk menyelamatkan Gen Z dan mengarahkan mereka pada pergerakan yang sahih, yaitu Islam Kaffah.

Di masa Islam, pemuda adalah tonggak perubahan dan estafet dakwah Rasulullah ﷺ dalam mengemban risalah Islam untuk disampaikan kepada umat manusia, sehingga terwujud penerapan Islam Kaffah di Madinah. Diantaranya:
  • Ali bin Abi Thalib: Sepupu dan menantu Rasulullah ﷺ, Ali adalah salah satu pemuda yang paling awal memeluk Islam dan sangat setia kepada Rasulullah ﷺ. Ia memiliki keberanian dan kecerdasan yang luar biasa, serta berperan penting dalam berbagai peristiwa penting dalam sejarah Islam.
  • Zaid bin Haritsah: Seorang budak yang dibebaskan oleh Rasulullah ﷺ dan kemudian menjadi anak angkatnya. Zaid adalah salah satu pemuda yang sangat setia kepada Rasulullah ﷺ dan berperan penting dalam beberapa peristiwa dalam sejarah Islam.
  • Usamah bin Zaid: Putra Zaid bin Haritsah, Usamah adalah seorang pemuda yang sangat berani dan memiliki kepemimpinan yang kuat. Ia dipimpin oleh Rasulullah ﷺ dalam sebuah ekspedisi militer ketika masih berusia 18 tahun.
  • Abdullah bin Abbas: Sepupu Rasulullah ﷺ, Abdullah bin Abbas adalah seorang pemuda yang sangat cerdas dan memiliki pengetahuan yang luas tentang Islam. Ia menjadi salah satu ulama terkemuka di kalangan sahabat Nabi.
  • Mu'adz bin Jabal: Seorang pemuda dari suku Khazraj yang memeluk Islam dan menjadi salah satu sahabat Rasulullah ﷺ yang paling setia. Ia dikenal karena kefasihannya dalam berbicara dan kemampuan menghafal Al-Qur’an.

Hanya dengan Islam, Gen Z bisa diarahkan potensinya untuk berjuang menegakkan Islam di tengah kehidupan. Allah ﷻ berfirman:

إِذْ أَوَى الْفِتْيَةُ إِلَى الْكَهْفِ فَقَالُوا رَبَّنَا آتِنَا مِن لَّدُنكَ رَحْمَةً وَهَيِّئْ لَنَا مِنْ أَمْرِنَا رَشَدًا
"(Ingatlah) ketika pemuda-pemuda itu berlindung ke dalam gua, lalu mereka berdoa: 'Ya Tuhan kami, berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan siapkanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami.'" (QS. Al-Kahfi:13)

Posting Komentar

0 Komentar