
Oleh: Diaz
Pengamat Politik dan Perubahan
Menjelang Ramadan tahun ini, stok beras yang beredar di pasaran semakin terbatas menyebabkan harga beras kian merangkak naik hingga mencampai 20 persen. Harga beras premium yang sebelumnya berkisar Rp 14.000 menjadi Rp 17.000 per kilogram.
Arief Prasetyo Adi selaku Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) menjelaskan penyebab dari naiknya harga beras yang memecahkan rekor ini terjadi akibat disparitas produksi dengan konsumsi beras nasional yang mengalami ketimpangan sehingga menyebabkan defisit stok dalam 8 bulan terakhir.
Kenaikan harga beras menurut Arief masih terbilang wajar saat menyentuh angka Rp 16.000 karena harga rata-rata gabah saat ini menyentuh angka Rp 8.000-8.500 per kilogram. Arief juga menekankan bahwa kenaikan harga beras terjadi di seluruh dunia bukan di Indonesia saja.
"Memang ini terjadi di seluruh dunia ya, tidak hanya di Indonesia. Tapi percayalah bahwa pemerintah itu akan menyeimbangkan antara harga di hulu dengan harga di hilir," ujarnya lewat press release yang dilansir oleh Tempo pada Jumat, 23 Februari 2024.
Kenaikan harga beras dan bahan pangan lainnya kerap terjadi di era kapitalis seperti saat ini dan telah menjadi keseharian masyarakatnya, apalagi menjelang bulan suci Ramadan, sudah menjadi anggenda rutin yang berulang jika kenaikan harga bahan kebutuhan pokok naik akibat permintaan tinggi sedangkan stok semakin menipis di setiap tahunnya.
Dalam Islam kepala negara adalah riayatusy syuunil ummah (memelihara urusan umat), sehingga sudah menjadi kewajiban seorang penguasa untuk memelihara dan mengelola kebutuhan rakyatnya agar selalu terpenuhi, sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ,
الإِمَامُ رَاعٍ وَهُوَ مَسْؤُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
“Imam/Khalifah itu laksana penggembala, dan hanya dialah yang bertanggungjawab terhadap gembalaannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Islam mewajibkan kepala negara untuk memenuhi kebutuhan primer tiap individu seperti sandang, pangan, dan papan. Tentu sebuah kezaliman jika penguasa mengabaikan perannya ini. Salah satu mekanisme dalam Islam yang dapat dilakukan untuk mengendalikan kenaikan harga adalah dengan mengatur distribusi pangan dan pengawasan stok, serta penindakan tegas bagi para pelaku penimbunan bahan kebutuhan pokok yang melakukan manipulasi harga pasar.
Mirisnya dalam sistem kapitalisme yang di terapkan saat ini justru memaklumkan jika kepala negara maupun para pejabatnya juga berperan sebagai pembisnis, sehingga kacamata yang di pakai bukan lagi pelayan masyarakat namun justru berbisnis dengan rakyatnya dan keuntungan menjadi bahan pertimbangannya.
Sungguh mustahil, jika mengharapkan kesejahteraan dan lahirnya pemimpin yang mengayomi rakyat kalau sistem kapitalisme masih menjadi dasar kehidupan bernegara, hanya sistem Islam lah yang mampu melahirkan pemimpin yang amanah dan melahirkan kesejahteraan masyarakatnya, karena syariat Islam yang di terapkan secara menyeluruh (Kaffah) adalah solusi segala problematika yang terjadi saat ini.
Penerapan sistem Islam mustahil terjadi tanpa hadirnya negara yang melaksanakannya yaitu Khilafah bukan yang lain, sebagaimana yang telah di contohkan oleh Rasulullah ﷺ dan di lanjutkan oleh para sahabatnya hingga diteruskan oleh para khalifah setelahnya dan kemudian di hapuskan oleh antek penjajah Inggris Mustafa Kemal Atatürk di Turki pada 3 Maret 1924 sehingga kesengsaraan dan penjajahan menguasai dunia saat ini.
Sudah saatnya umat bangkit dan memupuk ketaatan kepada Allah ﷻ dengan menjalankan syariat-Nya secara menyeluruh dalam kehidupan, sehingga keberkahan dapat dirasakan seluruh lapisan masyarakat dan rahmat Allah dapat turun di tengah-tengah kita.
وَلَوْ اَنَّ اَهْلَ الْقُرٰٓى اٰمَنُوْا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكٰتٍ مِّنَ السَّمَاۤءِ وَالْاَرْضِ وَلٰكِنْ كَذَّبُوْا فَاَخَذْنٰهُمْ بِمَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ
Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan. (QS. Al-A'raf: 96)
Walahuallam.

0 Komentar